Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
KETUA Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (Ketum PB MA) Kiai Haji Embay Mulya Syarief mengatakan bahwa sesungguhnya Islam adalah agama yang sangat menekankan kasih sayang dan peduli sosial.
"Bagaimana bisa umat Islam begitu saja melihat saudara-saudara kita, misalnya harus kelaparan akibat kemiskinan mereka yang akhirnya bisa jadi terpapar paham-paham radikal intoleran," kata K.H. Embay Mulya Syarief di Jakarta, Minggu (9/5), dalam keterangan tertulis yang diterima Antara.
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, kata dia, pernah menyatakan kaadal faqru an yakuuna kufran yang artinya bahwa kemiskinan itu, kefakiran itu akan menjerumuskan seseorang pada kekufuran.
Oleh karena itu, lanjut Kiai Embay, Nabi Muhammad saw. bersabda irhamu man fil ardi, yarhamkum man fissamaa yang artinya sayangi yang ada di bumi, maka niscaya engkau akan disayangi oleh yang ada di langit.
"Jadi, sebetulnya 'kan tidak seberapa umat Islam membayar zakat, seperti zakat fitrah, misalnya, itu tidak seberapa, kemudian muslim membayar zakat mal. Pada dasarnya 'kan harta itu bukan punya kita. Kita ini tidak punya apa-apa karena semua hanya milik Allah," tuturnya.
Kiai Embay mengatakan, "Lahuma fissamawati wama fil ardi, artinya semuanya yang ada di langit dan di bumi ini adalah kepunyaan Allah."
Oleh sebab itu, dia menyampaikan bahwa harta yang dititipkan kepada manusia itu oleh Allah diwajibkan untuk diberikan (dizakatkan) hanya sebesar 2,5 persen dari yang mereka miliki.
"Nah, oleh karena itu, 'kan keterlaluan, orang yang sudah diberikan begitu banyak tetapi tidak melakukan zakat," kata pria yang juga merupakan salah satu tokoh penggagas berdirinya Provinsi Banten ini.
Pria yang juga anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Banten itu mencontohkan seseorang yang memiliki harta sebesar Rp100 juta maka 2,5 persen wajib untuk memberikannya kepada orang lain.
Sementara itu, kata dia, ongkosnya itu 97,5 persen. Ongkos kirim dari Allah ini jauh lebih besar, padahal yang disuruh untuk disampaikan itu hanya 2,5 persen yang sisanya 97,5 persen itu untuk yang mengirimkan (memberikan zakat).
"Jadi, logikanya seperti itu. Jadi, sebetulnya zakat itu tidak ada susahnya, tinggal orang menyadari bahwa rezeki itu datang dari Allah, kepunyaan Allah," kata mantan Ketua Bidang Ekonomi PB Mathla'ul Anwar ini.
Selain itu, ulama kelahiran Pandeglang, Banten, 4 Maret 1952 itu juga berpesan bahwa seseorang dalam beribadah itu tentunya juga harus berilmu.
Menurut dia, jika ibadah itu tanpa ilmu, lalu bisa mengaji dengan semangat tinggi, sementara ilmunya kurang, yang terjadi adalah bukan tidak mungkin yang bersangkutan akhirnya bisa membuat bom bunuh diri dan segala macam itu.
"Semangatnya tinggi tetapi ilmunya kurang. Nah, maka dari itu, teruslah belajar menuntut ilmu, menuntut ilmu dalam Islam itu hukumnya wajib mulai dari dalam kandungan sampai ke liang lahat. Tidak boleh merasa bahwa saya sudah pintar, saya sudah tahu segala macam," katanya menegaskan.(Ant/OL-09)
Confess: Ungkap makna pengakuan. Temukan kekuatan transformatifnya dalam hidup, hubungan, dan pertumbuhan pribadi. Pelajari cara confess yang efektif!
Kenali identitas sosial: definisi, faktor pembentuk (keluarga, budaya, lingkungan), dan contohnya. Pahami peran pentingnya dalam interaksi sosial. lihat selengkapnya disini!
Simpati: Memahami dan berbagi perasaan orang lain. Temukan makna mendalam, manfaat, dan cara menumbuhkan empati di sini!
Jalinan interaksi, kunci bahagia! Pelajari pentingnya hubungan sosial bagi kesehatan mental & kualitas hidup.
Tingkatkan empati: Pelajari cara menunjukkan simpati tulus, membangun hubungan bermakna, dan menebar kebaikan.
BUPATI Intan Jaya, Papua Tengah, Aner Maisini mengungkapkan Hari Raya Idul Adha merupakan momen untuk memperkuat solidaritas dan toleransi umat beragama.
"Setiap ada hari besar keagamaan, warga tanpa memandang keyakinan dan namanya berkumpul, saling pengucapan selamat," jelas Kepala Dusun Thekelan Agus Supriyo.
Dialog antaragama merupakan sarana yang sangat penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan daya kritis, membangun hubungan antaragama yang baik dan bermakna.
Toleransi, katanya, adalah kata yang paling sering terdengar tapi terkadang bisa berbalik menjadi penyebab tindakan-tindakan intoleran.
Fondasi dari moderasi beragama yang kokoh tak hanya bertumpu pada edukasi atau pendekatan budaya semata, tetapi juga sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Dengan memahami makna semboyan bangsa tersebut maka akan muncul cinta, toleransi, dan kelembutan perlu dimiliki oleh setiap orang yang beragama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved