Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pemprov Kalsel Galakkan Patroli Perairan Guna Antisipasi Konflik Nelayan

Denny Susanto
18/2/2025 10:49
Pemprov Kalsel Galakkan Patroli Perairan Guna Antisipasi Konflik Nelayan
Ilustrasi nelayan menggunakan jaring(ANTARA)

PEMERINTAH Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) akan melakukan patroli bersama Polisi Air dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di kawasan perairan Kalimantan dan Selat Makasar. Patroli dilakukan guna mengantisipasi terjadinya konflik antarnelayan seiring maraknya aksi pencurian ikan dan hasil laut oleh nelayan luar Kalsel.

"Kita akan melakukan patroli bersama KKP dan Polair Polda Kalsel. Patroli dilakukan pada kawasan perairan Kalimantan dan Selat Makasar. Patroli ini untuk memerangi kembali maraknya aktivitas nelayan luar Kalsel menggunakan pukat cantrang," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalsel Rusdi Hartono, Selasa (18/2).

Berdasarkan laporan nelayan, aktivitas nelayan luar seperti Jawa Tengah beroperasi mencari ikan menggunakan pukat cantrang di kawasan perairan Selat Makassar atau berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kotabaru. "Sesuai aturan penggunaan pukat cantrang tidak diperbolehkan karena akan mengancam kelestarian ekosistem kawasan perairan. Tidak hanya ikan, terumbu karangpun ikut rusak," ungkapnya.

Rusdi menekankan, patroli difokuskan pada kawasan perairan 12 mil yang menjadi kewenangan provinsi. Sementara pihak KKP menggunakan Kapal Patroli Hiu akan berpatroli di areal di atas 12 mil laut. Selain patroli pihaknya juga berkoordinasi dengan Pemda Jawa Tengah dan nelayan (HNSI) guna mengantisipasi kembali terjadinya konflik antarnelayan di laut.

Konflik antarnelayan ini sudah beberapa kali terjadi dan sebenarnya sudah ada kesepakatan antara nelayan (HSNI) Kalsel dan Jateng. Pada 2024, Dinas Kelautan dan Perikanan bersama Polda Kalsel berhasil mengamankan kapal nelayan Jawa Tengah yang beroperasi menggunakan pukat cantrang.

Konflik antarnelayan ini dipicu perebutan area tangkap. Diakui Rusdi, mayoritas nelayan Kalsel adalah nelayan tradisional dengan rata-rata bobot kapal kecil antara 10-30 GT yang hanya menjangkau area tangkap sekitar perairan Kalsel. Sementara kapal-kapal nelayan Jawa Tengah umumnya berbobot lebih dari 60 GT dan dilengkapi alat tangkap Jaring Tarik Berkantong (cantrang).

Selain menggalakkan patroli di kawasan perairan laut, pihaknya juga terus melakukan pengawasan dan razia aksi penyetruman ikan yang banyak dilakukan nelayan di perairan air tawar dan sungai di wilayah Kalsel.(M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya