Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Diplomasi Indonesia Lewat Studi Islam Didukung

Mediaindonesia.com
15/10/2021 08:15
Diplomasi Indonesia Lewat Studi Islam Didukung
Kunjungan Rektor dan pimpinan UIII kepada Kepala Kantor Staf Presiden di Gedung Bina Graha.(Dok.MMB)

SEBAGAI negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, sejatinya Indonesia harus pandai-pandai berdiplomasi di dunia Islam. Itu sebabnya pernyataan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko tentang perlunya mendorong pusat studi Islam di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) sebagai bentuk pendekatan diplomasi Islam Indonesia kepada dunia, didukung kalangan milenial Muslim.

Ketua Milenial Muslim Bersatu (MMB) Khairul Anam menegaskan bahwa pandangan jauh ke depan yang dilontarkan Moeldoko tersebut membuka peluang bagi Indonesia untuk menjadi pusat (hub) peradaban Islam di masa datang. Menurut Khairul dengan tipologi Muslim yang mengedepankan pendekatan Islam yang moderat (Islam Wasathiyah) merupakan modal utama untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat peradaban Islam masa datang tersebut.

Baca juga: KH Embay Mulya Syarief: Islam Agama Peduli Sosial

Dalam hal ini UIII dapat menjadi pusat kajian, penelitian, dan implementasi wacana peradaban Islam moderat, yang pada gilirannya tidak hanya bermanfaat bagi Indonesia dan warganya, tapi juga bagi dunia secara umum, khususnya dunia Islam.  “Kita tahu bahwa Islam yang hidup dan tumbuh di Indonesia itu khas, sangat moderat, lembut dan mengedepankan kasih sayang sebagai perwujudan Islam yang rahmatan lil alamin. Ini bisa menjadi modal untuk memimpin dunia dan peradaban Islam menuju dunia yang damai dan penuh kemakmuran,” kata Khairul.

Menurut dia, tipologi Islam yang ramah dan penuh rahmat itu bisa bersinergi dan saling menguatkan untuk membangun Indonesia sebagai puisat peradaban dunia Islam. “Potensi tersebut riil, jadi cita-cita untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat peradaban Islam dunia pun sama sekali bukan wishful thinking.”

Khairul menunjukkan data terbaru yang memungkinkan dunia Islam di masa depan bisa menjadi pemimpin peradaban dunia. Ia merujuk hasil penelitian terbaru dari Pew Research Center yang berbasis di AS, yang menyatakan Islam adalah satu-satunya agama yang tumbuh lebih cepat dari populasi dunia, dan diprediksi akan menjadi agama terbesar di dunia.

Penelitian Pew Research Center itu menganalisis perubahan demografis di antara agama-agama besar dunia, dan menemukan bahwa populasi Muslim dunia akan tumbuh 73% antara 2010 hingga 2050. Hal itu jauh lebih cepat dibandingkan dengan 35% untuk Kristen, agama dengan pertumbuhan tercepat berikutnya.

Menunjuk hasil riset, Khairul menyatakan, pada 2010 ada 1,6 miliar Muslim di dunia, dan 2,17 miliar Kristen. Pada 2050, akan ada 2,76 miliar Muslim dan 2,92 miliar Kristen, dan jika kedua agama terus tumbuh pada tingkat itu.

“Jadi, dengan modal dasar kuat yang dimiliki Indonesia berupa tipologi Islam yang ramah plus populasi Muslim terbesar, jika berhasil disinergikan dengan kecenderungan perubahan populasi keberagamaan dunia, hasilnya akan sangat dahsyat dan positif bagi Indonesia,” kata Khairul.

Khairul juga mengatakan, stereotype lama bahwa Islam lekat dengan Timur Tengah pun sebenarnya sudah tidak valid. Sejak 2010 pun data The Pew Forum on Religion & Public Life’ justru memperlihatkan sisi sebaliknya. Populasi Muslim yang tinggal di wilayah Asia-Pasifik justru mencapai hampir dua pertiga dari keseluruhan populasi Muslim dunia atau 62%. Jumlah Muslim dari Indonesia, India, dan Pakistan saja yang berkisar 560 juta jiwa, sudah jauh lebih besar ketimbang seluruh populasi di Timur Tengah dan Afrika Utara yang hanya berkisar 317 juta jiwa.

Ia yakin, jika Indonesia khususnya melalui UIII mampu memainkan peran yang cerdik dan cantik, stereotype lama yang mengedepankan Timur Tengah dan Islam ‘keras’ sebagai wajah Islam dunia itu bisa berubah. “Wajah Dunia Islam pun bisa berubah menjadi wajah Islam yang ramah, yang rahmatan lil alamin.” kata dia.

Sebelumnya diberitakan dalam pertemuan dengan rektor dan petinggi kampus UIII di Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis (14/10) lalu, KSP mengatakan pentingnya pendekatan diplomasi melalui studi Islam. Untuk itu Moeldoko mendukung penuh keberadaan dan kemajuan UIII. Ia  juga berharap studi Islam dengan konteks Indonesia itu akan mampu memberikan kekhasan yang diharapkan bisa menjadi ikon baru pusat studi Islam dunia.

Saat bertemu KSP Moeldoko, pihak kampus UIII juga melaporkan bahwa saat ini setidaknya 100 beasiswa kuliah telah diberikan kepada insan-insan akademis dari 59 negara yang ingin mendalami studi Islam di UIII.

Rekor UIII Komaruddin Hidayat mengatakan, bahwa sebagian besar penerima beasiswa adalah perempuan, terutama berasal dari kawasan Timur Tengah. "Ini adalah ikon baru. Satu-satunya kampus fenomenal hasil karya dari Presiden Joko Widodo dan para petinggi negara ini," ucap Komaruddin. (Ant/A-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya