Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Petani Sawait Keluhkan Anjloknya Harga TBS

Dwi Apriani
28/6/2022 17:27
Petani Sawait Keluhkan Anjloknya Harga TBS
Buah sawit.(ANTARA)

HARGA jual tandan buah segar (TBS) di tingkat petani sawit anjlok. Saat ini, harga penjualan sawit di tingkat pengepul hanya Rp900 per kilogram sementara di tingkat pabrik Rp1.200 per kilogram.

Muhammad Anto, 34 tahun, petani sawit di Kecamatan Keluang, Musi Banyuasin, Sumsel, mengungkapkan sudah sepekan terakhir harga sawit di turun di level terendah selama 2022 ini.

"Harga semula Rp3.500 per kilogram, lalu turun menjadi Rp2.100 per
kilogram, dan sekarang di harga pabrik Rp1.200 per kilogram, jika di harga pengepul Rp900 per kilogram. Harga ini sudah jatuh sejak seminggu terakhir dan ini harga yang paling rendah," kata dia, Selasa (28/62).

Ia menjelaskan, pihaknya hanya bisa pasrah menerima kenyataan pahit itu. Sebab mau tidak mau, semua petani di wilayahnya tetap harus menjual hasil panen.

Jika tidak dijual, maka sawit dari hasil perkebunan itu bisa busuk dan sia-sia. "Daripada rugi lebih besar, kami terpaksa jual dengan harga murah dan jatuh," ucapnya.

Diakuinya, dengan harga yang berlaku saat ini tentu berdampak besar bagi petani. Sebab uang yang dihasilkan dan didapat tidak akan mampu dan mencukupi untuk mengembangkan dan mengelola perkebunannya.

"Sekarang saja, kami tidak lakukan pemupukan di kebun sawit kami. Kami lakukan ini untuk menekan cost. Harga pupuk sekarang sangat tinggi, sebab rata-rata petani disini tidak mendapat pupuk subsidi. Jika pun ada terbatas dan sedikit. Jadi kami memilih tidak menebar pupuk," jelasnya.

Meski akan berdampak besar terhadap keberlangsungan perkebunannya, petani hanya bisa pasrah dan berharap adanya bantuan dari pemerintah. "Kami harapkan pupuk subsidi bisa menutupi ini semua. Dan berharap besar agar harga sawit bisa dikendalikan," terang Anto.

Hal serupa diungkapkan Oyong, 36 tahun, warga Kecamatan Keluang. Diakuinya, dengan harga yang anjlok ini akan membuat para petani sawit lesu menggarap lahan perkebunannya. Apalagi untuk melakukan replanting.

"Kalau tidak ada kebijakan dari pemerintah untuk mendukung kami, pasti ini akan membuat kami semakin terpuruk," ucapnya.

Harga yang berlaku saat ini, kata dia, hanya cukup untuk mengembalikan modal angkut hasil sawit ke pabrik saja. "Petani sawit akan sulit mendapatkan keuntungan, bahkan untuk memutar modal pun pas-pasan dan serba kekurangan," pungkasnya. (OL-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya