Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
LIMA pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kabupaten Kudus berhasil membuat alat pemantau kualitas air dengan 4 sensor sekaligus pada kolam ikan hanya dengan ponsel pintar. Mereka berhasil memperoleh penghargaan di ajang Akademi Madrasah Digital 2021 yang digelar Kementerian Agama.
Kelima pelajar MAN 2 Kudus tersebut ialah Faza Najih, Rafif Raisa, Oktab Bahar, Hilman Maulana, dan Sajid Suhla. Alat pemantau kualitas air tersebut mereka namai E-Koi. Dengan sistem terapung alat yang mereka ciptakan bermakud untuk membantu para pelaku budidaya ikan agar dapat lebih maksimal menjaga kualitas dan kuantitas ikan.
Menurut Sajid Suhla salah satu tim E-Koi menjelaskan, alasan tim mereka membuat tersebut berawal sesaat memancing ikan di kolam. Sering sekali mengamati pelaku budidaya ikan kerepotan harus memastikan kondisi air agar tetap maksimal. Kondisi tersebut terjadi pada budidaya ikan koi. E-koi sendiri merupakan alat fisik berbasis internet yang dapat mengukur parameter air secara kuantitatif dan akurat.
"Yang pasti kami membuat ini mudah digunakan. Latar belakang kami itu banyaknya budidaya ikan yang masih konvensional, tingginya angka kegagalan budidaya ikan, dan minimnya inovasi dibidang aquaculture pada ikan," kata Sajid Suhla di MAN 2 Kudus, Sabtu (28/5/2022).
Dinamakan E-koi karena tim mereka berawal dari budidaya ikan koi yang memerlukan kualitas air yang sesuai agar dapat memaksimalkan proses tumbuh kembang ikan hingga menghasilkan warnanya yang bagus. Sajid menjelaskan, alat ukur tersebut memiliki perbedaan dengan alat pada umumnya.
Terdapat empat sensor sekaligus, mulai dapat mengecek suhu air, Ph air, partikel larut dalam air, dan kejernihan air pada kolam. Semua dapat dimonitor dalam ponsel pintar yang sudah terkoneksi dengan alat tersebut.
"Kelebihan ini memiliki 4 sensor sekaligus, kalau alat lain memiliiki satu atau dua alat sensor. Dengan langsung empat sensor, lebih praktis mudah digunakan pastinya. Ini merupakan salah satu konsep dengan cara apung, kalau lainnya dengan cara dipegang. Kalau alat kami ditinggal pun tidak apa-apa," terangnya.
Lebih lanjut, pada alat E-koi terdapat powerbank dan juga dilengkapikoneksi internet untuk menghubungkan ke ponsel. E-koi mampu bertahan sekitar 6 jam terapung di air. "Itu juga sudah melewati serangkaian uji coba langsung dikolam ikan koi milik Balai Benih Ikan (BBI) Dinas Pertanian dan Pangan Kudus sana," ujarnya.
Hasilnya, alat karya siswa MAN 2 Kudus itu berhasil memperoleh penghargaan dalam kategori 'The Most Attractive' dalam ajang Akademi Madrasah Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama.
Kepala sekolah MAN 2 Kudus Shofi melalui guru pembina ekstrakulikuler robotik mengapresiasi riset kreatifitas dan inovasi tim E-koi yang berhasil bersaing dengan ratusan peserta madrasah seluruh indonesia. "Dari 20 nominasi peserta yang telah lolos, kemarin tanggal 24 sampai 26 Mei mereka mengikut lanjut grand final dan menyabet kategori 'The Most Attractive'. Sebelumnya peserta itu diikuti 200an peserta," kata Widayato.
Rencananya pihak sekolah berupaya mendampingi karya siswa itu agar terus dikembangkan. Harapannya agar bermanfaat bagi para pelaku budidaya ikan koi. Apalagi semenjak masa pandemi geliat bisnis budidaya ikan koi mulai meningkat.
Selain untuk ikan koi, E-koi ini juga dapat digunakan untuk budidaya ikan jenis lain seperti ikan nila, gurami, lele, maupun udang. Hanya cukup menyesuaikan settingan kadar parameter pada alat tersebut, kemudian menyesuaikan kebutuhan budidaya yang dituju.
Selain memunculkan inovasi dan kreatifitas, pelajar MAN 2 Kudus juga dibekali untuk belajar bisnis. Alat pengukur parameter air kolam ikan secara kuantitatif dan akurat itu dapat dibeli seharga Rp3,1 juta, sedangkan tarif sewanya sebesar Rp310 ribu per bulan dengan fasilitas satu kali perawatan. (OL-13)
Baca Juga: Berdayakan Perajin Keris Sumenep, Sandiaga Malah Didukung Jadi Presiden
MAJELIS Masyayikh menyelenggarakan Workshop Reviu Draf 1 Dokumen Sistem Penjaminan Mutu Internal dan Eksternal (SPMI dan SPME) Pendidikan Pesantren pada Jalur Nonformal.
MAN 13 menjadi madrasah di DKI Jakarta yang siswanya paling banyak diterima di PTN melalui jalur SNBP.
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia menggelar Uji Publik Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) di Madrasah.
KEMENTERIAN Agama (Kemenag) menggandeng Raffi Ahmad untuk meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta untuk madrasah.
Kementerian Agama terus melakukan komunikasi intensif dengan legislatif untuk memperjuangkan kebutuhan madrasah di seluruh Indonesia.
Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Amien Suyitno mengungkapkan konsep kurikulum berbasis cinta (KBC) yang digagas Menteri Agama Nasaruddin Umar
Kabar keterlibatan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) dalam rencana akuisisi GoTo oleh Grab menandai fase baru peran negara dalam menjaga kedaulatan digital.
Ketika anak terlalu sering melihat konten negatif yang muncul seperti kekerasan mereka bisa menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa atau wajar.
Inklusi tanpa pemahaman yang cukup justru akan memperbesar potensi kerugian.
Program ini menggelar pelatihan kewirausahaan, pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dan literasi digital untuk anak muda.
Harus ada upaya mendorong riset dan inovasi AI yang relevan dengan kebutuhan bangsa, serta menjaga etika dan nilai dalam teknologi.
Dunia kerja masa depan menuntut kemampuan berpikir mandiri, fleksibel, dan melek teknologi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved