Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
SEEKOR anak gajah Sumatra mati akibat terkena jeratan di sekitar Taman Nasional Teso Nilo, Kabupaten Pelalawan, Riau. Kematian hewan dilindungi ini meningkat karena maraknya perburuan liar dan kerusakan habitat.
Karyawan perusahaan perkebunan menemukan anak gajah Sumatra itu dalam kondisi memprihatinkan. Kaki kanan depan hewan langka ini terkena jeratan tali nilon. Tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau sempat berupaya menyelamatkan anak gajah berbobot 500 kilogram. Namun, hewan mamalia ini tidak tertolong.
Tim medis langsung melakukan nekropsi atau bedah organ untuk mengetahui penyebab kematian gajah. Dari hasil penyelidikan sementara diketahui anak gajah berumur dua tahun mati karena mengalami infeksi berat di bagian kaki dan kerusakan organ dalam.
Baca juga: Bayi Gajah Sumatra Kembali Lahir di Taman Nasional Way Kambas
"Berdasarkan identifikasi dari tim medis pada kaki gajah sebelah kanan depan ternyata ada lilitan tali nilon yang diduga lilitan kaki nilon itu sudah terpasang, bagaimana terpasangnya masih melakukan penyelidikan," ujar Kepala BBKSDA Riau Genman S Hasibuan.
"Saat ditemukan, anak gajah itu sudah tidak mau bergerak, ketika didekati, mengeluarkan suara keras dan terbaring. Ketika dokter hewan melakukan pengecekan, gajah tersebut sudah mati."
Baca juga: Menyoal Kesehatan Gajah di Kampus Unpad
Diduga, jeratan yang melilit kaki gajah ini sengaja dipasang pemburu liar. Polisi setempat masih menyelidiki kasus kematian hewan dilindungi ini. Kematian gajah Sumatera terjadi setiap tahun di Riau.
Saat ini populasi gajah Sumatra di provinsi ini tersisa hanya 300 ekor. Gajah mati akibat perburuan liar, kerusakan habitat dan perluasan areal perkebunan. (Z-3)
Bekas lahan sawit tersebut kemudian dilakukan pemulihan kawasan dengan menanam berbagai jenis tanaman.
Hutan dengan kerapatan kayu di atas 70 persen hanya tersisa sekitar 10 ribu hektare. Sementara yang berkepadatan 40–70 persen hanya 8 ribu hektare.
LANGKAH pemerintah dipuji karena berani menutup lahan sawit ilegal yang beroperasi di kawasan Hutan Konservasi Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Riau.
PELAKU yang menjual lahan di dalam Kawasan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) ditangkap oleh jajaran Polda Riau. Pelaku diketahui telah menerbitkan lebih dari 200 surat hibah palsu.
Seorang tokoh adat bernama Jas alias Jasman, 54, ditetapkan sebagai tersangka karena diduga mengeklaim kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN)
KEPOLISIAN Daerah (Polda) Riau menangkap salah seorang tokoh adat atau Batin berinisial JS sebagai terduga pelaku jual beli lahan dengan dalih tanah ulayat seluas 113 ribu hektare (ha) di kawasan konservasi Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).
Kedua tersangka merupakan anggota Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) di kampus UIN Suska Riau.
Peluncuran ini akan dilakukan langsung oleh Gubernur Riau Abdul Wahid sebagai bentuk komitmen penuh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau menyukseskan program Presiden Prabowo.
Keputusan untuk memperpanjang status tanggap darurat merupakan bentuk komitmen Pemprov Riau dalam penanganan Karhutla.
Menteri KLH/BPLH, Hanif Faisol Nurofiq menegaskan bahwa dunia usaha harus mengambil peran aktif dalam pencegahan dan penanggulangan karhutla.
"Jadi saat wilayah yang mudah terbakar meluas, kami mohon bantuan, dukungan yang berada di Provinsi Riau benar-benar menjaga jangan sampai lahan itu terbakar,"
Polda Riau sedang terus menginvestigasi motif para tersangka di balik insiden Karhutla.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved