Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SEBANYAK 150 mahasiswa IPB University menjadi korban penipuan pinjaman online (pinjol). Akibatnya kini para korban resah karena dikejar-kejar debt kolektor.
Terkait itu, saat ini pihak IPB University tengah menelusuri apa yang menjadi penyebab mahasiswanya harus berhadapan dengan pinjol.
Menurut Kepala Biro Komunikasi IPB University Yatri Indah Kusumastuti, terungkapnya kasus ini setelah ada orangtua mahasiswa yang bercerita.
"Ada orangtua yang bercerita. Jadi dari orangtua. Kalau dari mahasiswa tidak ada yang bercerita. Makanya, saya melihat ini sebagai fenemonena gunung es. Kalau tidak dibuka memang tidak akan terkuak," terang Yatri kepada wartawan, Selasa (15/11).
Dia mentebutkan, hingga saat ini atau data sementara ada sekitar 150-an orang/mahasiswa. Data itu berdasar nama-nama yang masuk atau diterima pihaknya.
"Data kasar. Data nama ada 150-an . Tapi kami sedang telusuri lagi. Menunggu laporan. Dan mungkin bisa jadi lebih banyak dari yang kami duga. Dan ini bisa saja terjadi dimana- mana fenomena ini," katanya.
Oleh karena itu, lajjut Yatri, peristiwa ini harus jadi pelajaran buat semua supaya juga berhati- hati dengan pinjaman online.
Yatri menjelaskan, menurut keterangan para mahasiswa yang jadi korban, motif mereka beragam. Ada yang mau ikut investasi, tapi ternyata tertipu. Umumnya itu paling banyak.
"Memang ada untuk kepentingan pribadi dan ada hal- hal yang lain juga. Jadi ini sedang kami telusuri. Besok baru ada datanya secara lengkap".
Dari informasi sementara, lanjut Yatri, peristiwa itu sendiri terjadi sejak tiga bulan lalu dengan besaran pinjaman mulai dari Rp 2 juta hingga ada yang lebih dari Rp 20 juta.
"Dari data yang saya lihat ada mulai dari Rp 2 juta dan ada yang sampai Rp 20 juta. Ada yang baru beberapa bulan. Ada yang baru mulai 3 bulan yang lalu. Umumnya 2 sampai 3 bulan. Untuk totalnya mungkin baru besok data lengkapnya,"jelasnya.
Diajak senior
Secara terpisah, kepada wartawan, AH,20, mahasiswa Fakultas Pertanian, menceritakan apa yang dialaminya.
Saat itu dia mengikuti kepanitiaan di kampus. Sebelumnya dia diajak kakak sebiornya atau yang disebut katim (kepala tim) dari kepanitiaan lain untuk bergabung di sebuah projek.
Projek tersebut diniatkan untuk menaikan rating toko yang dijalani sama pelaku A.
"Kita diminta aktivkan akun Aku Laku, Shopee Telegram, Kredivo dan lain-lain. Timbal baliknya kita akan dapat 10 persen dari total yang kita pinjamkan itu".
"Contohnya dari saya sendiri, Kredivo memberikan total pinjaman Rp 3 juta, saya sendiri dapat keuntungan 300 ribu. Keuntungan itu niatnya untuk kepanitiaan kami. Kegiatan acara di kampus,"ungkapnya.
AH mengaku dirinya berani ambil projek tersebut karena dari katim- katimnya sebelumnya itu memang sudah kerjasama dengan orang tersebut (pelaku A) selama 1 tahun dan tidak ada masalah.
"Treck recordnya selalu bagus. Angsuran selalu dibayar sama dia. Dia bertanggung jawab, makanya saya berani untuk ambil ini.
Saya sendiri mulai berjalan dari 11 Agustus. Saya sendiri total pinjamannya Rp 6,5 juta,"katanya.
Dia menyebut besaran pinajam berbeda-beda. Namun rata-rata atau kebanyakan Rp 8- Rp 10 juta. Tapi ada juga temannya yang meminjam Rp 29 juta.
Masing-masing dari peminjam jatuh tempo itu berbeda-beda, ada yang 25 September, ada yang 25 Agustus. Sebelum jatuh tempo itu dia dan teman-temannya sudah memberi kabar ke si pelaku.
"Mohon maaf ini sudah mau tanggal 25 tapi belum ada pembayaran. Tapi dari dia sendiri selalu ditunda-tunda. Apa itu awal bulan atau akhir bulan. Tanggal berikutnya pun sama selalu kaya begitu. Sampai sekarang pun. Dia bukan hilang tapi selalu janji-janji, ngulur waktu begitu," tuturnya.
Acara kampus
Hal serupa juga diungkapkan SNA, mahasiswi Fakultas Peternakan karena terjerat pinjaman online hingga Rp 14 juta. Sama dengan AH, SNA juga awalnya tergiur keuntungan usaha bersama hingga terjerat pinjaman online.
"Dari acara IPB sendiri ada suatu kepanitiaan. Kita ada di diskusi yang melibatkan sponsor pinjaman online gitu. Terus ditawarin projek sama katim katim kita. Ini projek ini nih, uangnya lumayan," ungkapnya menirukan ucapan seniornya.
Dari situ, lanjutnya, dia dan teman-temannya dikenalin sama si pelaku berinisial A (Aisyah) dan bertemu-lah. Oleh si A, dia disuruh, diperintahkan untuk mengikuti tata cara dan diarahkan untuk membeli barang -barang yang ada di akun akun Shopee, Tokopedia, dan akun lain menggunakan pinjol -pinjol itu.
"Kalau saya pribadi dari semua aplikasi total pinjamannya Rp14 juta," katanya.
Hingga saat ini, AH sendiri mengaku belum membayar ke pinjol tersebut. Dan kasusnya sudah diketahui oleh orangtuanya.
Saat ini, dirinya mengaku resah karena tidak tahu keberadaan si A untuk minta pertanggungjawaban. Sementara sudah ada debt kolektor yang terus menagih.
"Saya engga tahu si A dimana. Tapi masih bisa dihubungi oleh kita. Hanya jolektot tetap nagih, terus neror lewat chat," pungkasnya. (OL-4)
Di tengah kemudahan yang tersedia, aktivitas belanja daring masih memiliki tantangan, salah satu yang kerap terjadi adalah penipuan
Sukarjo, 51, mengaku banyak mendapatkan manfaat menjadi Agen BRILink. Tak melulu soal keuntungan, tetapi juga membantu mayarakat terlepas dari kasus penipuan keuangan.
MENJELANG musim libur Lebaran, hal yang marak terjadi menjelang musim lebaran terkait mengurus visa ialah penipuan visa.
Phising adalah upaya untuk mendapatkan informasi data seseorang dengan teknik pengelabuan
Ada 13 korban yang ditipu tersangka dengan kerugian mencapai Rp1 miliar.
SEBANYAK 35 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) katering di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, menjadi korban penipuan program Makan Bergizi Gratis atau MBG.
Apa saja yang membuat mahasiswa tingkat akhir rentan mengalami hopelessness?. Mari kita lihat dari dua sisi: internal dan eksternal.
Program kuliah online bisa menjadi alternatif cara bagi para pekerja untuk meraih gelar sarjana. Seperti apa prosesnya?
Bunga peony sendiri biasa dikenal dengan bunga yang menjadi simbol dari kekayaan dan kemakmuran karena bunga ini hanya ditanam di taman istana pada zaman dahulu.
Kultur akademik kerap dipandang sebagai penyelesaian kewajiban kerja semata sehingga upaya ini bertentangan dengan perwujudkan pendidikan tinggi yang berkualitas.
Tak hanya mengajar, Widiastuti juga aktif menerbitkan karya, salah satunya buku terbaru dari luaran disertasinya berjudul Sekolah Bertransformasi, Guru Berdedikasi 2024.
ESMOD Jakarta kembali menggelar acara terbesar mereka, Creative Show 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved