Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
UNTUK membangun suasana nyaman saat bersekolah, termasuk komunikasi antara guru dan murid, Sinar Mas Land melalui Rumah Pintar BSD City menggandeng pasangan aktivis pendidikan Muhammad Nur Rizal dan T Novi Poespita Candra, memperkenalkan inisiatif Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM).
"Kami berharap inisiatif ini dapat menghapus labelisasi bahwasanya bersekolah adalah aktivitas yang membebani, tak membahagiakan. Hanya hanya dipenuhi hapalan yang membosankan para peserta didik. Sekaligus meniadakan anggapan di kalangan pendidik jika mengajar anak-anak saat ini, semakin sukar," kata Managing Director Sinar Mas, Saleh Husin selepas membuka Workshop Gerakan Sekolah Menyenangkan di BSD City, Kamis (29/8).
GSM berupaya membangun ruang bagi setiap potensi peserta didik yang berbeda dan unik guna bertumbuh sesuai aspek ketrampilan dasar yang dibutuhkan manusia di era digital, yakni keterbukaan melalui pemikiran yang kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif dalam mencari solusi, berikut moral dan etos kerja yang baik.
Dalam kegiatan yang berlangsung sejak 27 hingga 30 Agustus 2019, bergabung hampir 100 orang guru sekolah dasar serta sekolah menengah pertama yang berasal dari Sekolah Kebun yang dikelola Eka Tjipta Foundation di Riau, Jambi, dan Kalimantan Tengah. Kemudian SD dan SMP binaan PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Indonesia, Jambi, SD dan SMP binaan PT Berau Coal, Kalimantan Timur, serta SD dan SMP beserta madrasah ibtidaiyah dan tsanawiyah binaan PT BSD Tbk.
Apa yang telah dilakukan Sinar Mas Land menurut Saleh tengah direplikasi ke berbagai fasilitas pendidikan yang dikelola langsung maupun berada di kawasan sekitar fasilitas produksi milik pilar bisnis Sinar Mas lainnya.
"GSM mengajak siswa, orang tua, pendidik dan lingkungan sekolah menghilangkan praktik pengkotakan yang selama ini terjadi tanpa disadari antara mereka yang lebih cerdas, berbakat, berkecukupan dengan rekannya yang kurang. Hilangnya sekat tadi, menjadikan transfer ilmu pengetahuan, wawasan, pola pikir, pengalaman serta pembentukan karakter di sekolah berlangsung lebih efektif, setara, kreatif dan tentu saja menyenangkan. Di mana karakter yang baik, turut mendorong prestasi akademik siswa," tambahnya.
Pada kesempatan sama Sementara Direktur PT Bumi Serpong Damai Tbk, Syukur Lawigena mengatakan, PT BSD Tbk berupaya menaungi warga yang tinggal di sekitar, dan memandirikan masyarakat, membangun kesetaraan dan toleran.
"Kami ingin tumbuh kembang bersama untuk masa depan yang lebih baik. Satu di antaranya memanfaatkan ranah pendidikan, seperti yang berlangsung melalui GSM saat ini," ujarnya.
baca juga: Hari Ini, Operasi Patuh Jaya Mulai Digelar
Sejak 2017 silam, GSM di BSD City bergerak membangun ekosistem belajar mengajar yang hangat, partisipatif, dan eksploratif menjangkau 200 sekolah di Kabupaten Tangerang, maupun Kota Tangerang Selatan, melibatkan tak kurang dari 1.000 tenaga pendidik. (OL-3)
Usulan telah melalui pembahasan bersama Komisi X DPR RI.
Penggunaan sekaligus pemahaman bahasa isyarat sangat penting.
Sinergi yang kuat antara guru dan orang tua akan menciptakan ekosistem pendidikan yang kondusif bagi perkembangan siswa.
WAKIL Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ul Haq mengingatkan pentingnya upaya Partisipasi Semesta.
Menurut Lestari, penting mengedepankan upaya membangun 'jembatan' antara kesehatan jiwa dan kesehatan otak dalam konteks sebuah kebijakan.
KESEHATAN mental sering menjadi bahan seminar, tetapi jarang menjadi agenda nyata di ruang-ruang rapat sekolah.
Trump menyatakan seluruh bendera AS harus dikibarkan setengah tiang hingga Minggu (31/8).
Generasi muda diajak untuk semakin meningkatkan literasi digital serta membiasakan digital diet demi menjaga keseimbangan aktivitas di dunia nyata dan digital.
Guru membagikan enam kebiasaan penting yang bisa diterapkan orang tua dan siswa di bulan pertama sekolah.
Professional development menjadi program unggulan dengan memberikan beragam workshop yang dibutuhkan guru.
ANGGOTA Komisi E DPRD DKI Jakarta Abdul Aziz menilai penggunaan gawai (gadget) tak baik jika dijadikan alat utama pembalajaran untuk anak sekolah di jenjang SD, SMP maupun SMA.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved