Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tingkatkan 3T, Ombudsman DKI Minta Harga Tes Antigen Diturunkan

Putri Anisa Yuliani
08/7/2021 14:23
Tingkatkan 3T, Ombudsman DKI Minta Harga Tes Antigen Diturunkan
Ilustrasi petugas medis melakukan tes swab Antigen kepada warga.(Antara)

OMBUDSMAN RI Jakarta Raya menyoroti tingginya harga swab Antigen yang ditentukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Saat ini, konsentrasi para tenaga kesehatan (nakes) terpecah. Mulai dari penangan isolasi, penanganan pasien kritis covid-19 dan noncovid-19, vaksinasi, hingga upaya 3T (tracing, tracking dan treatment).

“Dengan kondisi seperti itu, tugas nakes menjadi sangat berat. Dengan SDM terbatas, sarpras terbatas, banyak masyarakat yang melakukan kontak erat dengan suspect covid-19 tidak di-swab, sebagai alat deteksi awal tracing dan tracking untuk mendapatkan treatment,” ujar Kepala Ombudsman Jakarta Raya Teguh Nugroho dalam keterangan resmi, Kamis (8/7).

Baca juga: PPKM Darurat, Penumpang KA Anjlok 33%

Untuk mengurangi beban nakes, Ombudsman kembali meminta Kemenkes untuk menurunkan harga swab Antigen. "Banyak masyarakat di Jakarta yang tidak ter-tracing setelah melakukan kontak erat. Juga tidak melakukan swab mandiri karena tingginya harga swab Antigen,” pungkas Teguh.

Ombudsman pun meminta Kemenkes untuk menurunkan harga tes swab di level yang dapat diakses masyarakat menengah bawah. Idealnya, swab Antigen bisa dilakukan di faskes pratama BPJS Kesehatan, setelah warga masyarakat melakukan kontak erat dengan suspect covid-19. Tentunya dengan prosedur lebih sederhana, tanpa harus menunggu jadwal di puskesmas atau rumah sakit rujukan.

Baca juga: Saat Ini, Varian Delta Paling Menular di Antara Semua Varian

"Untuk yang belum melakukan kontak erat, tapi khawatir dengan penularan covid-19 dan bermaksud melakukan deteksi dini, fasilitas yang diberikan negara salah satunya dengan menurunkan harga alat deteksi tersebut," kata Teguh.

“Jika hal ini juga dilakukan secara bussines as usual, dikhawatirkan penurunan angka suspect tidak dengan mudah terjadi. Karena potensi penyebaran covid menjadi lebih besar akibat keterlambatan deteksi,” imbuhnya.(OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya