Enam Produk UMKM NTT Dipamerkan di Festival Ekonomi Syariah KTI

Palce Amalo
12/7/2024 09:25
Enam Produk UMKM NTT Dipamerkan di Festival Ekonomi Syariah KTI
Model Mengenakan Busana Adat NTT Hasil Produksi UMKM di Festival Ekonomi Syariah, Kawasan Timur Indonesia 2024 (FESyar KTI 2024) di Kendari.(MI/Dok BI NTT)

SEBANYAK enam produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) asal Nusa Tenggara Timur (NTT) dipamerkan di Festival Ekonomi Syariah, Kawasan Timur  Indonesia 2024 (FESyar KTI 2024)

Enam produk itu hadir saat showcasing pelaku usaha syariah (PUS) yang digelar di Kendari, Sulawesi Tenggara sejak 8-10 Juli 2024.

Enam produk itu ialah cokelat ghaura, mama ana, D'Hokiest, Sombra, rumah tenun Ina Ndao, dan Kampung Tenun Alor. 

Baca juga : Program Bangun Karya Diharapkan Dorong Daya Saing UMKM

Pada kesempatan kali ini, perwakilan Bank Indonesia  NTT Chef Aulia Khalis Fusilat berhasil menjadi Juara 3 Halal Chef Competition (Road To IN2HCC).

"Potensi NTT yang luar biasa harus terus dikembangkan, menangkap peluang-peluang pertumbuhan ekonomi baru seperti ekonomi syariah, demi NTT yang maju dan sejahtera," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Agus Sistyo Widjajati di Kupang, Jumat (12/10).

Agus mengatakan, pentingnya penguatan literasi, inklusi hingga kompetensi UMKM dalam sektor ekonomi syariah seperti halal food, modest fashion hingga pariwisata ramah muslim. 

Baca juga : Insan Bumi Mandiri dan ASEAN Foundation Berdayakan Penenun di Alor NTT

NTT memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa seperti sumber makanan sehat dan halal, tenun sebagai bahan pakaian yang ramah lingkungan hingga destinasi pariwisata prioritas.

Kegiatan ini diikuti 19 Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Kawasan Timur Indonesia (KTI) bersama mitra strategis, yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan dan pertumbuhan ekonomi syariah melalui sejumlah program ekonomi syariah di KTI.

FESyar merupakan kegiatan pendahulu menuju Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2024, dibuka oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung.

Baca juga : Jalan Usaha Tani Permudah Akses Wisatawan ke 8 Air Terjun

Pada kesempatan tersebut, Juda menyampaikan empat tantangan pengembangan eksyar. 

Pertama, masih tingginya ketergantungan bahan baku halal dari luar negeri seperti bahan pangan yang belum bersertifikasi halal, kedua, inovasi keuangan syariah masih terbatas pada basis investor yang belum kuat.

Selanjutnya, ketiga, potensi pasar yang besar dari dalam negeri belum tergarap dengan baik di tengah potensi Indonesia sebagai pusat modest fashion dunia, dan keempat, masih rendahnya tingkat literasi produk dan ekonomi syariah yang baru mencapai 28%. 

"Ke depan, pada 2025, BI  berupaya meningkatkan literasi hingga 50%," ujarnya. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya