Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Kebangkitan Ikon Lokomotif Minangkabau dalam Galanggang Arang

Media Indonesia
23/10/2023 20:29
Kebangkitan Ikon Lokomotif Minangkabau dalam Galanggang Arang
Peluncuran Galanggang Arang(MI/HO)

MAK Itam, lokomotif peninggalan sejarah perkeretaapian Minangkabau kini dibangunkan kembali dari tidur panjangnya. Lokomotif hitam pekat berbahan bakar batu bara itu dibangkitkan mengiringi gelaran Galanggang Arang bertema “Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia” yang baru saja diluncurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Pemerntah Daerah Sumatra Barat, para peneliti, tokoh adat, komunitas, dan berbagai kalangan masyarakat di Fabriek Bloc, Tabing, Kota Padang, Kamis (19/10/23) malam. 

Galanggang Arang merupakan gelaran atas penetapan situs tambang batubara Ombilin sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Rangkaian akan difokuskan di tujuh kabupaten/kota yang dilalui jalur kereta api, yaitu Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kota Sawahlunto, dan Kota Solok. Rangkaian kegiatan akan berlangsung mulai dari Oktober hingga Desember 2023.

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti mengatakan Galanggang Arang diharapkan bisa menjadi wadah gotong royong bagi pemangku kepentingan untuk bersama-sama memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan Warisan Dunia Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto (WTBOS).

Baca juga: Kota Digital, Pembelajaran Digital, dan Pariwisata Budaya, Tiga Sepilin untuk Masa Depan Payakumbuh

“Tujuannya agar tercipta kesejahteraan masyarakat dengan pendayagunaan ekonomi dan program pariwisata, serta tata kelola tambang batu bara Ombilin Sawahlunto yang berkelanjutan dengan berbasis pada pengetahuan budaya,” ungkap Irini.  

Koordinator Masyarakat Peduli Kereta Api Sumatra Barat (MPKAS) Yuhefizar mengatakan jalur kereta api batubara di Sumatra Barat melewati Kota Sawahlunto, Kota Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Padang, serta Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kabupaten Sijunjung dan Payakumbuh.

Dahulu, Mak Itam menjadi lokomotif primadona dalam perlintasan kereta api Minangkabau. Kini, setelah istirahat panjang, Mak Itam dihidupkan kembali sebagai daya tarik masyarakat luas serta para peminat wisata budaya dan sejarah. 

Baca juga: Tercatat 4,26%, Angka Kemiskinan di Padang Turun pada 2022

Nantinya, Mak Itam akan melewati stasiun-stasiun perlintasan dalam Galanggang Arang dengan tajuk “Mak Itam Pulang Kampung”. 

“Saat ini, Mak Itam sudah mulai beroperasi dengan membawa satu gerbong penumpang berkapasitas tiga puluh orang. Dahulu, selain membawa penumpang, Mak Itam juga membawa barang. Untuk saat ini hanya sebagai kereta wisata saja yang membawa penumpang,” tutur Yuhefizar, yang juga Akademisi Politeknik Negeri Padang.

Pastinya ada sensasi berbeda dalam menunggangi Mak Itam. Selain tampilannya yang ikonik, Mak Itam juga masih tetap menggunakan batu bara sebagai bahan bakar. Sehingga asap hitam masih mengepul dari cerobong serta suara khas lokomotif tempo dulu akan yang selalu melengking.

Untuk menghidupkan Mak Itam, perlu pemanasan tiga sampai empat jam. Sadar akan tenaganya yang sudah berkurang karena dimakan usia, disiapkan kereta api perintis untuk menjemput penumpang kalau-kalau Mak Itam mogok di jalan.

Selain Mak Itam, masih ada sejumlah daya tarik perkeretaapian Minangkabau, yakni rel kereta api bergigi yang hanya ada dua di dunia, yaitu di Minangkabau dan Swiss. 

Tidak hanya itu, Sumatra Barat juga memiliki rel kereta api terpanjang yang mengitari danau sepanjang 19 kilometer, melewati tiga lubang kalam (Muara Kalaban, Kupitan, Tanah Datar), serta jembatan kereta api tinggi (bagian WTBOS).

“Ini bisa menjadi objek wisata yang menarik,” ungkap Yuhefizar usai menjadi narasumber dalam dialog mengenai “Aktivasi dan Penguatan Ekosistem WTBOS melalui Sinergitas Anak Nagari dan Kelembagaan” di Asrama Haji, Tabing, Kota Padang, Kamis (19/10) siang.

Selain dialog sejarah budaya, dalam agenda itu juga dirumuskan kesepakatan antara pemangku adat dan pemerintah daerah untuk menyukseskan Galanggang Arang serta penguatan WTBOS. Hasil kesepakan ini menunjukkan komitmen bersama untuk melestarikan, menjaga, dan mengembangkan WTBOS termasuk jalur kereta api dan semua propertinya demi pemajuan kebudayaan berkelanjutan. (RO/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik