Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar berpesan pada masyarakat terutama generasi muda agar bersama-sama menghadapi ancaman bahaya terorisme yang menghalalkan kekerasan ekstrim. Ia menyampaikan bahwa semua elemen masyarakat harus senantiasa mengantisipasi dan mewaspadai jangan sampai ketentraman di dalam masyarakat bisa mengkhawatirkan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal itu diungkapkan Boy Rafli sesuai menonton bareng film Sayap Sayap Patah bersama Pengurus Wilayah GP Ansor DKI Jakarta dan beberapa komponen masyarakat di Plaza Senayan, Jakarta, Sabtu (27/8) malam. Menurutnya, film yang yang diperankan antara lain oleh Nicholas Saputra dan Ariel Tatum itu sangat mengharukan. Penonton bisa menyaksikan bagaimana perjuangan aparat kepolisian dalam menangani tersangka kasus terorisme.
Baca juga: Wapres: Dosen Jadi Garda Terdepan Tangkal Radikalisme
"Senantiasa kita terus meningkatkan kewaspadaan kita, senantiasa juga kita terus melakukan langkah-langkah pencegahan jangan sampai paham terorisme berada dalam lingkup keluarga kita, tetangga kita dan masyarakat kita yang harus kita jaga bersama," tegasnya jenderal polisi bintang tiga itu.
"Untuk itu kita perlu meningkatkan kewaspadaan kita bersama dari ancaman paham terorisme yang jauh dari jati diri bangsa kita. Bangsa yang mengedepankan semangat persatuan, bangsa yang cinta damai dan bangsa yang penuh dengan semangat toleransi," imbuhnya.
Menyoal film itu sendiri, menurutnya bagus. "Ceritanya mengharukan, bagaimana pengorbanan dari petugas kita dalam melakukan penanganan para tersangka kasus terorisme. Dari peristiwa itu banyak juga pelajaran yang dapat kita semua ambil."
Baginya, karya itu banyak menyajikan hal-hal yang mendidik, bahwa pelaku terorisme itu menghalalkan kekerasan-kekerasan yang tentunya sangat membahayakan kehidupan masyarakat kita. "Bagi kita sebagai aparat agar senantiasa perlu meningkatkan terus kesiapsiagaan dalam rangka meningkatkan kondisi-kondisi yang sebagaimana digambarkan dalam film tersebut," ucapnya.
Pada kesempatan sama, praktisi hukum yang tergabung dalam Forum Advokat Peduli Pancasila Tito Pandjaitan mengapresiasi BNPT yang mengadakan acara nonton bareng. Ia pun menghimbau kepada semua lembaga untuk mengadakan nobar film itu agar semakin terbangun rasa nasionalisme terhadap bangsa ini.
"Saya mengapresiasi BNPT yang mengajak nonton bersama. Bagi saya bahkan jangan hanya BNPT saja, tapi wajib bagi setiap lembaga atau institusi pemerintahan untuk nonton film ini agar terbangun rasa nasionalisme dan rasa kepercayaan untuk menjaga marwah Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," ujar Tito.
"Saya sangat bersyukur mendapatkan kesempatan dari BNPT untuk nonton bareng dengan Pak Boy Rafli Amar. Dan diharapkan semua institusi negara diwajibkan nonton bareng di bioskop mumpung masih tayang," lanjutnya.
Ia menyatakan juga bahwa dari film itu penonton tergugah karena ternyata menjadi seorang abdi negara dalam hal ini polisi mempunyai beban berat. Di satu pihak harus berjuang untuk menjaga keamanan yang merupakan tugasnya sebagai kesatuan, tapi di lain pihak juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga. "Itu sedih sekali, itu menjadi dilema ketika ia harus memilih antara menyelamatkan keluarga atau menjalankan tugaa sebagai polisi dalam hal ini Densus 88,"
Sementara, Habib Salim Jindan yang juga mengikuti nobar film itu menyampaikan pesan agar para mubaligh ikut berpartisipasi dalam mencegah menyebarnya paham terorisme. Karena mencegah lebih baik daripada memerangi dan menggebuk tidak bagus tapi merangkul lebih bagus. Apalagi korbannya adalah masyarakat.
"Maka dari itu saya meminta para dai-dai dan para muballigh, ajarkanlah agama dengan baik bukan menjadi provokator dan juga menjual beli agama untuk kepentingan khilafah, atau daulah," ujarnya. (RO/A-1)
Narasi tandingan tentang nasionalisme dan kebhinekaan masih disajikan secara monoton. “Anak-anak tidak bisa menerima narasi kebangsaan yang membosankan
KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Eddy Hartono mengunjungi dan berdialog dengan masyarakat di 4 titik Desa Siap Siaga Kecamatan Jamblang.
SEORANG Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama (Kemenag) Aceh, MZ alias KS, 40, ditangkap oleh Densus 88 Antiteror karena diduga terlibat dalam kelompok Negara Islam Indonesia (NII).
BNPT bersama FKPT Provinsi Bali menyelenggarakan Lomba Gelar Budaya bertajuk Suara Damai Nusantara (SUDARA) guna memperkuat ketahanan siswa-siswi tingkat SMP dan SMA/sederajat
INDONESIA mencatatkan nihil kasus serangan terorisme sejak tahun 2023 hingga saat ini, pertengahan tahun 2025. Hal itu disebut berkat peran dari berbagai pihak.
PAKAR terorisme Solahudin menyebut Indonesia saat ini berada di era terbaik dalam penanganan terorisme berkat strategi kolaboratif antara soft approach dan hard approach.
Narasi tandingan tentang nasionalisme dan kebhinekaan masih disajikan secara monoton. “Anak-anak tidak bisa menerima narasi kebangsaan yang membosankan
KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Eddy Hartono mengunjungi dan berdialog dengan masyarakat di 4 titik Desa Siap Siaga Kecamatan Jamblang.
BNPT bersama FKPT Provinsi Bali menyelenggarakan Lomba Gelar Budaya bertajuk Suara Damai Nusantara (SUDARA) guna memperkuat ketahanan siswa-siswi tingkat SMP dan SMA/sederajat
BNPT menyebut seorang perempuan yang sejatinya memiliki nilai keibuan, justru secara sengaja atau tidak sengaja menjadi aktor penting di dalam berbagai peristiwa atau aktivitas terorisme.
Pemerintah Indonesia akan meningkatkan perlindungan untuk kepulangan jamaah haji.
Pencegahan tidak hanya dilakukan dari sisi keamanan tapi juga harus bisa memanfaatkan teknologi IT
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved