Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Inspirasi dari Jalur Gaza, Kisah Atlet Palestina di Olimpiade 2024

Nur Amalina
28/7/2024 13:45
Inspirasi dari Jalur Gaza, Kisah Atlet Palestina di Olimpiade 2024
Kontingen Palestina di Olimpiade Paris 2024(X @Palestine_UN)

TAHUN ini, dunia akan menyaksikan momen bersejarah ketika atlet-atlet Palestina mengibarkan bendera mereka di Olimpiade Paris 2024. Di tengah konflik dan kesulitan, semangat para atlet Palestina untuk bertanding di Olimpiade Paris 2024 adalah cermin keberanian dan tekad yang tak tergoyahkan.

Dengan tekad yang kuat dan hati yang teguh, para atlet Palestina menghadapi tantangan di Olimpiade Paris 2024, membuktikan bahwa harapan selalu hidup di tengah kesulitan. Mereka berjuang bukan hanya untuk kemenangan pribadi, tetapi untuk bangsa mereka yang penuh harapan.

Disadur dari BBC, terdapat kisah yang menyentuh hati dari para atlet palestina yang akan bertanding di Olimpiade Paris 2024 ini, banyak tantangan yang dihadapi para atlet karena kondisi insfratruktur yang rusak hingga sulitnya akses untuk keluar dari gaza. 

Baca juga : Tekuk Guinea, Prancis Melaju ke Semifinal Olimpiade Paris 2024

Ini dia perjuangan atlet-atlet  palestina untuk mencapai kemenangan pada Olimpiade Paris 2024.

1. Valerie Tarazie

Instagram @vswimt

Valerie Tarazi bangga mewakili Palestina di Olimpiade. Tarazi, perenang Palestina-Amerika, mengatakan sumber inspirasinya adalah saat melihat Michael Phelps, sang perenang legendaris meraih delapan medali emas di Beijing pada 2008.  Momentum itu menjadikan harapan besarnya untuk menjadi atlet Olimpiade.

Baca juga : Rio Waida Lanjutkan Perjuangan ke Babak Eliminasi Olimpiade Paris 2024

"Itulah yang pertama kali saya rasakan, Ya ampun, saya ingin menjadi atlet Olimpiade," katanya.

Bagi banyak atlet, termasuk Tarazi, Paris adalah mimpi yang terwujud. Namun, setelah lebih dari sembilan bulan perang di Jalur Gaza dan hilangnya puluhan ribu warga Palestina, Tarazi menyatakan partisipasinya di Olimpiade juga merupakan sebuah bentuk penghormatan.

Tarazi, seorang anak dari diaspora Palestina yang besar, berlaga dalam nomor gaya ganti perorangan 200 meter, Jumat (26/7). Meski lahir dan dibesarkan di AS, ia tetap merayakan koneksinya dengan salah satu keluarga Kristen tertua di Jalur Gaza.

Baca juga : Rafael Nadal Berpeluang Mundur dari Nomor Tunggal Putra Tenis Olimpiade Paris 2024

Dia menceritakan bahwa empat anggota keluarga besarnya tewas ketika sebuah gereja dibom oleh Israel, Desember lalu. 

“Kami sangat terbebani oleh ini,” ujarnya tentang jumlah korban tewas di Jalur Gaza yang kini mendekati 40.000. 

“Mereka adalah teman-teman kita, keluarga kita, rekan satu tim kita, atau anggota tim nasional,” tambahnya.

Baca juga : Serangan Israel Tewaskan 50 Warga Jalur Gaza

Komite Olimpiade Internasional telah mengakui Palestina sebagai negara sejak 1995. Tiga perempat anggota PBB sekarang juga mengakui Palestina, meskipun AS, Inggris, dan tuan rumah pertandingan tahun ini belum.

Meskipun latihannya sangat berat dan membutuhkan banyak pengorbanan, Tarazi menyadari bahwa dia berada dalam posisi istimewa yang unik, memiliki kesempatan untuk mengibarkan bendera di panggung olahraga terbesar di dunia. 

“Penderitaan kecil yang saya alami tidak sebanding dengan apa yang mereka hadapi setiap hari,” ujarnya tentang rekan-rekannya di kampung halaman.

2. Tamer Qaoud

bbc

Salah satu rekan setimnya, Tamer Qaoud, menghadapi kesulitan besar dalam mempertahankan ambisi olahraganya sendiri. Hancurnya rumah mereka di Jalur Gaza memaksa keluarga Qaoud berpindah dua kali selama perang, kini mereka menetap di tenda di Deir el-Balah, Jalur Gaza. 

Qaoud memiliki mimpi untuk mencapai Olimpiade, sayangnya ia tidak bisa berpartisipasi dalam Olimpiade ini karena perang dan keadaan.

"Sayangnya, karena perang dan keadaan, kami tidak dapat meninggalkan Gaza." Jelasnya. 

Qaoud, pelari 1500 meter, telah dua kali mewakili negaranya. Setahun yang lalu, di Arab Games di Algiers, ia mengenakan sepatu lari untuk pertama kalinya, dan untuk pertama kalinya berlari di atas permukaan selain beton. 

Pada September, ia bergabung dengan Tarazi di Asian Games di Hangzhou, Tiongkok. Mereka masih di sana saat perang pecah di Jalur Gaza, awal Oktober lalu. Hal itu  memaksa Qaoud untuk pulang. 

Waktu terbaiknya jauh di luar batas kualifikasi Olimpiade, dan harapan kecilnya untuk berkompetisi di Paris, bahkan dengan wild card, memudar cepat. 

Qaoud memiliki keinginan untuk dapat bersaing dengan atlet terbaik dunia seperti Jakob Ingebrigtsen.

"Saya ingin berlari bersamanya, untuk merasakan bagaimana rasanya bersaing dengan atlet terbaik dunia" ujarnya.
 
Di tenda berdebu dan di antara pohon kurma Deir el-Balah, Qaoud terus berlatih dengan mengenakan seragam putih Palestina, ditonton oleh anak-anak kecil yang kebingungan. 

Tempat latihannya dulu Stadion Yarmouk di Kota Gaza kini menjadi tempat pembuangan sampah dan tempat berlindung bagi keluarga-keluarga Palestina yang terlantar. 

Pelatihnya Bilal Abu Samaan tewas dalam serangan udara Israel Desember lalu, salah satu dari 182 atlet dan pejabat olahraga yang tewas sejak Oktober, menurut Asosiasi Sepak Bola Palestina.

"Perang menghancurkan segalanya, menghancurkan impian kami," katanya. 

"Saya berharap dapat meninggalkan Gaza, bergabung dengan kamp pelatihan, mendapatkan kembali kekuatan lama saya, dan kembali lebih kuat dari sebelumnya" harap Qaoud.

3. Yazan al-Bawwab

bbc

Di kolam renang Paris, perenang Palestina lainnya, Yazan al-Bawwab bangga menjadi duta besar tempat di mana bermain olahraga saja merupakan tantangan. 

"Kami tidak punya kolam renang di Palestina, Kami tidak punya infrastruktur," terangnya. 

Sama seperti Tarazi, al-Bawwab lahir dan dibesarkan di luar negeri, namun dengan bangga mengenakan seragam dan identitasnya. 

"Prancis tidak mengakui Palestina sebagai sebuah negara," kata al-Bawwab dengan nada menantang, mengulang kalimat tersebut untuk penekanan. 

"Aku di sini, mengibarkan bendera," tegasnya. 

Partisipasi atlet-atlet Palestina di Olimpiade Paris 2024 adalah lebih dari sekadar kompetisi olahraga. Ini adalah simbol harapan, perdamaian, dan perjuangan melawan segala rintangan. 

Mereka membawa pesan bahwa meskipun konflik dan kesulitan terus menghantui, semangat manusia untuk meraih impian tetap hidup dan bersemangat. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya