Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DUA pelajar sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Depok, Jawa Barat (Jabar) melakukan penganiayaan terhadap teman sendiri hingga terluka parah. Korban bahkan tak sadarkan diri. Korban yang dijadikan bulan-bulanan dua orang pelaku hingga mengalami luka dibagian kepala, bahu, wajah, punggung, dan bagian perut terpaksa dilarikan ke rumah sakit guna menjalani perawatan secara intensif.
Dua pelajar SMP yang menganiaya korban diketahui berinisial E, 14, dan S, 14. Adapun korban yang diketahui sebagai pelajar SD Kelas VI berinisial A, 13. Pemicu kedua pelajar SMP menganiaya korban karena dendam. Sementara peristiwanya terjadi di tebing Situ Pulo, Pancoran Mas.
"Kedua pelaku mengeroyok atau menganiaya korban dengan cara dipukul menggunakan tangan. Dan atas peristiwa tersebut keluarga korban melapor ke polisi," kata Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Metropolitan Kota Depok, Ipda Nurhayati, Rabu (5/6).
Baca juga : Desain Poster, Cara Asyik Kampanye Setop Perundungan dan Internet Sehat di Lembata
Nurhayati mengatakan kasus ini bermula pada saat kedua pelaku mengajak korban main-mainan atau duel-duelan. Namun korban tak mau. "Saat itulah dua pelaku langsung menghajar korban hingga tak sadarkan diri," ucap Nurhayati.
Keluarga korban yang tidak terima dengan penganiayaan itu. akhirnya mempolisikan kedua pelaku dengan Pasal 170 KUHP atau Pasal 80 Jo 76 c Undang-Undang Perlindungan Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.Saat ini, PPA Polres Metropolitan Kota Depok sedang mendalami kasus tersebut.
“Iya benar, korbannya anak madrasah, pelakunya anak-anak SMP,” ujar Nurhayati.
Baca juga : Viral, Dituduh Rebut Pacar, Siswi SMP di Bojonggede Dirundung dan Dianiaya Teman
Nurhayati menuturkan, dugaan sementara aksi bullying tersebut dikarenakan anak melawan hukum memiliki dendam
“Diduga karena dendam, pelaku intinya nggak suka sama korban, tapi masih dalam penyelidikan kami,” tutur Nurhayati.
PPA Polres Metro Depok telah melakukan visum terhadap korban usai aksi bullying. Korban diketahui mengalami luka pada bagian kepala dan bahu.
Baca juga : Polisi Tetapkan 4 Tersangka Aksi Perundungan Anak di Batam
“Ada luka pada bagian kepala dan bahu,” pungkas Nurhayati
Terpisah, kakak sepupu korban, Shabrina Putri Maharani mengingatkan pihak sekolah SMP dan Dinas Pendidikan Kota Depok memperketat pengawasan aktivitas murid selama sekolah. Hal ini agar tidak berulang kasus penganiayaan atau kasus lain yang melibatkan para pelajar.
"Dinas Pendidikan Kota Depok dan Satuan SMP agar membuat peraturan sehingga kasus bullying atau perundungan yang melibatkan pelajar tidak kembali terjadi di wilayah Kota Depok, Jawa Barat," katanya.
Baca juga : Pelajar sebagai Katalisator Kebinekaan
Shabrina Putri Maharani mengatakan, aksi bullying yang dialami adiknya A kelas VI SD Madrasah Ibtidaiyah (MI) setingkat Sekolah Dasar (SD) terjadi di sekitar Situ Pulo, Pancoran Mas.
Shabrina mengatakan dua pelajar SMP mengajak adiknya A duel. "S dan E, mengajak duel, nah adik saya ini enggak mau,” ujar Shabrina.
Shabrina menjelaskan, sebelum peristiwa korban sedang main di sekitar Situ Pulo bersama temannya dan bertemu dengan E dan S. Dua terduga pelaku kemudian menarik tangan korban ke semak-semak tidak jauh dari Situ Pulo.
“Korban langsung dikeroyok dan dipukuli, sedangkan temannya korban merasa ketakutan,” jelas Shabrina.
Akibat pemukulan tersebut, korban mengalami luka lebam di sekitar tubuhnya. Selain itu, korban menjadi pendiam setelah keluarganya mengetahui aksi bullying yang dialaminya.
“Kondisi korban masih trauma, kalau ditanya soal kejadian masih suka diem, tapi untuk lebam-lebamnya sudah mendingan,” ucap Shabrina.
Keluarga korban berharap, polisi dapat menangkap dua siswi SMP itu untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
“Kepolisian dapat menindaklanjuti kasus ini agar tidak ada lagi korban yang lain, karena adik saya sampai mengalami trauma, pihak berwajib dan pihak sekolah pelaku memberikan efek jera kepada pelaku yang terlibat,” harap Shabrina.
(Z-9)
Studi menunjukkan semakin banyak waktu yang dihabiskan remaja di media sosial, semakin besar kemungkinan mereka mengalami perundungan terkait berat badan.
Anak harus memahami dan menghargai diri dan lingkungan serta mengetahui konsekuensi hukum dan akibat dari kekerasan/perundungan.
Anak yang menjadi korban perundungan biasanya menjadi lebih pendiam atau tertutup dan menunjukkan sikap yang berbeda dari kebiasaannya.
Orangtua juga bisa memberikan contoh nyata dari keberanian dalam menolak tindakan yang salah serta memberikan dukungan jika anak menghadapi situasi sulit.
Salah satu tanda yang mungkin bisa lanjut diperhatikan oleh orangtua yakni anak sering menunjukkan perilaku agresif
Anak-anak yang melakukan perundungan kebanyakan hanya ingin menyesuaikan diri, membutuhkan perhatian hingga mencari tahu bagaimana menghadapi emosi yang rumit
Anak perlu diajarkan cara mengenali senioritas yang sudah termasuk perundungan.
Ajarkan anak untuk asertif, berani mengungkapkan apa yang ia rasakan secara jelas dan etis, terapkan pengasuhan demokratis sehingga anak terbiasa berpendapat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved