Dalam Etika Berjejaring Sosial, Jarimu adalah Harimaumu

Deri Dahuri
15/4/2023 15:06
Dalam Etika Berjejaring Sosial, Jarimu adalah Harimaumu
Program literasi digital nasional sektor pendidikan wilayah Sulawesi yang diikuti 7.042 siswa SD, SMP, dan SMA di Kota Palopo, Sulsel.(Ist)

PROGRAM literasi digital nasional sektor pendidikan terus digalakan melalui Kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital.

Kegiatan ini digagas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.

Kali ini, program literasi digital nasional sektor pendidikan wilayah Sulawesi yang diikuti 7.042 siswa dari 155 sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) di Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), pada Jumat (14/4).

Baca juga: Kemenkominfo Ajak Siswa SD dan SMP Luwu Timur Bijak Bermain Game Online

Kegiatan secara nonton bareng (nobar) ini mengangkat tema “Etika Berjejaring: Jarimu Harimaumu,”.

Kegiatan digelar dalam rangka meningkatkan tingkat Literasi Digital 50 juta masyarakat Indonesia pada tahun 2024 menuju Indonesia #MakinCakapDigital.

Tingkat Literasi Masyarakat Indonesia Berada di Level Sedang

Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 yang lalu, menunjukkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia berada di level sedang dengan nilai 3,49 dari 5,00.

Baca juga: Ratusan Mahasiswa Generasi Z di Jatim Tingkatkan Literasi Digital

Oleh karena itu, perlu upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia dengan memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman ini.

Dalam program literasi digital, disuguhkan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.

Ada Batasan Utama yang Dijaga di Media Sosial

Kali ini program #literasidigitalkominfo menampilkan sejumlah narasumber. Narasumber pertama yakni Kepala Dinas Pendidikan Palopo, Asnita Darwis, S.STP, membawakan materi Budaya Digital.

 Ia mengingatkan bahwa ada batasan-batasan yang harus dijaga di media sosial dan perlunya kompetensi berbudaya di media sosial.

Ditambahkannya, penting juga untuk meningkatkan literasi digital dengan menulis dan memanfaatkan perpustakaan digital.

Baca juga: Media Sosial Beri Ruang Berekspresi Bebas Tapi Miliki Batasan

"Saya mendorong anak-anakku untuk berpartisipasi dalam upaya bersama dalam membuat perpustakaan digital untuk meningkatkan prestasi," jelas Asnita.

"Mari kita manfaatkan teknologi untuk membentuk generasi digital yang bijak dalam menggunakan smartphone, iPad, dan gadget lainnya,” ujarnya.

Lalu materi terkait Kecakapan Digital disampaikan Anang Dwi Santoso, yang merupakan Dosen Universitas Sriwijaya.

Berjejaring Sangat Penting di Era Digital

Dituturkannya, berjejaring sangat penting di era digital karena bisa memperluas jaringan serta mengembangkan sinergi yang dapat membangun akses menuju sumber daya serta meningkatkan kemampuan komunikasi.

Ia pun menyebut jika media sosial dapat digunakan untuk membangun relasi dan mempromosikan diri.

Baca juga: Literasi Digital Mampu Tangkal Hoaks di Dunia Maya

“Kita dapat membangun relasi dan berkolaborasi dengan orang-orang sebidang untuk mempromosikan kampanye yang berkelanjutan dengan konten yang bermanfaat," ujar Anang.

"Oleh karena itu, penting untuk memiliki keterampilan komunikasi, sosial, manajemen waktu, dan inisiatif yang baik,” ungkapnya.

Sedangkan narasumber ketiga adalah seorang Praktisi Pendidikan, Imam Wicaksono.

 Ia menyampaikan materi terkait Keamanan Digital, di mana disebutnya ada bahaya terselubung di dunia maya, seperti kecanduan gawai dan gadget, juga penipuan siber yang berbahaya saat beraktivitas di dunia digital.

Waspada terhadap Penyebaran Informasi Palsu

Selain itu ia meminta agar waspada terhadap penyebaran informasi palsu dan fakta yang direkayasa atau dikenal dengan hoaks.

“Kita harus mampu membedakan berita bohong yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Namun, mengapa hoaks masih tetap ada? Hoaks ada karena terdapat kepentingan finansial dan provokatif yang bisa menguntungkan pihak-pihak tertentu. Sebagai individu, kita harus menjaga diri dari hal-hal yang buruk,” jelasnya.

 Sementara narasumber terakhir yakni Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel, Drs. Harpansa P., MM., yang diwakili oleh Plt. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XI Disdik Pemprov Sulsel, Achmad Karim, SE.

Dalam kesempatan itu ia yang menyampaikan materi terkait Etika Digital menyebut jika konten negatif seperti hoaks, propaganda, dan provokasi bisa memojokkan pihak tertentu dan akan berdampak buruk jika menjadi viral.

Baca juga: Cegah Cyberbullying, 4.000 Siswa SMA Ikuti Gerakan Literasi Digital

Karena itu, ia meminta agar bertindak etis dalam menggunakan media digital agar tidak menimbulkan dampak negatif.

“Internet seharusnya menjadi anugerah, namun bisa menjadi bencana jika teknologi tidak digunakan dengan bijak dan tidak menjunjung nilai kebaikan. Kita perlu berkolaborasi dalam menggunakan teknologi digital untuk menciptakan lingkungan online yang aman dan etis,” pungkasnya.

Para peserta berkesempatan mengajukan sejumlah pertanyaan yang dijawab secara langsung pula oleh narasumber pada sesi terakhir webinar, dengan dipandu oleh moderator Steffany S.

Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital sektor pendidikan dapat diperoleh pada media literasi digital kominfo di info.literasidigital.id atau mengikuti media sosial Literasi Digital Kominfo di Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Literasi Digital Kominfo, dan Youtube @literasidigitalkominfo. (RO/S-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya