Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
ANGGOTA UKK Gastrohepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Rachmat Ade Yudiyanto menekankan pentingnya bagi orang tua untuk mengenali gejala awal hepatitis pada anak. Hal ini berguna untuk mencegah dampak kronis dan efek jangka panjang.
Rachmat menegaskan bahwa gejala hepatitis pada anak tidak selalu ditandai dengan mata kuning. Sebaliknya, gejala awal sering kali mirip dengan flu.
"Gejala awal pada hepatitis tidak langsung membuat mata anak kuning. Untuk hepatitis yang disebabkan infeksi seperti A, B, dan C, gejala awalnya justru mirip flu, yaitu demam, mual, dan muntah, sehingga sering kali orang tua tidak menyadari ini sebagai tanda hepatitis," kata Rachmat dikutip melalui Antara, Selasa (2/7).
Baca juga : Tenaga Kesehatan dan Medis Jadi Prioritas Penerima Imunisasi Hepatitis B Gratis
Gejala seperti flu ini, yang mungkin berlangsung selama lima hari sebagai fase awal inkubasi virus, perlu diwaspadai.
Orang tua disarankan untuk segera membawa anak ke fasilitas kesehatan atau menemui tenaga medis untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Perubahan warna kulit atau mata menjadi kuning biasanya menandakan bahwa hepatitis telah memasuki fase lanjutan. Selain itu, perubahan warna urine dan feses juga menjadi tanda penting yang harus diperhatikan.
Baca juga : Vaksinasi Ganda pada Anak, Perlukah Khawatir?
"Jika tidak ada gejala mata kuning tetapi ada perubahan pada tinja dan urine, orang tua harus waspada dan memastikan pada tenaga medis apakah ini hepatitis atau bukan," kata Ade.
Pada fase lanjutan hepatitis, urine bisa berubah menjadi cokelat pekat seperti teh, sementara feses menjadi pucat. Perubahan ini terjadi karena gangguan pada saluran empedu atau kolestasis.
Untuk menegakkan diagnosis hepatitis, tenaga medis akan melakukan pengecekan darah untuk memeriksa enzim SGPT (Serum Glutamate Pyruvate Transaminase).
Baca juga : Kenali Gejala Hepatitis A dan Cara Mencegahnya
SGPT normal pada orang sehat berada di rentang 7-56 unit mikro per liter. Jika hasilnya melebihi batas tersebut dua kali lipat atau lebih, kemungkinan besar pasien menderita hepatitis.
Jika tidak ditangani sejak dini, hepatitis dapat menyebabkan komplikasi serius seperti sirosis hati atau gagal hati yang tidak bisa disembuhkan.
Hepatitis dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Hepatitis A, B, dan C, atau non-infeksi yang disebabkan oleh konsumsi obat-obatan berlebihan atau paparan racun.
Baca juga : Waspadai ya Bun! Meningitis pada Anak Sering Sulit Terdiagnosis
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan mencatat prevalensi hepatitis pada semua umur di Indonesia mencapai 0,12%.
Penyakit ini sebenarnya dapat dicegah melalui pola hidup bersih dan sehat (PHBS) atau vaksinasi.
Saat ini, vaksinasi Hepatitis B tersedia gratis untuk anak-anak di Indonesia, sementara vaksin Hepatitis A tersedia secara berbayar di klinik kesehatan yang menyediakan jasa vaksinasi. (Z-10)
Di Indonesia, Survei Kesehatan 2023 mencatat sekitar 6,7 juta penduduk terinfeksi hepatitis B dan 2,5 juta terinfeksi hepatitis C.
Hari Hepatitis Sedunia dirayakan setiap tanggal 28 Juli sebagai aksi global untuk menunjukkan perhatian terhadap hepatitis yang masih menjadi risiko besar bagi kesehatan masyarakat.
Hepatitis dan kanker hati memiliki gejala yang mirip, namun penanganannya berbeda. Ketahui bagaimana hepatitis berkembang menjadi kanker hati.
Dalam rangka mendukung target eliminasi hepatitis secara global pada 2030, berbagai langkah konkret mulai dilakukan di Sumatra Barat.
Hepatitis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses peradangan pada hati. Penyebabnya berupa infeksi dan noninfeksi.
Menurut Laporan Hepatitis Global 2024 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) penyakit ini merupakan penyebab kematian menular terbanyak kedua di dunia dengan 1,3 juta kematian per tahun
Peringatan Hari Anak Nasional merupakan bentuk nyata dari penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki peran strategis.
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Stimulasi sensorik sendiri melibatkan penggunaan panca indra anak mulai dari penglihatan hingga sentuhan sehingga anak bisa memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Ternyata kebiasaan mengakses gadget ini malah membuat pola makan anak menjadi tidak teratur, anak cenderung tidak menyadari rasa lapar.
Anak yang terpapar lagu-lagu dari lingkungannya perlu bimbingan orangtua untuk mengarahkan referensi musik yang lebih sesuai kepada anak dan menikmatinya bersama.
Kesulitan meregulasi emosi dan impulsivitas bisa menjadi salah satu faktor seorang anak dalam kenakalan yang akhirnya berujung pada tindak kriminal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved