Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Pengguna Bus Rapid Transit di Bali Naik Signifikan

M Taufan SP Bustan
21/10/2022 15:31
Pengguna Bus Rapid Transit di Bali Naik Signifikan
Layanan teman Bus di Bali(Antara/Fikrri Yusuf )

BALI menjadi salah satu provinsi yang telah menerapkan bus rapid transit (BRT) dalam mengintegrasikan wilayah, menggerakkan roda perekonomian, dan juga berperan sebagai langkah mitigasi perubahan iklim.

Kepala Dinas Perhubungan Bal I Gede Wayan Samsi Gunarta mengatakan, sistem BRT Bali bernama Trans Sarbagita dan Trans Metro Dewata terus menunjukkan tren lonjakan penumpang seiring dengan pemulihan ekonomi pascapandemi. 

Berdasarkan data per September 2022, pihaknya mencatat 16.257 penumpang. Padahal pada Februari tahun yang sama hanya berkisar 4.343 orang. 

“Oleh karena itu, bantuan pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan dalam pendanaan operasional sangat diapresiasi,” terangnya saat mengikuti Sustainable Transportation Forum (STF) 2022 di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (21/10). 

Samsi Gunarta menjelaskan, visi pemerintah Bali adalah membangun Bali baru yang lebih kuat, aspiratif, dan tangguh dalam menghadapi pelbagai risiko. 

Dalam konteks tersebut, pariwisata adalah sektor yang tidak dapat ditinggalkan, sehingga harus didukung oleh infrastruktur yang terintegrasi dan terkoneksi. 

“Rencana kami adalah layanan transit berkualitas, khususnya BRT. Kami akan mendorong bagaimana caranya supaya ada dedicated lane yang menghubungkan wilayah-wilayah secara lebih cepat dan tepat waktu,” imbuhnya. 

Dalam kajian mitra pembangunan internasional Indonesia, seperti Gesellschaft fulr Internationale Zusammenarbeit (GIZ) di lima kota percontohan, dedicated lane atau lajur khusus merupakan salah satu dari delapan komponen pendukung kelancaran BRT sebagai tulang punggung moda transportasi perkotaan. 

Komponen sistem BRT yang ideal juga harus memiliki sistem pembayaran terpadu berbasis elektronik, serta bus dan halte yang berlantai rendah.

Baca juga : Jakarta Dinilai Punya Sistem Transportasi Terintegrasi Paling Maju di Indonesia 

Selain itu, untuk membangun transportasi massal harus melibatkan banyak pihak. Paradigma pembangunan tidak bisa melihat hanya satu kota, tetapi harus dalam konsep metropolitan, seperti diterapkan di kawasan cekungan Bandung.

Advisor GIZ SUTRI NAMA dan INDOBUS Maulana Ichsan Gituri menjelaskan, dua puluh tahun lalu transportasi umum adalah raja jalanan, terutama bus. Dan pada 2018, proporsi bus hanya seperlima saja. 

“Bagaimana nanti pada 2030?. Kami melakukan studi kelayakan di lima kota prioritas, yaitu Bandung, Semarang, Makassar, Pekanbaru, dan Batam. Setiap kota memiliki kebutuhan yang berbeda, walaupun permasalahannya sama, yakni transportasi publik belum menjadi prioritas lebih dibanding transportasi pribadi. Oleh karena itu, saat ini, opsi paling cepat dan realistis adalah implementasi BRT,” paparnya. 

Ichsan menyebutkan, membangun sistem transportasi publik yang berkelanjutan dalam bentuk BRT membutuhkan investasi yang relatif rendah. 

“Pun demikian, kapasitas fiskal tiap pemerintah daerah berbeda, sehingga transformasi sistem membutuhkan dukungan pelbagai pihak dan sumber pendanaan alternatif lainnya,” tutupnya. 

Sementara itu, Advisor GIZ Green Infrastructure Development Lena Herliana menambahkan, bahwa kebanyakan kota membutuhkan kapasitas sumber daya, panduan kebijakan, dan akses sumber keuangan yang memadai untuk mengembangkan sistem transportasi yang berkelanjutan, seperti BRT. 

“Karena atas dasar itulah muncul ide membentuk Prakarsa Infrastruktur Hijau atau Green Infrastructure Initiative (GII). Prakarsa ini adalah tindak lanjut perjanjian bilateral antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jerman untuk membangun infrastruktur hijau,” tegasnya. 

Lena melanjutkan, infrastruktur hijau didefinisikan sebagai infrastruktur yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan dengan cara yang ramah lingkungan, berketahanan alam dan iklim, rendah karbon, serta mengadopsi prinsip-prinsip kesetaraan gender. 

“Terdapat dua komponen pembiayaan, yaitu bantuan teknis yang diselenggarakan GIZ dalam bentuk hibah sebesar 9,4 juta Euro dan fasilitas kerja sama keuangan berupa pinjaman bersubsidi sebesar 2,5 miliar Euro dari Bank Pembangunan Jerman,” pungkasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya