Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
GRAFIK pasien positif yang terpapar corona virus disease 2019 atau Covid-19 di Provinsi Papua Barat semakin naik. Hal ini dibarengi meningkatnya orang yang terdeteksi sebagai orang tanpa gejala (OTG), orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pemantauan (PDP).
Jumlah OTG, ODP, dan PDP Covid-19 yang melijit hingga sudah mencapai seribuan itu mengharuskan pemerintah daerah melalui gugus tugas Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mempertimbangkan penerapan karantina terpusat.
Baca juga: Stok Pupuk di Klaten Aman Meski Tidak Sesuai RDKK Petani
Menurut anggota DPRD Papua Barat, Syamsudin Seknun, karantina terpusat bagi warga yang terdekteksi OTG,ODP dan PDP dilakukan karena karantina mandiri di rumah dinilai tidak efektif. Karena itu diminta kepada setiap Kabupaten/Kota se-Papua Barat sudah harus siapkan skema karantina terpusat masing-masing sebab setiap daerah punya tipologi masyarakatnya beda-beda karakteristiknya.
Syamsudin mencontohkan Kabupaten Teluk Bintuni antara Pemerintah Daerah bersama stakeholder sudah bersepakat dan didukung oleh masyarakat serta komponen lainnya supaya memutuskan mata rantai penyebaran corona melalui karantina terpadu.
Sehingga skema yang disepakati bersama yaitu, setiap warga yang masuk dalam daftar OTG, ODP dan PDP langsung dipindahkan ke Kampung Masina, Distrik Bintuni, kemudian orang yang baru datang ke Bintuni pun dikarantina terpusat di SP 1.
Lanjut Syamsudin mengatakan bahwa karantina terpusat terhadap OTG, ODP, dan PDP juga sudah dilakukan Pemerintah Kota Sorong di gedung BLK Kampung Salak namun perlu dimaksimalkan lagi
"Kita berharap dukungan yang sama juga dimiliki daerah-daerah lain, karena pandemi Covid-19 ini harus ada kerja sama semua lapisan masyarakat, supaya keinginan kita bersama untuk memberantas wabah ini betul-betul terealisasi," kata Syamsudin Seknun, Selasa (19/5).
Selain itu legislator muda Papua Barat ini juga menuturkan, bukan saja persoalan karantina terpusat tetapi harus juga ada kesadaran dari masyarakat secara personal terhadap ancaman Covid-19 ini.
Baca juga: PT Semen Indonesia Bantu Peralatan Sekolah 1500 Anak Yatim
Karena ancaman Covid-19 ini yang bisa memproteksi adalah diri sendiri, sebab berdasarkan referensi dari WHO maupun lembaga-lembaga kesehatan lain menjelaskan bahwa virus ini memang sangat sulit untuk dimusnahkan.
"Tetapi bisa juga dihilangkan dengan cara menjaga pola hidup kesehatan kita dalam berinteraksi maupun bersosial masyarakat, karena itu harus kita jujur untuk memberikan data yang riil tentang kondisi kita yang ada di lingkungan masyarakat sehingga seakan-akan k ita lindungi virus itu maka penyebarannya cepat dan banyak orang terpapar," pungkasnya.(OL-6)
Kerja sama biosekuriti yang kuat tidak hanya membantu melindungi masing-masing negara, tetapi juga kesehatan, stabilitas, dan ketahanan seluruh kawasan.
Sistem ini melibatkan koordinasi antara maskapai penerbangan, operator kapal, pengelola pelabuhan, bandara, fasilitas kesehatan, dan dinas kesehatan.
Anak-anak yang menderita ketiga penyakit (mumps, HFMD dan varicella) harus tidak boleh masuk sekolah, harus diam di rumah karantina, isolasi, physical distancing.
KETUM IDI Mohammad Adib Khumaidi mengatakan untuk mencegah perluasan penyakit menular di lingkungan sekolah seperti gondong dan cacar air, karantina dapat dilakukan.
Badan Karantina Indonesia (BKI) akan membentuk sistem karantina terpadu melibatkan tiga negara Indonesia, Malaysia dan Brunei yang disebut Borneo Quarantine Sistem.
Selama masa karantina, peserta akan dibekali dengan pelatihan intensif dan berbagai tantangan untuk mengasah kemampuan mereka..
KEPALA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Ishaq Iskanda, Sabtu (21/6) mengatakan Tim Terpadu Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (Sulsel) menemukan satu kasus suspek Covid-19.
Peneliti temukan antibodi mini dari llama yang efektif melawan berbagai varian SARS-CoV, termasuk Covid-19.
HASIL swab antigen 11 jemaah Haji yang mengalami sakit pada saat tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menunjukkan hasil negatif covid-19
jemaah haji Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala penyakit pascahaji. Terlebih, saat ini ada kenaikan kasus Covid-19.
Untuk mewaspadai penyebaran covid-19, bagi jamaah yang sedang batuk-pilek sejak di Tanah Suci hingga pulang ke Indonesia, jangan lupa pakai masker.
Masyarakat harus selalu waspada serta selalu menjaga pola hidup sehat bersih (PHBS).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved