Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Universitas Syiah Kuala Edukasi Petani Aceh Besar Membuat Sabun Cuci Tangan Berbahan Garam

Amiruddin Abdullah Reubee
13/8/2025 10:41
Universitas Syiah Kuala Edukasi Petani Aceh Besar Membuat Sabun Cuci Tangan Berbahan Garam
Tim dosen dan mahasiswa USK serta petani garam Desa Neuheuen, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar(MI/AMIRUDDIN ABDULLAH REUBE)

KEHADIRAN Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, sebagai kampus berdampak semakin terasa di tengah masyarakat. Bukan saja dikenal sebagai lembaga pendidikan tinggi, tapi cukup hanya membidani dan mengedukasi warga untuk kesejah teraan ekonomi serta pelestarian lingkungan hidup. 

Dalam sepekan terakhir misalnya, tim dosen Universitas kebanggaan warga Provinsi Aceh itu sukses melaksanakan program pengabdian masyarakat. Kegiatan pemberdayaan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat itu antara lain adalah membangun produk garam petani di Gampong Neuheun, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. 

Edukasi dan pembinaan Masyarakat Berbasis Produk Teknologi Tepat Guna (PKMBP-TTG), membantu petani dalam branding, pengemasan, dan diversifikasi produk. Lalu mengajari teknologi inovasi pembuatan sabun cuci tangan berbahan dasar garam tambak.

Dr Vicky Prajaputra, M.Si., dosen Program Studi Ilmu Kelautan USK tampil sebagai ketua tim pelatihan. Beberapa anggotanya adalah para dosen lintas disiplin ilmu, yaitu Apt. Nadia Isnaini, S.Farm., M.Sc. dan Fajar Fakri dari Program Studi Farmasi. Kemudian ada Adli Waliul Perdana, S.Kel., M.Si. dari Program Studi Budidaya Perairan, Adinda Gusti Vonna dari Program Studi Agribisnis, serta Ulil Amri Mc, S.Pi., M.Si. dari Program Studi Ilmu Kelautan. 

Berikutnya juga aktif melibatkan mahasiswa dari berbagai program studi disiplin ilmu. 

Ketua tim pelatihan Dr Vicky Prajaputra, M.Si yang juga dosen Program Studi Ilmu Kelautan USK mengatakan program ini berawal dari banyak potensi garam kristal geomembran Gampong Neuheun yang memiliki kualitas baik. Sayangnya  belum didukung oleh strategi pemasaran dan kemasan menarik.

Bahkan, pemanfaatan garam sebagai produk turunan masih sangat terbatas. Itu sebabnya para dosen ahli dari USK tertarik melakukukan menghadirkan teknologi inovasi untuk menangani potensi garam itu. 

"Melalui program ini, tim pengabdi mendorong inovasi dengan mengembangkan sabun cuci tangan berbasis garam sebagai produk baru yang memiliki nilai jual," kata Vicky Prajaputra.

Itu merupakan wujud nyata kolaborasi atau kerjasama perguruan tinggi dan masyarakat untuk mengangkat potensi lokal. Harapannya nanti warga mampu mengimbangi pasar lebih luas. 

Dikatakannya, keberhasilan program ini tidak terlepas dari sinergi antara petani garam, tim dosen, mahasiswa, serta para pemateri. 

"Kami sangat berterima kasih kepada tim pengabdi dari USK yang telah memberikan pengetahuan dan keterampilan baru. Selama ini kami hanya fokus pada produksi garam, tetapi melalui pelatihan ini kami jadi tahu bagaimana memanfaatkan garam untuk membuat produk lain seperti sabun cuci tangan" tambah Junaidi, Ketua Mitra Garam setempat. 

Junaidi berharap kerjasama ini dapat berlanjut agar usaha garam mereka semakin berkembang. Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan petani dalam mengelola dan mengemas produk garam, serta membuka peluang bisnis baru melalui produk inovatif sabun cuci tangan.

"Ke depannya, tim USK berkomitmen untuk terus mendampingi kelompok petani garam di Gampong Neuheun agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjadi model pemberdayaan yang bisa direplikasi di daerah pesisir Aceh lainnya," tutur Junaidi. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya