Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Kejiwaan Penembak Polisi Harus Diperiksa

Kisar Rajaguguk
26/7/2019 19:15
Kejiwaan Penembak Polisi Harus Diperiksa
Penembakan(Ilustrasi/MI)

PSIKOLOG Universitas Pancasila, Aully Grashinta, mengatakan, mengenai penembakan Bripka Rahmat Efendi harus diketahui dulu motif pelaku berbuat demikian.

Menurutnya, pelaku tidak bisa mengendalikan emosinya dengan baik.

"Sehingga konflik kecil menjadi pemicu ia melakukan tindakan yang berlebihan hingga menewaskan orang lain," katanya Jumat (26/7).

Dia menduga mungkin permasalahan ini menyinggung pelaku secara pribadi sehingga mendorongnya melakukan tindakan tersebut. Ada dugaan pelaku tidak cakap mengendalikan emosinya. Padahal pemegang senjata seharusnya memiliki kecakapan mengendalikan emosi.

"Ya pada dasarnya sebagai pribadi dia punya kesulitan pengendalian diri, dan punya akaes pada senjata. Jadi pelampiasan emosinya lebih mudah," tukasnya.

Dia menuturkan bahwa orang yang membawa senjata memang punya kecenderungan menggunakan senjata pada saat terdesak atau tertekan secara emosional.

Oleh karena itu, perlu dilakukan psikotes secara berkala.


Baca juga: Penembak Polisi Diduga Tersulut Emosi


"Pemegang senjata seharusnya memang secara berkala diperiksa kondisi psikologisnya terutama reaksi pada kondisi dengan tekanan. Menjadi pihak penegak hukum yang dilengkapi senjata membawa konsekuensi yang besar dalam segi pembinaan mental dan psikologis," tegasnya

Dia menambahkan bahwa psikotes terhadap pemegang senjata tidak hanya dilakukan di awal saja. Termasuk psikotes untuk anggota kepolisian. Psikotes kata dia sebaiknya dilakukan secara berkala.

"Pemeriksaan tidak bisa hanya dilakukan pada saat tes masuk saja, tapi secara periodik," ucapnya

Ditanya apakah dengan adanya dugaan psikotes yang dilakukan kurang kompeten atau tidak standar, Shinta menduga hal itu bisa saja terjadi. Alasannya kata dia selalu ada margin of error dari setiap tes.

"Belum tentu juga tesmya dilakutan secara berkala," katanya.

Menurutnya, gejala psikologis dapat bersifat berfluaktif, faktor psikologis berperan, tapi situasional sangat berperan pula. Leranan atasan langsung juga sangat diperlukan.

"Saya kira kasus banyak di profesi lain cuma kebetulan pada polisi punya akses ke senjata," ungkapnya. (OL-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya