Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
GURU merupakan faktor pertama dan penentu (kunci) keberhasilan pembelajaran, keberhasilan implementasi kebijakan dan usaha-usaha inovatif serta demokratisasi pendidikan (Villega-Reimer: 2004). Dalam pembelajaran, guru dan murid merupakan dua subjek yang berinteraksi dan membentuk atau menentukan kualitas pembelajaran. Beberapa studi menyatakan bahwa terdapat hubungan kuat antara apa yang dilakukan guru dengan apa yang dicapai peserta didik dalam pembelajaran (student's achievement) (Sean: 2002; Creemers:1994; Hanushek dan Kain: 2005). Apa saja ciri seorang dapat disebut sebagai guru yang kompeten?
Dalam literatur pendidikan dikenal beberapa istilah seperti professional teacher, effective teacher, qualified teacher, competent teacher, atau 'guru ideal'; analytic, dutiful, satisfying, diversity-responsible, dan respectful teacher untuk menunjuk guru yang baik alias bermutu (Stronge dan Hindman: 2006). Mutu, kompetensi dan effectiveness mengandung pengertian setara. Kompetensi dipahami dari berbagai sisi seperti perilaku atau performansi. Kompetensi dimaknai sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang mencakup kemampuan memilih dan mengetahui pilihan yang tepat. Kompetensi dipahami sebagai tingkat kemampuan dan kualitas seseorang atau kualitas diri (state of being) yang mengandung pengertian lebih luas dari performansi, pengetahuan, skill, tingkat kemahiran yakni mencakup niat, motif dan sikap (Wing-mui; May-hung & Chiao-liang: 1996; Fuad Fachruddin: 2008).
Kualitas, norma, dan etika
Mutu guru merujuk pada sikap atau kualitas diri, keterampilan dan pemahaman yang dimiliki seseorang yang berkaitan dengan pengajaran dan karakter seseorang. Kualitas berkaitan dengan apa yang diharapkan muncul dalam pribadi seseorang dan apa yang dilakukan seseorang. Dalam beberapa riset yang dilakukan Linda Darling-Hammond dan Cynthia D Prince (2007) tentang teacher effectiveness, kualitas guru mencakup beberapa hal, yaitu, pertama, kecerdasan dan kemampuan verbal yang membantu guru mengorganisasi dan menjelaskan gagasan, mengamati dan berpikir secara diagnostik. Kedua, pengetahuan tentang bagaimana mengajar suatu bidang studi kepada peserta didik (pedagogi pembelajaran), secara khusus berkaitan dengan teknik-teknik mengajar dan cara mengembangkan keterampilan berfikir tinggi.
Ketiga, kemampuan memahami peserta didik dan dinamika serta style belajar serta perkembangan belajar peserta didik, kemampuan menilai dan merancang pembelajaran, membantu peserta didik yang mengalami masalah atau kesulitan belajar atau mengikuti pembelajaran. Keempat, keahlian melakukan adaptasi yang memungkinkan guru membuat keputusan tentang apa yang dilakukan dalam menyahuti kebutuhan peserta didik (Darling-Hammond, 2007).
Kualitas mengajar berhubungan dengan pengajaran yang memungkinkan peserta didik belajar. Ia merupakan bagian dari fungsi kualitas guru yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan karakter guru. Kualitas mengajar terkait dengan keadaan pengajaran (pembelajaran). Pembelajaran bermutu dapat mendorong terciptanya lingkungan belajar yang memberikan harapan/tujuan belajar secara jelas, mengakui serta melakukan assessment belajar peserta didik secara adil dan kredibel, memberikan model dan analisis berpikir secara kompleks, menimbang assessment setiap peserta didik, melakukan pemantauan mandiri terhadap proses pembelajaran yang mereka alami.
Pengajaran efektif dicirikan dengan kejelasan arah pembelajaran, keterlibatan penuh anak didik dari awal hingga akhir, serta antusiasme guru terhadap seluruh proses pembelajaran di kelas, termasuk di dalamnya usaha menciptakan lingkungan belajar yang positif (Gurnes: 2007). Guru bermutu mempunyai kemampuan berkomunikasi dalam dua arah, mentransmisi keterampilan tingkat tinggi pada peserta didik seperti menjelaskan konsep dan skill (Stronge, Tucker dan Hindman:2004) termasuk membangun motivasi belajar, kreativitas, dan kerja sama.
Selain itu, keberhasilan guru tidak hanya didasarkan pada prinsip-prinsip efektivitas pengajaran, tetapi pertimbangan norma dan etika juga patut diperhatikan. Dalam bahasa sederhana, bagaimana seorang guru dapat mengajar dengan menggunakan akal, hati, dan rasa yang memungkinkan guru memahami apa yang tepat dilakukan untuk peserta didik sebagai kelompok dan individu yang memiliki keunikan dan keragaman talenta (van Manen: 1991). Oleh sebab itu, keberhasilan belajar dilihat dari kemampuan peserta didik dari pelbagai dimensi; akademik, sosial, fisik, emosi, dan spiritual. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran membawa murid masuk proses pembelajaran yang mendalam yang mengembangkan budaya belajar pada tingkat individu dan sekolah (Davies: 2006).
Guru reflektif
Seorang guru yang efektif adalah juga guru yang reflektif. Untuk itu, kemampuan berpikir reflektif sebagai alat pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan sangat dibutuhkan. Kemampuan berpikir reflektif akan mendorong seorang guru memahami 'siapa kita pada saat bertindak'. Karena itu, seorang guru yang baik ialah guru yang mampu melakukan refleksi terhadap setiap proses pembelajaran yang dijalaninya, serta secara konsisten memikirkan landasan-landasan dan model pembelajaran di kelas maupun di luar kelas yang sesuai bakat dan minat peserta didik. Dialog dengan dirinya sendiri merupakan modal untuk melakukan evaluasi pembelajaran secara efektif (Ferrow: 2000).
Seorang guru reflektif juga biasanya menggunakan pendekatan pembelajaran yang interaktif dan pendekatan pedagogical tact, sebuah kemampuan/cara berpikir yang mencakup ketulusan dan kejujuran, serta mampu menerjemahkan makna psikologis dan sosial dalam sebuah proses dan bentuk pembelajaran. Pendekatan ini sangat baik bagi seorang guru reflektif dalam rangka memperbaiki sekaligus memperbaharui hubungan antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran interaktif (Van Manen: 1991). Guru juga dibekali kemampuan untuk menerapkan karakter-karakter utama dalam pembelajaran melalui integrasi dengan pembelajaran bidang studi dan hidden curriculum.
Secara singkat, guru bermutu (efektif) memiliki empat kemampuan sebagai berikut; pertama, profesionalitas; sebuah komitmen dalam menjalankan fungsi agar peserta didik berhasil, percaya diri, selalu siap menghadapi tantangan, amanah, serta menghargai keragaman anak didik. Kedua, kemampuan berpikir secara analitik dan konseptual. Ketiga, memiliki dorongan kuat untuk melakukan perbaikan, keingintahuan yang tinggi, dan inisiatif. Terakhir, keempat, kepemimpinan; kemampuan guru memimpin dalam kelas (Harris dan Muijs: 2005).
Kemampuan ini diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan; (a) mentoring, melatih, mengembangkan kurikulum, mengembangkan pendekatan dan metoda pembelajaran, menfasilitasi studi kelompok di kalangan peserta didik dan memimpin belajar bersama di kalangan guru. Kepemimpinan guru dalam kelas juga diwujudkan dalam sikap tanggung jawab, entuasiasme terhadap pelaksanaan pembelajaran yang mandiri dan efektif; (b) memandu dan mengarahkan kegiatan pendidikan (pembelajaran) pada tujuan yang ingin dicapai; dan (c) mengambil keputusan dalam kegiatan sekolah (Harris dan Muijs, 2005; Anderson: 2004).
Lewat proyek Peta Virtual Wisata Kota Semarang, guru Ayu Kusumadiyastuti ubah pembelajaran teks deskriptif jadi teknologi petualangan.
Kondisi kesejahteraan guru secara umum, saat ini masih terbilang rendah dan belum sebanding dengan pengabdian yang mereka berikan.
PEMERINTAH telah menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Permendikdasmen) Nomor 7 Tahun 2025 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah.
Satriwan menekankan bahwa Permendikdasmen 7/2025 ini secara egaliter memberikan kesempatan yang sama untuk membuat guru dapat menjadi kepala sekolah.
Program ini akan menyasar guru berusia 50-55 tahun dan akan mendapatkan keistimewaan karena pengalaman mengajar mereka yang sudah lama.
Tunjangan sebesar Rp1,5 juta per bulan diberikan bagi guru dan tenaga kesehatan yang bertugas di pulau-pulau yang lebih dekat.
DALAM beberapa tahun terakhir, konsep pembelajaran mendalam (PM) semakin mendapat perhatian dalam dunia pendidikan.
SEKOLAH saat ini tidak hanya dituntut mencetak siswa unggul akademik, tetapi juga membentuk manusia yang utuh: memiliki kedalaman spiritual, ketangguhan mental, dan kepedulian sosial.
Namun, di era digital saat ini, ruang digital atau internet juga menjadi lingkungan penting yang tak bisa diabaikan dalam pembentukan karakter anak.
SETIAP bulan Mei, kita diingatkan pada dua tonggak sejarah bangsa yang seharusnya memperkuat arah pembangunan pendidikan nasional.
DALAM sebuah seminar tentang pembelajaran mendalam (PM), seorang guru bertanya, “Bagaimana saya tahu kalau saya sudah mengajar sesuai prinsip PM dengan benar?”
BEKERJA dan mendidik sebagai guru hampir selalu beriring dengan kepercayaan bahwa masa depan kehidupan berada di tangan generasi yang lebih muda; para murid dan pembelajar
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved