MAHASISWA harus terus waspada karena kelompok radikal masih terus menyasar perguruan tinggi. Untuk itu,mahasiswa yang merupakan aktor perubahan (agent of change) harus bisa berpikir kritis agar tidak mudah terpapar paham yang bertentangan dengan nilai Pancasila.
"Krisis semangat kebangsaan dan jati diri bangsa merupakan pintu masuk yang subur bagi berkembangnya ideologi yang dapat merusak ideologi dan budaya bangsa. Mahasiwa harus kritis menyikapi hal ini agar tidak mudah dipengaruhi," ujar Deputi bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Hendri Paruhuman Lubis.
Pernyataan itu diungkapkan Hendri saat memberikan materi pada pada kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) bertema 'Menyiapkan Mahasiswa Menjadi Pimpinan Bangsa yan Beradab, Berilmu dan Cinta Tanah Air' di Lapangan Terbuka Universitas Riau, Pekanbaru, Senin (5/8).
BNPT, menurut Hendri, mengapresiasi langkah Unri dalam melakukan pencegahan radikalisme di kampus dengan strategi yang menarik ini.
"PKKMB dengan menghadirkan 6627 mahasiswa ini adalah langkah yang menarik dan strategis karena mengundang mahasiswa baru dari seluruh fakultas. Pemberian materipenguatan Pancasila dan bela negara secara terpusat merupakan cara efektif untuk menangkal ideologi lain yang dapat mengancam keutuhan NKRI," ujar lulusan Akmil 1986 ini.
Baca juga: SMA Taruna Indonesia Dilarang Terima Siswa
Acara itu juga dihadiri Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution, Rektor Unri Prof dr Ir H Aras Mulyadi DEA, Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Riau, Mia Amiati, Direktur Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Dr Didin Wahidin
Pada pengujung kegiatan, Hendri juga menyampaikan beberapa harapannya terhadap sivitas akademika Unri. Pertama, lingkungan akademis seharusnya menjadi pionir dalam memperkuat pendidikan-pendidikan kewarganegaraan (civic education) dengan menanamkan pemahaman yang mendalam terhadap empat konsensus kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Kedua, lanjut Hendri, kampus dapat mengarahkan para pemuda pada beragam aktivitas yang berkualitas baik di bidang akademis, sosial, keagamaan, seni, budaya, maupun olahraga.
Ketiga, kampus dapat memberikan pengajaran dan pemahaman agama yang damai dan toleran di lingkungan akademis sehingga pemuda tidak mudah terjebak narasi radikalisme yang sering kali membajak dan mengeksploitasi ajaran agama untuk kepentingan kekerasan.
"Keempat hadirnya karakter tokoh dan keteladanan bagi generasi muda yang mampu mengarahkan idealisme tinggi mereka pada hal positif," pungkas Hendri. (OL-11)