Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Hai Jels, sebagai orang tua, Anda tentu sangat peduli terhadap kesehatan buah hati. Salah satu keluhan yang sering muncul pada anak adalah sakit perut. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua sakit perut bersifat sepele. Salah satu kondisi yang perlu diwaspadai adalah usus buntu atau apendisitis.
Penyakit tersebut merupakan kondisi ketika kantung apendiks yang terdapat pada usus besar mengalami peradangan. Ketika usus buntu mengalami masalah, bakteri juga dapat tumbuh di organ kecil ini hingga dapat memicu terjadinya infeksi.
Menurut laman website dari RSAB Harapan Kita, penyebab usus buntu sebenarnya masuknya kotoran ke dalam lumen usus buntu, kotoran-kotoran tersebut bisa dari pecahan-pecahan feses atau cairan dari feses yang masuk, mengeras dan akhirnya menyumbat. Selain itu, hal lain yang menyebabkan sumbatan adalah adanya pembesaran dari jaringan limfoid di dalam lumen usus buntu tersebut.
Baca juga : Bunda, Begini Cara Atasi Kelainan Kelopak Mata pada Anak
Gejala usus buntu pada anak yang khas nyeri di sekitar pusar. Ini mirip sakit perut biasa, namun umumnya akan bertambah parah dan berpindah ke perut bagian kanan bawah. Rasa nyeri ini pun akan semakin parah dan intens terutama saat bergerak, batuk, bersin atau menyentuh perut.
Sayangnya, anak-anak usia di bawah 5 tahun. terkadang belum bisa menggambarkan rasa sakit secara spesifik dan mungkin kesulitan untuk menentukan letak percisnya. Sehingga, gejala usus buntu pada anak mungkin akan lebih sulit dikenali daripada gejala usus pada orang dewasa.
Meskipun nyeri perut sering kali menjadi gejala utama, ada beberapa gejala lain yang juga perlu Jels perhatikan, antara lain :
Baca juga : Bunda, Begini Langkah Atasi Gangguan Tumbuh Kembang Anak
Saat anak anda mengalami gejala tersebut, segera bawa ia ke dokter untuk mendapatkan penanganan. Mengingat, usus buntu ini termasuk kondisi darurat medis. Jika tidak segera ditangani, usus buntu yang terinfeksi berisiko pecah dan menyebarkan bakteri ke dalam rongga perut, sehingga menimbulkan infeksi yang luas yang merujuk pada komplikasi, seperti perforasi, peritonitas, abses, dan sumbatan usus loh Jels.
Nantinya, jenis pengobatan yang dilakukan pun menyesuaikan kondisi yang dialami anak. Biasa yang dilakukan adalah tindakan operasi pengangkatan usus buntu atau apendektomi. Secara umum, terdapat dua cara dalam melakukan apendektomi, yaitu laparoskopi atau operasi lubang kunci, dan bedah terbuka atau laparotomi. Kedua cara tersebut diawali dengan melakukan bius total pada pengidap usus buntu.
Jadi, Jels jangan menunda untuk membawa sang anak ke dokter ya. Semakin cepat gejala usus buntu ditangai, tentu semakin rendah terjadinya komplikasi. (X-8)
Ketika anak mengalami kecemasan saat dijauhkan dari gawainya, itu menjadi salah satu gejala adiksi atau kecanduan.
Upaya untuk mewujudkan peningkatan kualitas anak, perempuan, dan remaja masih banyak menghadapi tantangan.
Pada anak usia dini—yang masih berada pada tahap praoperasional menurut teori Piaget—, konten absurd berisiko mengacaukan pemahaman terhadap realitas.
Musik bisa merangsang area otak seperti lobus temporal untuk pendengaran, lobus frontal untuk emosi, cerebellum untuk koneksi motorik.
Menurut sejumlah penelitian, musik bisa dikenalkan kepada anak dari usia di bawah enam tahun.
Kriteria informasi yang layak bagi anak adalah informasi yang bersifat positif, mendukung tumbuh kembang anak, serta sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
OTAK anak memiliki tempat khusus untuk berimajinasi. Imajinasi merupakan salah satu aspek penting dalam masa tumbuh kembang anak.
Kondisi saluran pencernaan tidak hanya berdampak pada sistem imun, tetapi juga sangat berhubungan dengan produksi hormon-hormon kebahagiaan yang memengaruhi mood
IMUNISASI anak wajib diberikan pada bayi baru lahir hingga individu usia 18 tahun. Kementerian Kesehatan mewajibkan vaksinasi pada anak untuk melindungi buah hati
Balita laki-laki di Naimibia harus kehilangan satu matanya setelah sebelumnya diduga dicium oleh kerabatnya yang ternyata menderita herpes.
PREVALENSI stunting pada kelompok Kuintil 1 (Q1) atau yang relatif miskin jauh lebih tinggi, sekitar 26%. Sementara di kelompok Kuintil 5 (Q5) atau kelompok yang relatif lebih kaya hanya 13%.
Jika screen time berlebih tidak diatasi, pada jangka panjang perilaku anak memburuk, misalnya semakin hiperaktif, sulit berkonsentrasi di sekolah dan berpengaruh pada akademik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved