Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
TIM EKSKAVASI Situs Keputren Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kerto - Pleret di Kapanewon Pleret, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menemukan artefak fragmen gerabah yang diduga wadah air terbuka. Temuan wadah air ini memiliki motif hias dan ciri khas era Majapahit.
Menariknya, ekskavasi Situs Keputren ini pun dilakukan di lahan pribadi milik warga setempat yang dilakukan sejak 10 Agustus 2023 hingga 7 September 2023.
Usai ekskavasi, tim melakukan penutupan kembali situs dan artefak fragmen yang ditemukan di data dan diserahkan kepada Disbud DIY untuk dilakukan kegiatan pelestarian dan pengamanan.
Baca juga : Menengok Kelenteng Tertua di Yogyakarta dan Persiapannya Menyambut Imlek
Fragmen gerabah wadah air tanpa tutup berukir peninggalan Majapahit pada abad XIII ini ditemukan pada salah satu kotak area ekskavasi yang diduga merupakan saluran air kuno berasal dari abad 17 atau era Kerajaan Mataram Islam dalam kondisi tidak utuh dan berbentuk kepingan.
Meski telah hancur, karakter motif hias yang bercirikan era Majapahit masih nampak jelas dan menonjol ukirannya. Wadah air terbuka kuno ini sendiri diperkirakan memiliki diameter sekitar 50 cm yang biasa digunakan kalangan bangsawan kala itu.
Peneliti Pusat Riset Arkeologi, Prasejarah dan Sejarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Hery Priswanto mengatakan ekskavasi yang dilakukan di Situs Keputren ini merupakan rangkaian akhir dari penelitian yang dilakukan Disbud DIY pada 2023.
Baca juga : Setelah Tiga Abad, Akhirnya Peninggalan Kerajaan Singasari Kembali ke Tanah Air
Penelitian sebelumnya telah dilaksanakan Situs Kedaton dan Situs Kerto. Tim Ekskavasi Keputren menemukan beberapa data arkeologi yang signifikan, salah satunya arsitektur monumental berupa struktur bata dengan beberapa strukturnya menggunakan batu andesit yang berasal dari batuan candi berornamen.
Temuan serupa pernah dijumpai di Situs Kerto. Tim Ekskavasi Situs Keputren, imbuhnya, mendapatkan temuan dua struktur,
yaitu pertama struktur pondasi dari sebuah tembok yang membujur dari timur ke barat dengan lebar kurang lebih 70 cm pondasinya dan berbahan bata.
Kedua, struktur yang diduga sebagai saluran air dengan orientasi utara-selatan. Pada struktur saluran air inilah ditemukan artefak fragmen kuno berupa wadah-wadah atau tempat air yang sudah tidak utuh.
Baca juga : Sejarah Candi Prambanan Peninggalan Raja Rakai Pikatan
Wadah-wadah air ini sangat bervariasi, ada yang tertutup dan terbuka. "Wadah air yang tertutup banyak ditemukan berupa pecahan dari kendi, kemudian wadah air terbuka dengan ukiran yang ditempel," ujarnya.
Yang menarik lagi, imbuhnya, selama penelitian di Pleret sejak 2007 lalu, baru kali ini temuan berupa wadah air terbuka dengan ornamen yang mirip dengan ornamen yang dijumpai di Trowulan Mojokerto sehingga ada kemiripan dengan era Kerajaan Majapahit.
"Artinya keberadaan artefak ini dimiliki bukan orang sembarangan. Keputren sendiri merupakan sebuah pemukiman Pleret yang digunakan para putri raja dan selirnya. Dengan temuan artefak berupa wadah-wadah air kemudian struktur ini bisa menjawab bahwa Keputren ini punya peran dan nilai penting serta bagian dari Keraton Pleret yang pernah ada pada abad 17," tutur Hery selaku Koordinator Lapangan (Korlap) Tim Ekskavasi Situs Keputren saat ditemui di lokasi penelitian, Keputren, Pleret, Bantul, Rabu (6/9).
Baca juga : Sejarawan Apresiasi Pemulangan Ratusan Artefak dari Belanda
Hery mengaku pernah menemukan artefak fragmen dengan model ukiran yang tempel dan dikasih hiasan yang serupa pada saat dirinya melakukan penelitian di area Jawa Timur. Ukiran pada artefak fragmen yang ditemukan di Situs Keputren Pleret ini sama dengan ukiran dengan era Majapahit Kuno.
Dengan demikian keberadaan benda ini sudah ada dan dimanfaatkan oleh orang yang tidak sembarangan di Situs Keputren tersebut. Mengingat artefak wadah air yang dimiliki masyarakat pada umumnya biasanya polos alias tidak mempunyai ukiran.
Temuan artefak fragmen kuno yang monumental dan signifikan ini selanjutnya di data dan diserahkan kepada Disbud DIY untuk dilakukan kegiatan pelestarian dan pengamanan serta disimpan di Museum Pleret.
Baca juga : Ketua Dewan Kesenian Kutuk Perusakan Situs Sejarah di Kediri
Lokasi ekskavasi pun merupakan lahan warga bernama Parjinem dan belum dibebaskan Disbud DIY hingga saat ini. Tim Ekskavasi Situs Keputren hanya diberikan kesempatan untuk melakukan penelitian tetapi setelah selesai akan ditutup atau ditimbun tanah kembali.
Alasan penutupan demi keamanan dan pelestarian situs tersebut karena tidak bisa dibiarkan terbuka. Lain halnya apabila lahan tersebut sudah dibeli oleh Disbud DIY maka situs tersebut bisa diberikan peneduh dan pagar batas pengaman sebagai perlindungan. Tim peneliti juga telah membuat penanda apabila situs ini akan dibuka kembali nantinya.
"Harapan kami jika lahan situs ini sudah dibebaskan akan menambah satu klaster lagi yang ada di KCB Kerto-Pleret seperti klaster Masjid Kauman, Klaster Kerto, Klaster Kedaton dan kemungkinan bisa menambah Klaster Keputren. Di Pleret ini juga dijumpai cepuri beteng dalam dan ternyata keberadaan situs Keputren ini berada di sisi utara dari cepuri," imbuh
Hery.
Baca juga : Peringatan Hari Purbakala, Pemuda Diajak Lestarikan Cagar Budaya
Sebelumnya, Hery mengungkapkan awal mula di lakukan ekskavasi situs Keputren. Pada 1980-an, ada seorang warga yang sudah mengangkat tiga batu andesit yang dijadikan taman di area yang menjadi lokasi penelitian saat ini. Selain pengambilan batu andesit, banyak warga yang menggali batu bata merah.
Dalam hal ini, pihaknya merekomendasikan agar batu andesit tersebut dikembalikan ke tempat semula. Selanjutnya jika situs
tersebut belum diambil alih dinas, maka perlu diberikan papan informasi bahwa di lokasi tersebut pernah dilakukan penelitian dengan hasil struktur dan data artefak supaya diketahui masyarkat.
Kerabat pemilik lahan Situs Keputren sekaligus Koordinator Pengelola KCB Kerto-Pleret Supriyanto menyampaikan lokasi situs ini memang masih lahan pribadi milik bibinya yang kini tinggal di Malang sehingga yang mengurus tanahnya diserahkan kepada ayahnya.
Baca juga : Cagar Budaya DIY Hadapi Tantangan Kepadatan Penduduk
Sebelum dimiliki sang bibi, kebun ini, konon dahulunya merupakan hutan bambu dan pemakaman sinden. Warga pun banyak yang mengambil bata dan batu andesit di lokasi ini.
Lambat laun hingga saat ini, lahan kosong ini digunakan sebagai kandang ternak warga setempat.
"Awal digali memang ada batu bata di atas batu andesit yang membujur sehingga kita presentasikan di Disbud DIY dan akhirnya dibuka. Ini pertama kali ekskavasi yang status tanahnya belum dibebaskan, hal ini berkaitan dengan tugas saya di KCB Kerta-Pleret. Harapannya lahan ini bisa dibebaskan agar menjadi pengayaan dan kelengkapan cerita sejarah KCB Kerto - Pleret.
"Saya siap membantu mediasi dan mudah-mudahan ada tindaklanjut dari Disbud DIY nantinya," imbuh Supri. (Z-4)
Penjelajah gua temukan artefak kuno diduga digunakan dalam ritual kesuburan di Gua Tlayócoc, Meksiko. Artefak diperkirakan berasal dari era Pascaklasik.
Para peneliti menemukan Lima artefak kuno dari besi meteorit dalam koleksi Museum Czestochowa, Polandia.
MENTERI Kebudayaan Fadli Zon mengatakan sedang mengupayakan pengembalian Prasasti Pucangan yang berasal dari Indonesia, kini berada di India
Mars, planet merah yang berjarak sekitar 140 juta mil dari Bumi, telah menjadi saksi kehadiran manusia melalui berbagai misi eksplorasi.
Arkeolog di Alkmaar, Belanda, menemukan dua artefak kayu langka dari abad ke-15 dalam penggalian tangki pembuangan antara tahun 1450 hingga 1558.
Sebuah penemuan luar biasa dari artefak Zaman Perunggu Akhir ditemukan di rawa dekat Veksø, Denmark. Penemuan ini termasuk pedang yang ditekuk secara ritual.
Kalau kamu termasuk yang menyukai tentang wisata sejarah dan ingin mengunjungi beberapa candi, berikut rekomendasi candi yang dapat kamu datangi!
Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, menyambut dengan hangat kembalinya empat arca peninggalan Kerajaan Singasari dari Belanda ke Tanah Air.
Sejarawan nasional Adli Abdullah mengapresiasi upaya pemerintah yang berhasil membawa pulang ratusan artefak bersejarah milik Indonesia dari Belanda.
Penemuan arkeologi memberikan wawasan berharga tentang peradaban kuno di wilayah Kalimantan Timur dan sejarah Kerajaan Kutai. Berikut beberapa artefak peninggalan dari Kerajaan Kutai.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved