PRODUKSI gabah kering giling (GKG) di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat periode Januari-April 2023 mencapai 58.849 ton. Jumlah tersebut melebihi perkiraan kebutuhan yang mencapai sekitar 58.186 ton. Hal ini membuat harga beras diprediksi akan turun seiring masuknya musim panen raya pada akhir Februari sampai Maret mendatang.
"Terdapat surplus 3,521 ton yang sudah dihitung dengan kebutuhan selama Ramadan hingga Idul Fitri," terang Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Bandung Barat, Lukmanul Hakim, Selasa (21/2).
Dia menyatakan, dengan adanya panen raya berarti beras akan kembali membanjiri pasaran yang otomatis menekan harga. Lukman mengaku, saat ini terutama pada Januari-Februari, pasokan beras ke pasar menurun drastis imbas dari belum memasuki panen raya.
"Daerah belum panen raya namun permintaan tetap tinggi. Hal ini menyebabkan harga terdongkrak naik," ungkapnya.
Lukman menjelaskan, luas lahan panen 9.137 hektare tersebar di wilayah selatan Bandung Barat, seperti Kecamatan Rongga, Gununghalu, Sindangkerta, CIlilin, Cipongkor, dan Cihampelas. Pada panen raya mendatang diperkirakan bisa menghasilkan beras sebanyak 30.105 ton.
Selama ini, kebutuhan beras untuk masyarakat selain dipasok dari hasil panen di wilayah Bandung Barat serta beras Bulog. "Harapannya, ketika masuk panen raya ditambah pasokan dari Bulog akan mampu menormalkan kembali harga beras," katanya.
Dia menambahkan, Pemkab Bandung Barat juga memiliki 10 ton Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) pada tahun 2022. Rencananya beras tersebut akan didistribusikan ke daerah rawan pangan.
"Pemkab Bandung Barat punya 10 ton beras CCPD yang tersimpan di gudang Bulog. Sudah kita rencanakan tahun ini akan didistribusikan ke daerah-daerah berkategori rawan pangan," tambahnya. (OL-15)