Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Masyarakat Papua Harap tidak Ada Korupsi Otsus Jilid Dua

Mediaindonesia.com
12/12/2022 13:40
Masyarakat Papua Harap tidak Ada Korupsi Otsus Jilid Dua
Efradus Bossayor.(DOK Pribadi.)

SUDAH menjadi perbincangan umum di kalangan masyarakat Papua bahwa kebijakan otonomi khusus (Otsus) selama 20 tahun pertama belum berdampak signifikan bagi peningkatan kesejahteraan orang asli Papua (OAP). Salah satu penyebabnya ialah perilaku koruptif oknum-oknum pejabat daerah yang mengelola dana Otsus. 

Harapan itu antara lain disuarakan Efradus Bossayor, warga Papua kelahiran Manokwari, Papua Barat, yang sejak 1980-an mengelola kebun kelapa sawit di daerah transmigrasi Arso Timur, Kabupaten Keerom. "Menurut kami, dengan Bapak Lukas (Gubernur Papua) dipanggil KPK, mungkin ada dana-dana yang tidak terpakai baik. Kalau bisa KPK juga panggil pejabat-pejabat lain yang urus itu dana Otsus. Karena kalau dana Otsus terpakai baik, pasti kami orang Papua tidak bicara-bicara belum sejahtera segala macam," kata Efradus Bossayor di Keerom.

Efradus berharap pada era Otsus jilid dua yang saat ini baru memasuki tahun pertama, tindakan tidak terpuji oknum-oknum pengelola dana Otsus itu, tidak lagi terjadi. "Karena dana Otsus Jilid dua ini besar dan ini ada selama 20 tahun lagi. Jadi kalau tidak ada pemeriksaan di Otsus yang lama, jilid satu, mitu berjalan kembali (terjadi lagi di Otsus jilid dua). Akhirnya kami masyarakat kecil ini menderita terus, sama saja dengan yang lalu. Jadi periksa dulu pelaku-pelaku yang gunakan dana Otsus jilid satu, baru masuk ke Otsus jilid dua," pinta Efradus.

Efradus mengaku belum secara nyata merasakan manfaat dana Otsus selama dua puluh tahun terakhir. Ia justru menanyakan peran dana Otsus bagi mereka yang tinggal di daerah transmigran Keerom. "Di daerah transmigrasi ini, masyarakat dari Sabang sampai Merauke ada di dalam situ. Kami hidup dari (hasil mengolah) kepala sawit. Semua kebutuhan hidup, bangun rumah, biaya sekolah anak, dari hasil jual kelapa sawit. Otsusnya dimana?" tanya Efradus yang juga Ketua Kelompok Tani Kelapa Sawit di Arso VI ini.

Efradus juga mempertanyakan kekhususan orang Papua asli yang menjadi sasaran dari kebijakan Otsus Papua. Hal itu mengingat semua bantuan yang datang dari Pemkab Keerom atau dari Pemprov Papua berlaku sama bagi semua warga di tempat transmigrasi.  

"Otsus yang kami tahu dan kami dengar diberikan pemerintah untuk Papua, terutama kami orang pribumi atau orang asli Papua. Jika ada bantuan-bantuan dari pemerintah kami (di daerah transmigran) sama-sama terima, tidak ada perbedaan, tidak ada kekhususan. Jadi saya mempertanyakan, di mana Otsusnya kalau semua sama rata dapat. Jadi itu penting sekali, supaya pembagian yang ada di desa itu harus jelas, ini untuk orang asli Papua dan ini untuk umum. Kalau tidak ada kejelasan, nanti kami orang Papua setiap saat bicara-bicara," pinta Efradus. (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya