Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Buya Muhammad Sosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan di Palu

Mitha Meinansi
23/3/2022 15:14
Buya Muhammad Sosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan di Palu
Sosialisasi empat pilar kebangsaan di Palu, Sulteng, Rabu (23/3)(MI/Mitha M)

ANGGOTA DPD-MPR RI, Buya Muhammad J Wartabone melakukan sosialisasi empat pilar kebangsaan, sebagai salah satu tugas MPR untuk memasyarakatkan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, Ketetapan MPR RI, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Kegiatan tersebut digelar di Aula Tanaris Cafe, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (23/3).

"Saya sebagai anggota DPD-MPR RI, tugasnya mengawasi pemerintahan daerah, melakukan pengawasan dan percepatan pembangunan daerah, hari ini melakukan sosialisasi yang bertujuan untuk pemantapan kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar Buya Wartabone.

Selain sosialisasi empat pilar kebangsaan, acara yang dihadiri ratusan orang tersebut juga dilanjutkan dengan seminar nasional Islam tertua Nusantara Indonesia di Banggai, yang ditandai dengan keberadaan sosok Imam Sya'ban (168 Hijriah/792 Masehi), di mana Sulawesi Tengah sangat tepat dijuluki Serambi Haramain, yakni Serambi Mekkah dan Madinah.

"792 Masehi ini adalah sebuah potensi untuk kita ungkap, sehingga dengan sendirinya kita akan menjadi Islam yang sesungguhnya. Hakekat orang Islam itu adalah mampu memasukkan rasa kegembiraan di hati orang lain. Rahmatan Lil Alamin," tutur Muhammad J Wartabone, yang pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Daruttauhid Malang Jawa Timur, di bawah asuhan Syaikh Abdullah bin Awad Abdun. 

Menurutnya, cara ber-Islam yang benar adalah hidup berdampingan dengan siapa pun, selalu dalam keadaan damai.

"Bagaimana kita ber-Islam ini, kita hidup berdampingan dengan siapa pun, dengan alam, dengan makhluk yang lain bukan manusia, kita juga harus damai. Saya kira itu substansinya," tandas Muhammad J Wartabone. 

Sebagai penggagas kegiatan tersebut, ia menyatakan satu poin penting lainnya dari kegiatan seminar nasional tersebut, adalah memperkenalkan kepada dunia bahwa Islam tertua juga ada di Sulawesi Tengah. Bahkan Sulawesi Tengah juga memiliki peradaban yang lain.

"Diantaranya megalith, ada raja Padi di dunia. Itu ada di Sulawesi Tengah. Sehingga Sulawesi Tengah ini, bisa kita katakan Sulteng Serambi Haramain, Serambi Mekkah dan Madinah," terang Muhammad J Wartabone.

Ia menyakini pelabelan Serambi Haramain bisa menjadi sebuah identitas bagi Sulawesi Tengah, untuk mendorong generasi penerus bangsa asal Sulteng, agar suatu saat nanti dapat menikmati fasilitas pendidikan gratis di negara-negara Islam.

Dari seminar nasional yang dihadiri Susanto Zuhdi, Guru Besar Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI, Dosen UIN Dato' Karama Palu Syamsuri, dan Haliadi Sadi Dosen Sejarah Universitas Tadulako Palu, serta Muhammad J Wartabone sebagai narasumber, akan melahirkan beberapa hasil yang diharapkan.

Diantaranya melahirkan ulama-ulama baru di Sulawesi Tengah, yang kehidupannya mencerminkan kehidupan-kehidupan ulama terdahulu. Selain itu juga dapat melahirkan rekomendasi untuk mensosialisasikan hasil seminar tersebut kepada kota dan kabupaten-kabupaten yang ada di Sulawesi Tengah, juga mendorong Imam Sya'Ban untuk ditetapkan sebagai cagar budaya yang dipelihara oleh negara, yang diawali dari Kabupaten Banggai, dan Provinsi Sulawesi Tengah. (OL-13) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya