Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KAMPANYE Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia digagas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, dengan menggelar program literasi digital nasional sektor pendidikan wilayah Sulawesi.
Literasi digital kali ini diikuti 9.335 siswa dari 195 sekolah dasar di Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, pada Selasa (11/4) dimulai pukul 09.00 sampai dengan 11.00 WITA.
Kegiatan secara nonton bareng (nobar) ini mengangkat tema “Etika Pelajar di Dunia Digital,” dan digelar dalam rangka meningkatkan tingkat Literasi Digital 50 juta masyarakat Indonesia pada tahun 2024 menuju Indonesia #MakinCakapDigital.
Baca juga: Para Siswa di Bone Diajak Gunakan Media Sosial Secara Positif, Produktif, dan Aman
Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 yang lalu, menunjukkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia berada di level sedang dengan nilai 3,49 dari 5,00.
Empat Pilar Utama Literasi Digital
Sehingga upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia dengan memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman ini, menyuguhkan materi yang didasarkan pada 4 pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Kali ini program #literasidigitalkominfo menampilkan sejumlah narasumber, di mana narasumber pertama yakni Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, Drs. Nursalam, membawakan materi Budaya Digital.
Baca juga: Cegah Cyberbullying, 4.000 Siswa SMA Ikuti Gerakan Literasi Digital
Menurut Nursalam. penting untuk memperhatikan budaya yang kita miliki dalam bermedia digital dan menanamkan nilai Pancasila sebagai dasar interaksi dengan orang lain di dunia digital.
Mursalam menyarankan untuk tidak saling menghina dan mengejek, mengutamakan kepentingan bangsa di atas golongan pribadi, tidak memecah belah, memberikan kesempatan yang sama, dan bekerja sama.
“Dunia digital merupakan bagian dari kehidupan kita saat ini, sehingga kita harus memanfaatkannya dengan bijak dan sebagai sumber pembelajaran bagi semua orang. Kesimpulannya, kita harus bijak dalam bermedia digital dan menjaga interaksi kita dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya kita menjaga budaya kita,” ujarnya.
Tata Krama dan Sopan Santun dalam Penggunaan Internet
Lalu materi terkait Etika Digital disampaikan Aina Masrurin, Manajer Cerita Santri.id dan Koordinator Media PW Fatayat NU DIY.
Dituturkan Aina, untuk menjaga proses belajar tetap berjalan baik dan tata krama yang sopan dalam penggunaan internet, penggunaan gadget harus terkontrol agar tak menghabiskan lebih banyak waktu dalam sehari.
Baca juga: Siswa SD di Bogor Diajak Mengenal Literasi Digital Sejak Dini
Selain itu dalam berinternet, harus mampu menghadapi sejumlah tantangan seperti cyberbullying, plagiarisme, serta penggunaan karya orang tanpa izin.
“Kita harus bijak dan hati-hati dalam menggunakan media digital untuk menghindari tindakan yang tidak etis seperti menyebarkan kabar bohong atau pelecehan seksual di platform seperti TikTok dan Instagram yang rentan terjadi karena berbentuk gambar dan video. Jika mengalami masalah, bisa mencari bantuan dari guru BK atau pendampingan yang dibutuhkan,” ungkapnya.
Sedangkan narasumber ketiga merupakan Art Enthusiast, Mathori Brilyian. Ia menyampaikan materi terkait kecakapan digital.
Mathori menjelaskan, jika dalam menggunakan aplikasi percakapan dan media sosial agar selalu mengkritisi dan menganalisa sebelum membagikan sesuatu.
Baca juga: Kuasai Literasi Digital Cegah Plagiarisme
Selain itu, menurut Mathori, dalam mengakses Youtube dan Tiktok agar memprioritaskan pengingkatan pengalaman belajar dengan mengakses konten yang baik dan informatif.
“Konten yang baik harus relevan dengan topik yang ingin disampaikan dan mampu membangkitkan empati serta motivasi. Selain itu, solusi yang diberikan juga harus bermanfaat bagi orang yang melihat. Oleh karena itu, penting untuk bekerja sama dalam menyebarkan konten yang positif,” jelasnya.
Para peserta berkesempatan mengajukan sejumlah pertanyaan yang dijawab secara langsung pula oleh narasumber pada sesi terakhir webinar, dengan dipandu oleh moderator Stefanny S.
Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital sektor pendidikan dapat diperoleh pada media literasi digital kominfo di info.literasidigital.id atau mengikuti media sosial Literasi Digital Kominfo di Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Literasi Digital Kominfo, dan Youtube @literasidigitalkominfo. (*)
Kominfo Bersama Indosat Ooredoo Hutchison dan Mastercard, Latih Satu Juta Talenta Keamanan Siber
Kurangi akses media digital atau elektronik dengan memindahkan perangkat elektronik ke ruang yang lebih publik. Sehingga anak-anak akan lebih mudah diawasi.
KEMENTERIAN Komunikasi dan Informatika sempat mencanangkan Rancangan Peraturan Menteri (RPM) Layanan Konten empat tahun silam
Menkominfo menegaskan, ‘penyakit kedua’ yang menyertai pandemi Covid-19 itu menimpa pada orang yang tidak bisa membedakan mana informasi yang benar dan dari mana sumbernya.
Saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan digital skills gap, di mana kebutuhan tenaga kerja ahli dalam bidang digital masih belum tercukupi.
Digital Talent Scholarship tidak hanya hadir untuk memenuhi kebutuhan skill di era digital, tetapi sekaligus mempertahankan produktivitas masyarakat.
Melalui platform online seperti Shopee, brand kecantikan lokal semakin berkembang dan memperluas pasar dengan berbagai fitur dan program yang ditawarkan.
Kehadiran anak-anak sebagai kidsfluencer ini rupanya memicu kekhawatiran akan potensi eksploitasi anak
Studi menunjukkan semakin banyak waktu yang dihabiskan remaja di media sosial, semakin besar kemungkinan mereka mengalami perundungan terkait berat badan.
Perubahan ini tidak hanya mencakup penggunaan kata-kata, tetapi juga pada pola komunikasi secara keseluruhan
Slogan pick me mengarah kepada perilaku atau sikap seseorang yang berusaha mendapatkan perhatian dan penerimaan dengan cara menonjolkan diri sebagai pribadi yang berbeda.
BUDAYAWAN Banten Uday Suhada mengecam eksploitasi perempuan Badui yang kini marak dilakukan oleh para konten kreator ke media sosial (medsos).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved