Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Akhir Perjalanan Karier Serena, Kenang Jasa sang Ayah

Dhika Kusuma Winata
03/9/2022 21:36
Akhir Perjalanan Karier Serena, Kenang Jasa sang Ayah
Petenis AS Serena Williams meninggalkan lapangan usai menyatakan pensiun dari dunia tenis pascakekalahan di babak ketiga US Open.(AFP/ANGELA WEISS)

MANTAN petenis putri nomor satu dunia Serena Williams gantung raket usai tersisih di babak ketiga AS Terbuka kalah dari petenis Australia Ajla Tomljanovic, Sabtu (3/9) WIB. Petenis berusia 40 tahun itu resmi menyatakan pensiun.

Serena Williams yang serius menekuni tenis sejak kecil di lingkungan gangster yang keras di Compton, California, sukses menjelma menjadi salah satu atlet terbesar sepanjang sejarah sebagai 'Ratu Grand Slam'.

Selama 27 tahun karier profesionalnya, dia merengkuh 23 gelar grand slam. Tujuh gelar di Australia Terbuka, tiga di Prancis Terbuka, tujuh di Wimbledon, dan enam di AS Terbuka. Serena hanya tertinggal satu gelar dari rekor sepanjang masa yang ditorehkan legenda tenis Australia, Margaret Court.

Kesempatan terbaiknya untuk menyamai rekor Court terjadi di final Wimbledon 2018 dan AS Terbuka 2019 namun belum sempat tercapai.

Serena mencicipi titel grand slam pertamanya di AS Terbuka 1999 pada usia 17 tahun. Pada 2017, dia merebut gelar grand slam ke-23 di Australia Terbuka ketika tengah mengandung anaknya, Olympia.


Baca juga: Serena Williams Ucapkan Perpisahan di AS Terbuka


Serena kemudian melahirkan putrinya itu pada September 2017 dan menghabiskan enam minggu terbaring di tempat tidur karena emboli paru.

Serena mengaku amat berhutang budi pada sosok sang ayah Richard Williams. Perjalanan kariernya serta peran ayahnya kemudian diabadikan lewat film King Richard menceritakan masa kecil Serena dan Venus dilatih sang ayah tumbuh di lingkungan yang keras di Compton.

"Saya tidak akan memenangi satu gelar pun tanpa dia dan tanpa dukungannya (Richard). Dia pelatih yang hebat. Dia sangat inovatif," ujar Serena.

"Dia membangun permainan saya dan permainan kakak saya. Dia memberi kami fondasi yang bagus. Itu solid dan tidak lemah, jadi kami selalu bisa mengembangkan permainan kami," imbuhnya.

Salah satu masa kelam di Compton yang dialaminya yakni ketika adik tiri Serena, Yetunde Price, ditembak mati pada 2003 oleh seorang anggota geng.

Setelah kemenangannya di Wimbledon 2010, dia juga mengalami cedera parah pada kakinya yang membutuhkan dua kali operasi. Dia menghabiskan 20 minggu menggunakan gips. Dia juga sempat absen selama setahun terakhir akibat cedera yang didapatnya ketika tampil di Wimbledon 2021. (OL-16)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya