Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Bencana Longsor di Kabupaten Cianjur Paling Banyak di 2020

Benny Bastiandy/Budi Kansil
30/12/2020 14:55
Bencana Longsor di Kabupaten Cianjur Paling Banyak di 2020
Ilustrasi(Antara)

SEPANJANG 2020, berbagai bencana di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terjadi sebanyak 170 kali. Jenis bencana yang paling menonjol yakni tanah longsor atau pergerakan tanah.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Mochammad Irfan Sofyan, mengatakan dari 170 kali kejadian berbagai bencana, sekitar 66% atau 112 kali di antaranya merupakan tanah longsor atau pergerakan tanah. Menurutnya, tanah longsor atau pergerakan tanah selama tahun ini banyak terjadi di awal tahun.

"Paling banyak terjadi itu sekitar Maret. Dilaporkan terjadi sebanyak 26 kali tanah longsor atau pergerakan tanah," kata Irfan kepada Media Indonesia, Rabu (30/12).

Terdapat 4 jenis bencana yang terjadi sepanjang 2020 di Kabupaten Cianjur yakni banjir atau banjir bandang sebanyak 28 kali, tanah longsor atau pergerakan tanah sebanyak 112 kali, angin puting beliung sebanyak 29 kali, dan kekeringan sebanyak 1 kali. Pada Januari terjadi sebanyak 19 kali bencana, Februari sebanyak 13 kali, Maret sebanyak 31 kali, April sebanyak 15 kali, Mei sebanyak 7 kali, Juni sebanyak 10 kali, Juli sebanyak 3 kali, Agustus sebanyak 5 kali, September sebanyak 6 kali, Oktober sebanyak 17 kali, November sebanyak 21 kali, dan Desember sebanyak 3 kali.

Bencana juga berdampak terhadap masyarakat yang harus mengungsi. Jumlahnya yang terdata pada BPBD Kabupaten Cianjur sebanyak 91 kepala keluarga atau 294 jiwa. Sedangkan warga yang terdampak dilaporkan sebanyak 2.268 kepala keluarga atau sebanyak 7.017 jiwa.

"Berbagai bencana dan warga yang terdampak sudah kami tangani maksimal, termasuk memberikan bantuan yang dibutuhkan," tegasnya.

Irfan mengaku terus memaksimalkan peran dan fungsi relawan tangguh bencana (Retana) di semua wilayah. Sebagai garda terdepan, keberadaan Retana diharapkan bisa melakukan penanganan pertama saat terjadi bencana.

"Kami memiliki hampir 1.800-an Retana di 360 desa dan kelurahan di 32 kecamatan. Mereka sudah dibekali dengan materi penanganan kebencanaan. Mereka andalan kami saat terjadi bencana," imbuhnya.

BPBD juga mengingatkan masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan potensi bencana. Sebab, sampai saat ini curah hujan diprediksi relatif masih cukup tinggi.

"Kadang disertai angin kencang. Kondisi ini berpotensi memicu berbagai bencana hidrometeorologi seperti tanah longsor, angin puting beliung, banjir, maupun pohon tumbang," pungkasnya. (OL-13)

Baca Juga: 2.779 Bencana Terjadi pada Januari-11 Desember 2020

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik