Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
MUSIM kemarau panjang di Kota Tasikmalaya, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Banjar dan Pangandaran telah menyebabkan banyak lahan pertanian gagal panen atau puso. Hal itu berdampak pada harga beras medium dan premium yang terus merangkak naik.
Meskipun, pemerintah daerah sejak beberapa pekan lalu memang telah menggelar operasi pasar murah. Nyatanya, strategi itu belum berdampak.
Seorang pembeli beras, Danang, 55, warga Ciawi mengatakan, kenaikan beras ini menambah berat beban ekonomi keluarganya. Harga beras yang awalnya murah, bisa dijangkau masyarakat sekarang tetap melambung tinggi.
"Dalam program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) seharga Rp 10.900 per kg yang dilakukan di pasar Cikurubuk memang semua pembeli harus melampirkan KTP dan diberi jatah hanya satu kantong isi 5 kg. Akan tetapi, pembeliannya terbatas. Masyarakat tetap harus membeli beras dengan harga mahal," katanya, Jumat (6/10).
Saat ini setiap pedagang menjual beras seharga Rp 14.500 hingga Rp15 ribu per kg tapi untuk kualitas medium mereka menjual seharga Rp13 ribu hingga Rp 13.500 per kg.
Di minimarket bahkan, beras 5 kg dijual seharga Rp89 ribu atau Rp17.500/kg, Rp95 ribu (Rp19 ribu/kg), dan Rp98 ribu (Rp19.600/kg).
"Biasanya kami membeli beras medium seharga Rp 11.500 per kg dan sekarang jadi mahal, Rp 13.500 per kg. Kami juga terpaksa harus membeli beras premium seharga Rp 14.500 ribu per kg karena, di wilayah Kota Tasikmalaya tidak sesuai dengan kualitas dan kadang terlihat kuning hingga setelah dimasak bau apek," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, UMKM Kota Tasikmalaya, Apep Yosa Firmansyah mengakui jika suplai beras selama musim kemarau menyusut karena produksinya menurun.
"Untuk beras memang di pasaran sudah mulai menipis dan kami tetap berharap agar bisa mengirimkan kembali," jawabnya. (Z-4)
Melemahnya daya beli masyarakat menyebabkan penjual berasĀ menurun hingga 50%.
Nantinya, beras konsumsi harian akan disederhanakan hanya menjadi satu jenis, yaitu beras reguler.
Hasil pengamatan Ombudsman menunjukkan bahwa isu pengoplosan beras yang selama ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat sebenarnya tidak sepenuhnya tepat.
Setelah ada keputusan, pemerintah akan memberikan waktu transisi untuk penyesuaian sehingga tidak serta merta langsung diterapkan.
BPS melaporkan kenaikan harga beras pada Juli 2025, dengan inflasi mencapai 4,14%. Beras medium mengalami lonjakan tertinggi. Simak detail selengkapnya.
Harga beras terus merangkak naik terutama terjadi pada beras premium super semula dijual Rp13.500 perkg menjadi Rp 15 ribu hingga Rp 16 ribu per kg.
Penyaluran dilakukan melalui beragam saluran. Di antaranya melalui toko retail, toko-toko beras di pasar, dan Koperasi Desa Merah Putih.
Masih ada sejumlah tantangan dalam menjalankan Koperasi Merah Putih.
Sedangkan beras SPHP ada subdisi dari pemerintah. Artinya, masyarakat harus menebus pembelian beras tapi dengan harga terjangkau.
Perum Bulog diminta mempercepat operasi pasar, khususnya untuk menyalurkan beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) setelah maraknya beras oplosan
Bulog melakukan operasi pasar karena terdapat beberapa daerah yang mengalami kenaikan harga pangan.
pemerintah perlu juga menganalisa penyebab terjadinya pelanggaran pengoplosan beras.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved