Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
PERKEMBANGAN teknologi dan informasi di era digital telah menghadirkan tantangan baru tidak hanya bagi masyarakat, tetapi secara luas tantangan dan ancaman bagi kehidupan berbangsa. Era posttruth telah menandai pergeseran sosial yang melibatkan media arus utama dan para pembuat opini di mana fakta berkontestasi dengan hoaks dan kebohongan di ranah publik.
Artinya, propaganda di media sosial dapat memberikan pengaruh kuat terhadap stabilitas dan kedaulatan suatu negara. Untuk itu, semua pihak harus turun tangan berjihad dengan mempromosikan persatuan melalui dunia maya. Semakin banyak konten yang mempromosikan perdamaian, persatuan, dan kesatuan, semakin pula nuansa kehidupan nyata terkonstruksi dalam bingkai kesatuan
“Hari ini bangsa kita sedang menghadapi berbagai persoalan kebangsaan, khususnya narasi keagamaan. Saudara saudara kita mungkin terlalu percaya diri sehingga agama dijadikan alat provokasi, alat kepentingan politik, sehingga ada istilah kapitalis agama yaitu menggunakan agama untuk kepentingan sesaat atau kepentingan misi mereka,” terang Ketua Mahasiswa Ahli Thoriqoh al-Mu'tabaroh an-Nahdliyyah (MATAN) Provinsi Jawa Barat, Dr Ajid Thohir, di Bandung, Jabar, Jumat (28/6).
Kondisi ini, menurut Ajid, semua pihak, terutama generasi muda9 seperti anggota MATAN harus punya kesadaran bahwa mereka dalam posisi yang harus turun tangan karena itu adalah amar makruf nahi munkar. Bahkan Imam Ghazali menyebutkan bahwa di puncak keagamaan itu ada keterpanggilan untuk berjihad melawan persoalan kebangsaan.
Ia mengungkapkan, akibat Pemilihan Umum Presiden kemarin, kelihatan mana Islam damai dan mana Islam garis keras. Ia yakin bila bangsa Indonesia dibawa kelompok garis keras, maka keutuhan NKRI akan terancam.
“Bangsa kita terdiri atas bersuku-suku, agama, pulau, bahasa. Kalau diterapkan Islam garis keras dikhawatirkan akan terjadi intolerasi. Mari kita buktikan bahwa kita adalah bangsa Indonesia yang beridelogikan Pancasila,” tutur dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung ini.
Baca juga: DPP IPI Ajak Seluruh Masyarakat Membangun Bangsa
Sebagai Ketua MATAN Jabar, Ajid mengaku diberi mandat oleh Ketua Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) Habib Luthfi agar MATAN berperan dalam melindungi negeri Indonesia ini dari berbagai ancaman perpecahan, terutama intoleransi.
“Thoriqoh tidak hanya cara meluruskan jiwa pemikiran dan keagamaan tetapi juga sebagai organisasi tempat pengamal thoriqoh yang diwadahi oleh JATMAN untuk para sesepuh dan MATAN untuk mahasiswa sehingga ada regenerasi kelanjutan tentang cara pandang keagamaan dan cara pandang ketatanegaraan sehingga misi yang diemban oleh Wali Songo tentang keagamaan dan kenegaraan sekarang diemban jamaah ahli thoriqoh,” paparnya.
Ia juga merasa menjadi sebuah kewajiban untuk mendorong anak muda untuk berperan aktif membela negara dengan menggaungkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin di media sosial (dunia maya).
Ajid membandingkan nutrisi akal harus makanannya harus sehat atau literasi yang sehat akan membuat cara berpikir yang sehat. Kalau akal diisi nutrisi atau informasi buruk maka akan membuat akal itu berpikiran buruk. Sama dengan manusia kalau salah makan akan jadi kontra produktif dan bisa menjadi penyakit.
“Kita sebanyak mungkin mendorong anak-anak muda tentang literasi yang sehat. Nah, kaum sufi di kalangan ahli tarekat ini sebenarnya diajar tentang kebersihan jiwa, keberasihan pemikiran, perasaan, mudah-mudahan anak-anak MATAN bisa memberikan kontribusi positif dengan melakukan kontra narasi di media maya bagi keutuhan NKRI,” kata Ajid.
Ia menerangkan anggota MATAN dituntut kreatif dan aktif dalam pencegahan nalar kebencian. Karena Itu adalah bagian dari jihad. Jihad sekarang seperti ini, amar makruf nahi munkar menahan nahi mungkar dengan cara literasi, karena masalahnya ada di literasi negatif itu,” tandas Ajid. (RO/OL-9)
Tanpa pemahaman dan kontrol diri yang baik, kebiasaan membagikan informasi dan konten di media sosial bisa mengganggu dan merugikan orang lain.
Oversharing di media sosial berkaitan dengan kebutuhan mendapatkan validasi dari orang lain.
AKTRIS Tissa Biani kini tengah menyambut perilisan film terbaru yang dibintanginya, Norma Antara Mertua dan Menantu saat Lebaran.
Melansir dari situs Times of India, terdapat 5 alasan yang membuat sejumlah orang jarang posting foto dengan pasangan di medsos, ini daftarnya.
Tantangan sebenarnya adalah apakah bisa platform media sosial betul-betul mendeteksi secara akurat, bahwa akun tersebut merupakan akun media sosial dari anak-anak.
Bila aturan tersebut perlu diperkuat, maka PP yang sudah disahkan bisa dijadikan Undang-Undang (UU)
ANGGOTA Komisi III DPR RI, Sarifudin Sudding mengatakan kasus intoleransi di Sukabumi disebut sebagai hal yang tidak seharusnya terjadi.
GUBERNUR Jawa Barat Dedi Mulyadi dinilai gagal mencegah adanya kasus intoleransi, salah satunya ialah pembubaran retreat pelajar Kristen di Sukabumi.
Dialog antaragama merupakan sarana yang sangat penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan daya kritis, membangun hubungan antaragama yang baik dan bermakna.
KETUA Umum Ahlulbait Indonesia (ABI) Zahir Yahya menilai untuk menghadapi tantangan di Indonesia yang kompleks, Islam dan kebangsaan harus berjalan beriringan.
Universitas Nusa Cendana dianggap paling menarik dan terpilih menjadi role model untuk implementasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS).
Perpanjangan Operasi Madago Raya merupakan upaya Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah Sulteng.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved