Headline

Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.

Genera-Z Berbakti: Bersama Mahasiswa, Memberdayakan Desa Wisata

Media Indonesia
15/8/2025 11:43

Ini adalah catatan perjalanan tentang empat kelompok anak muda di program Genera-Z Berbakti. Mereka adalah mahasiswa dari empat perguruan tinggi berbeda, yang rela menempuh perjalanan puluhan, bahkan ribuan kilometer dari kampus asalnya. Ada yang harus melahap sekaligus perjalanan darat, udara, dan laut, untuk tiba di desa tujuan, dengan niat membaktikan diri mengembangkan desa bersama warga setempat. 

Tim Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, menjalankan Genera-Z Berbakti di Desa Dayun, Kabupaten Siak, Riau. Lebih dari 1.800 km jarak memisahkan dua lokasi itu. Tim Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Manado, menempuh jarak lebih dari 1.000 km untuk membaktikan diri di Desa Pulau Derawan. Kelompok lainnya, tim Universitas Indonesia (UI), Depok, memilih Desa Wonokitri di Pasuruan, Jawa Timur yang terpisah jarak 870 km. Sedangkan tim Universitas Lampung (Unila) memilih Desa Kiluan di Kabupaten Tanggamus, Lampung.

Kesungguhan para mahasiswa mengikuti semua tahapan Genera-Z Berbakti dan kerelaan mereka menempuh perjalanan panjang sampai ke desa, mematahkan citra negatif yang kerap dilekatkan pada Gen-Z. Mereka misalnya, sering dicap tidak mengerti makna “kerja keras”. Lahir sebagai digital native, Gen-Z juga kerap dianggap seperti ikan hias di akuarium yang suka jadi perhatian.

“Anggapan (Gen-Z) di masyarakat tidak akurat. Gen-Z tidak boleh diremehkan. Mereka mulai masuk ke dunia kerja dan bisa membuat dampak besar di industri dan pasar,” kata duo ayah dan anak, David Stillman dan Jonah Stillman, penulis buku best seller “Gen Z @Work”.

Genera-Z Berbakti adalah inisiatif dari BCA, di bawah payung Bakti BCA, yang mengajak mahasiswa dari seluruh Indonesia untuk berkontribusi langsung dalam pengembangan desa wisata. Mahasiswa yang merepresentasikan Gen-Z di Indonesia, sejak lama memiliki riwayat keterlibatan cukup panjang dalam pembangunan bangsa ini. Gagasan segar, energi yang besar, idealisme, hingga semangat berbakti kepada negara, merupakan resep jitu yang terus mengiringi bangsa ini tumbuh hingga berusia 80 tahun.

Resep tersebut sejatinya sudah lahir sejak konsep Kuliah Kerja Nyata (KKN) diperkenalkan pada 1971 silam. Saat itu ada tiga kampus perintis KKN yang akhirnya mendorong program tersebut diikuti oleh banyak kampus lain. Melalui KKN, para mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat suatu desa yang menjadi lokasi program.
Berkaca dari sejarah panjang KKN yang terus hidup dalam budaya sosioakademik Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) berupaya mengadopsinya untuk memperkuat konsep creating shared value bagi masyarakat luas, khususnya di desa wisata binaan Bakti BCA. Pertemuan antara komitmen BCA dalam membangun desa wisata di pelosok Indonesia serta tradisi KKN yang kuat melahirkan program Genera-Z Berbakti pada tahun ini.

Mengusung konsep call for proposal, program ini berhasil menghimpun lebih dari 250 proposal dari 98 perguruan tinggi negeri maupun swasta, baik di dalam maupun luar negeri. Dari jumlah tersebut, delapan kelompok mahasiswa terpilih untuk mengikuti fase penjurian di hadapan tiga panelis, yakni Duta Bakti BCA Nicholas Saputra; Aktris, Produser,  dan Pengusaha Happy Salma, serta Ilmuwan & Pencetus Metode pembelajaran matematika “GASING” Prof. Yohanes Surya.

Sesi penjurian menetapkan empat tim pemenang program Genera-Z Berbakti yang berhasil mendapatkan pendanaan untuk menjalankan program pengabdian berdasarkan proposal mereka, selama kurang lebih satu bulan. Dari sinilah, perjalanan keempat tim dalam mengembangkan keempat desa wisata binaan Bakti BCA dimulai.

Kolaborasi Mahasiswa dan Masyarakat dalam Membangun Desa

Tim UI membawa program “SAVANA: Sustainable Action for Village, Agriculture, Nature, and Health” di Desa Wisata Edelweiss Wonokitri. Dalam kurun sebulan, mereka memproduksi 2 bank sampah terintegrasi, edukasi dan pemasangan tempat sampah terpilah di 26 RT dan 8 lokasi umum, hingga produksi lebih dari 500 ecobrick yang melibatkan sekitar 260 siswa/I SD. Tim yang beranggotakan 9 orang ini juga berhasil memasang 2 alat pemantauan curah hujan dan mitigasi risiko longsor bernama “SI-CUHAL”. Mereka juga menyelenggarakan workshop pembuatan pestisida organik, yang diikuti oleh 90 peserta dari Kelompok Tani dan siswa/i SMP. Untuk sektor kesehatan, mereka menggelar pemeriksaan gula darah hingga asam urat bagi 90 warga, sekaligus memberikan edukasi tentang hipertensi. Terakhir, tim UI menginisiasi Jurnal Edelweiss Tengger Muda”, sebuah metode pelestarian edelweiss secara kreatif, melibatkan 15 siswa/i SD dan SMP sebagai Duta Edelweiss Muda.

Tim UNSRAT memiliki program bertajuk “Derawan Sehat, Derawan Hebat”. Mereka memasang 1 unit alat filter air menggunakan sistem filtrasi dan UV Sterilizer, dalam rangka menyediakan akses air bersih bagi warga. Kemudian, tim beranggotakan 10 orang ini membuat 1 unit alat bioseptik di penginapan terapung Derawan, untuk mengurangi pencemaran laut. Mereka juga membangun 1 unit alat biogas satu tahap, memanfaatkan limbah organik rumah tangga dan usaha kuliner.  Menyasar terciptanya generasi penerus bangsa yang berkualitas, mereka menjangkau anak-anak dan keluarga melalui penyuluhan stunting pada usia reproduktif, pemantauan gizi dan imunisasi, demonstrasi memasak MPASI, game edukatif pencegahan stunting, hingga penyuluhan pentingnya sanitasi lingkungan.

Pendekatan berbasis teknologi menjadi strategi utama tim dari UNILA. Mereka memanfaatkan IoT untuk menciptakan sistem peringatan dini tsunami bernama “Smart Detector Tsunami”. Ide ini muncul untuk menjawab menjawab tantangan Desa Wisata Teluk Kiluan yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik. Sebanyak 5 unit “Smart Detector Tsunami” telah terpasang di perairan Teluk Kiluan sebagai sistem pencegah kebencanaan di masa mendatang. Selain itu, Tim UNILA berhasil mentransplantasi 150 bibit terumbu karang baru di sekitar perairan Teluk Kiluan. Sebagai upaya menangani ancaman abrasi pantai, Tim UNILA juga melakukan program penanaman 1.000 pohon mangrove, melibatkan kelompok nelayan hingga anak-anak sekolah. Kelompok beranggotakan 10 orang ini juga menggelar program “Eco Education” yang berhasil menjangkau hampir 80 warga, sebagai upaya membangun kesadaran terhadap mitigasi bencana alam pesisir

Terakhir, Tim UGM memilih untuk menjalankan misi pengabdiannya di Desa Dayun, Riau, dengan program “Optimalisasi Pengembangan Wisata Berbasis Digital dan Pusat Budaya Melayu melalui Peningkatan Kualitas SDM”. Kelompok beranggotakan 12 orang ini merancang program pelatihan digital marketing dan storytelling budaya untuk mendorong pengembangan pariwisata, yang nantinya diharapkan dapat menggerakkan perekonomian desa. Sebagai implementasi gagasannya, tim UGM melaksanakan pameran kuliner lokal serta Festival Kebudayaan Melayu Siak yang berhasil menarik lebih dari 6.000 pengunjung selama 2 hari pelaksanaan. Mereka juga merancang program “Trash to Cash”, dalam rangka mengubah sampah menjadi sumber penghasilan atau produk yang bernilai ekonomi.

“Segala manfaat yang dihasilkan dalam program Genera-Z Berbakti mencerminkan kolaborasi besar antara Bakti BCA dengan entitas perguruan tinggi sebagai penghasil calon pemimpin masa depan dalam membangun negeri. Kami berharap kombinasi dukungan BCA serta semangat mengabdi adik-adik mahasiswa berhasil memberikan dampak positif yang berkelanjutan untuk memberdayakan masyarakat. Program ini juga kami harapkan dapat mempersiapkan mereka untuk menjadi agen perubahan dengan skala yang lebih besar di kemudian hari,” ujar EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn. (*)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya