Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Nuklir Sebagai Energi Ramah Lingkungan Pengganti Batubara

Heddy Krishyana, pengamat energi
27/10/2022 21:00
Nuklir Sebagai Energi Ramah Lingkungan Pengganti Batubara
Heddy Krishyana(Dok pribadi)

PEMBANGKIT listrik tenaga nuklir dan hidro (PLTN dan PLTA) membentuk tulang punggung pembangkit listrik rendah karbon. Kedua pembangkit listrik tersebut menyediakan tiga perempat generasi rendah karbon di dunia selama 50 tahun terakhir. Penggunaan PLTN dan PLTA telah terbukti banyak mengurangi emisi CO2.

Namun demikian, di negara maju, PLTN mulai memudar dimulai dengan banyak PLTN yang ditutup. Hal ini terjadi tepat ketika dunia membutuhkan lebih banyak listrik rendah karbon. Dari data statistik global per Agustus 2022 PLTN adalah sumber listrik rendah karbon terbesar kedua saat ini dan memberikan konstribusi sekitar 10% dari pasokan listrik global. Skenario pembangunan berkelanjutan untuk mengurangi emisi CO2 merupakan tantangan besar untuk setiap negara. Pemerintah Indonesia sudah selayaknya memikirkan bagaimana caranya mencapai target net-zero emission pada 2050.

PLTN menghadapi masa depan yang tidak pasti. Di negara maju pemanfaatan PLTN menghadapi risiko penurunan. Hal ini akan menyebabkan banyaknya negara kembali ke peradaban lama dengan menggunakan energi fosil yang dapat menghasilkan tambahan miliaran ton CO2. Faktor yang mempengaruhi penggunaan PLTN adalah masalah keselamatan. Akan tetapi sebagian masyarakat, ilmuwan, dan pemangku kepentingan masih melihat bahwa peran PLTN adalah yang paling tepat sebagai energi transisi pengganti batu bara. Kendala pemanfaatan PLTN bukan masalah teknologi tetapi masalah sosial politik. 

Ketergantungan energi

Populasi penduduk dunia semakin meningkat menyebabkan kebutuhan energi listrik semakin besar. Saat ini di Indonesia pembangkit fosil berkontribusi pada ketahanan energi. PLN berencana akan menutup PLTU mulai 2025. Pemerintah seyogyanya harus mengkaji pembangkit listrik apa yang bisa menggantikan PLTU sebagai energi primer. Salah satu pembangkit listrik yang dapat dipertimbangkan untuk dapat mengganti PLTU adalah energi nuklir. 

PLTN dapat juga menyesuaikan operasinya untuk mengikuti pergeseran permintaan dan penawaran dari pembangkit energi terbarukan (ET). Di Indonesia pemanfaatan ET semakin meningkat dengan naiknya porsi bauran ET di rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2021-2030. Untuk mengatasi masalah ketidakpastian output dari ET seperti angin, surya, dan air yang bergantung pada cuaca, pemerintah perlu mempertimbangkan rencana pembangunan PLTN di Indonesia. PLTN dapat membantu membatasi dampak fluktuasi musiman output dari ET sehingga dapat meningkatkan ketahanan energi dengan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Prancis merupakan negara yang memanfaatkan PLTN terbesar di benua Eropa. Dalam waktu sekitar 15 tahun, PLTN berubah dari memainkan peran kecil memproduksi listrik dalam sistem kelistrikan Prancis menjadi peran besar. Sebaliknya emisi CO2 di Jerman sebagai pengembang ET hampir 4 kali lipat dari Prancis. Hal ini disebabkan karena energi angin yang dimanfaatkan bergantung pada cuaca dan tidak dapat menjadi energi primer. 

Hampir 45% energi listrik di Jerman dipasok oleh batubara dan gas karena harus membackup energi angin, sedangkan Prancis hanya 11% yang ditopang oleh energi fosil. Rencananya pemerintah Jerman akan segera menutup ketiga PLTNnya yang masih beroperasi pada 2022. Namun demikian berita yang terakhir dari Kanselir Olaf Scholz bahwa ketiga PLTN yang masih tersisa di Jerman dipertimbangkan untuk tetap dioperasikan. Itu karena secara faktual ET belum siap untuk memecahkan krisis energi di Jerman. Untuk melihat realtime emisi CO2 di setiap negara dapat di lihat di electricitymao.com. 

Net zero emission

Selama siklus hidupnya PLTN sedikit menghasilkan emisi CO2 seperti energi angin atau sepertiga dari emisi tenaga surya. PLTN telah menghindari sekitar 55 Gt emisi CO2 selama 50 tahun terakhir. Para pendukung PLTN mengatakan bahwa sekarang sudah saatnya untuk mengganti pembangkit fosil dengan nuklir. PLTN menjadi satu-satunya teknologi ramah lingkungan yang dibutuhkan saat ini dan masa yang akan datang. Masyarakat dunia semakin haus dengan energi bersih. Perlu adanya kerja sama antarpemangku kepentingan, bagaimana caranya Indonesia dapat mencapai net-zero emission.

Masyarakat pada umumnya masih mengenang bencana besar seperti kecelakaan PLTN di Three Mile Island, Chernobyl, dan Fukushima. Sebaiknya para pendukung PLTN harus sudah bisa meyakinkan masyarakat bahwa PLTN adalah pembangkit listrik yang paling aman dibandingkan dengan pembangkit lainnya sebagaimana dapat dicari di Death per Terawatt Hour

Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi sebelumnya adalah merupakan tragedi. Agar tidak subjektif melihat bencana yang diakibatkan oleh PLTN, perlu juga diklarifikasi apakah pembangkit listrik lainnya tidak pernah mengalami kecelakaan dan memakan korban. Apakah masyarakat tidak memperhatikan jika karena polusi udara sejumlah orang banyak yang meninggal setiap tahun. Hal-hal demikian seharusnya disampaikan kepada masyarakat secara transparan.

Selanjutnya, pertanyaan yang sering di sampaikan oleh masyarakat adalah apakah PLTN ramah lingkungan. PLTN selain mempunyai volume limbah kecil juga sedikit menghasilkan emisi CO2 selama siklus hidupnya. Semua industri di dunia akan menghasilkan banyak limbah. Permasalahannya apakah limbah dari industri ini dikelola, disimpan, dan diawasi dengan baik atau tidak? Pada prinsipnya semakin besar densitas energinya semakin kecil volume limbahnya. Bahan bakar nuklir mempunyai densitas energinya sangat tinggi maka limbahnya sangat kecil. 

Energi angin jika berdiri sendiri menghasilkan lebih sedikit emisi CO2 dari PLTN. Energi angin  bergantung pada cuaca sehingga pada waktu tidak ada angin, energi angin harus di backup oleh pembangkit fosil agar tetap menghasilkan listrik. Emisi CO2 dari energi angin yang di backup fosil lebih tinggi dari PLTN. Pemerintah Indonesia sebaiknya lebih bersungguh sungguh untuk membuat target net-zero emission.  RUEN sebaiknya lebih mendukung ke pembangkit energi rendah karbon dengan memasukan PLTN sebagai solusi transisi energi menggantikan batu bara.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik