Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kota Sehat dan Kesehatan Kota

Nirwono Joga Pusat Studi Perkotaan
11/8/2020 04:00
Kota Sehat dan Kesehatan Kota
(Antara/Katriana)

PANDEMI covid-19 telah membawa peluang untuk memperbaiki banyak hal, karena krisis kesehatan ini dibicarakan banyak pihak. Situasi pandemi harus disikapi sebagai kondisi baru, gawat, dan berdampak panjang. Semua temuan sains saat ini berstatus sementara, sedang tahap uji coba klinis. Dunia tidak memiliki pengalaman menangani pandemi dalam skala global ini.

SARS-Cov mudah menyebar, menipu, dan Indonesia sudah kehilangan periode emas penanganan wabah. Pandemi bisa usai bila antivirus dan vaksin ditemukan. Akan tetapi, hingga kini belum ada pengobatan dan vaksin yang dapat menyembuhkan.

Pengendalian penyebaran covid-19 bergantung pada tingkat kedisiplinan warga, untuk (memaksa) mengubah cara hidup mematuhi protokol kesehatan dan pola hidup bersih sehat. Paket kebijakan covid- 19 yang telah diberikan pemerintah bergerak kalah cepat dari penyebaran wabah yang masif, sehingga, tidak efekif menopang kesejahtera an warga. Lalu apa yang harus dilakukan masyarakat untuk dapat bertahan hidup di kota kala pandemi?

Urbanisme dan kesehatan memegang peranan penting terhadap bentuk perkotaan, desain perkotaan, dan konektivitas. Kota dan pandemi sangat berkaitan, karena, pandemi mudah menyebar di kota-kota besar padat penduduk. Mobilitas di kota sangat tinggi karena desain kota tidak kompak dan tidak terpadu.


Jangkauan

Selama pandemi dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jangkauan perjalanan antarwilayah turun setara pergerakan pelaju dari pinggiran kota dan sebaliknya. Memasuki PSBB transisi (adaptasi kebiasaan baru) menuju kenormalan baru, warga melakukan perjalanan sebagai bagian dari mitigasi tekanan ekonomi.

Ironisnya, warga sudah harus mengantre lama di stasiun kereta dan halte bus. Adapun kendaraan umum merupakan ruang tertutup rapat, padat, dan semua lama kelamaan saling dekat. Jaga jarak fisik tidak terlaksana. Kualitas perumahan dan lingkungan kantor harus dibuat memenuhi standar kesehatan. Hunian dan kantor yang layak harus sehat dan aman, serta mampu mengendalikan infeksi yang ditransmisikan melalui udara, air, dan permukaan benda.

Akses ke layanan lokal dan kerentanan baru bermuncul an. Dukungan pemerintah hanya terbatas pada kelompok masyarakat miskin, hampir miskin, dan sakit. Bantuan pemerintah tidak menyasar kelompok kerentanan baru seperti keluarga miskin dan nonmiskin, nonpemutusan hubungan kerja, keluarga yang kehilangan mata pencaharian, pelaku sektor informal dan usaha mikro kecil menengah.

Keterlibatan warga dan kota sebagai ruang sosial. Warga tidak bisa melihat keparahan wabah (angka kasus covid-19 yang terus membengkak) dan sehingga cenderung melakukan kecerobohan yang membahayakan semua pihak. Perkiraan kerentaan sulit diperoleh, sedangkan jejaring pelindung sosial harus melebar. Konsekuensi kesehatan tidak langsung menghinggapi warga seperti kekerasan dan tekanan mental selama berada di rumah.

Tata kelola kota dan produksi pengetahuan untuk kesehatan masyarakat harus ditingkatkan pemerintah. Tata kelola perkotaan turut berpe ran penting dalam mengurangi wabah penyakit, terutama untuk menghentikan penyebaran covid-19.

Reformasi tata pemerintahan kota, manajemen krisis, dan respons kolaboratif baru sebagai bentuk kenormalan baru kota. PSBB, PSBB transisi, dan normal baru harus diintegrasikan dan dikomunikasikan dengan komando lintas daerah dan terpadu.

Pendekatan inovatif yang eksperimental harus dikembangkan di tengah kondisi gawat darurat untuk mencari solusi terbaik sebagai proses pembelajaran bersama yang terus berjalan. Konstruksi modular, penggunaan ulang yang adaptif, dan gerakan membangun kesehatan masyarakat harus digaungkan dan diimplementasikan. Kons truksi bangunan harus adaptif selama pandemi, dirancang lebih fl eksibel, dan mutifungsi ketika terjadi krisis.

Pengaturan lintas sektoral dan pertukaran pengetahuan lintas disiplin akan memperkaya dan mempercepat proses pemulihan kota. Pembangunan kota harus memasukkan protokol kesehatan dalam pengembangan infrastruktur kesehatan masyakat. Pelibatan ahli kesehatan menjadi penting dalam tahapan perencanaan dan perancangan kota ke depan.


Tantangan masa depan

Tantangan masa depan adalah perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengelola ketegangan ganda. Keterbatasan pengetahuan kesehatan masyarakat antara penyakit menular dan penyakit tidak menular. Mobilitas perkotaan dan suplai makanan yang mendukung kesehatan dengan keberlanjutan perekonomian warga. Seberapa lama interaksi daring mampu bertahan dan bisa mengompensasi interaksi sosial dan pengalaman (virtual) yang berbeda.

Pemerintah diharapkan menjembatani untuk mengatasi kerentanan dan ketimpangan yang terjadi saat ini, seperti memperluas defi nisi kerentanan dan ketangguh an, kohesi sosial masyarakat perkotaan, serta mewaspadai epidemi kesunyiandiri. Pemerintah juga perlu mengelola isu krisis perubahan iklim dan darurat keanekaragaman hayati, serta membangun kota sehat.

United Nations Human Settlement Programme (UN Habitat) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru saja mengeluarkan buku panduan Integrating Health in Urban and Territorial Planning. Buku ini dapat menjadi rujukan semua pemangku kepentingan untuk menerapkan kota yang sehat sesuai dengan protokol kesehatan yang diselaraskan dengan kondisi tiap kota atau kabupaten di Indonesia.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya