Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
FASE tantrum diyakini merupakan kondisi normal yang secara alami bakal memudar seiring pertumbuhan anak. Bentuk tantrum yang dikeluarkan anak pun beragam, seperti menjerit, menangis, memukul, menggigit hingga melempar.
Salah satu alasan anak mengalami tantrum yakni kesulitan mengekspresikan keinginannya. Hal tersebut lantas membuat anak merasa frustrasi, dan keluar dalam berbagai bentuk salah satunya amukan. Jika anak dapat berbicara banyak, ia cenderung tidak akan mengamuk. Biasanya juga, durasi tantrum berkurang saat anak memasuki usia 4 tahun.
Saat anak tantrum, beberapa orangtua bingung menghadapinya. Ada yang memilih untuk langsung menghentikan tantrum sang anak dengan meminta diam, memberikan gawai dan lainnya.
Baca juga : Durasi Bermain Gawai Bisa Picu Tantrum Anak
Dokter Spesialis Anak dr. Debby Andina L., Sp.A. dan dr. Hendra Wardhana, Sp.A membagikan beberapa kiat yang bisa dilakukan orangtua saat menghadapi anak yang tantrum dilansir dari Instagram @bicarasikecil;
Apabila anak terlihat rewel karena lapar atau lelah, solusinya lebih sederhana. Namun, apabila anak merasa frustasi karena tidak merasa dipahami atau iri terhadap saudaranya, tentu lebih kompleks, sehingga membutuhkan waktu, perhatian dan kasih sayang. Komunikasi dengan anak merupakan salah satu cara untuk meredakan tantrumnya.
Apabila kita marah dapat lebih mudah untuk mengutarakan apa isi hati kita, namun bagi si kecil mengutarakan perasaannya sangatlah kompleks sehingga salah satu caranya dengan tantrum.
Baca juga : Ini Metode RIDD untuk Redakan Tantrum Anak
Kita harus lebih paham dan menerima emosi si kecil. Berikan gestur seperti memeluk, memberi waktu, bersikap tenang akan sangat membantu si kecil dan orangtua dalam menjalani fase tantrum.
Kadang saat tantrum anak dapat melakukan hal agresif seperti mencubit, memukul, menendang, atau menggigit. Bukan berarti anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kasar. Dalam hal ini, orangtua dapat memberi pengertian dan ketegasan bahwa perilaku mereka tidak baik untuk dilakukan.
Memberi ruang, berkomunikasi, memberi pengertian terhadap perilaku si kecil sangat penting. Apabila tantrum si kecil sudah mereda, orangtua dapat memberi apresiasi serta menunjukan kasih sayang kepada anak.(M-3)
Studi menunjukkan semakin banyak waktu yang dihabiskan remaja di media sosial, semakin besar kemungkinan mereka mengalami perundungan terkait berat badan.
Hasil survei baru menunjukkan banyak orangtua merasa stres saat menghadapi waktu makan anak-anak mereka.
Survei Ohio State University Wexner Medical Center menemukan sekitar 66% dari 1.005 orangtua merasa tuntutan menjadi orangtua membuat mereka merasa kesepian.
Untuk mencegah perilaku tantrum pada anak, perlu diterapkan komunikasi yang baik sejak dini dan orangtua harus menjadi contoh yang baik pada anak.
Yuks mengenal lebih dekat apa itu helicopter parenting dan dampaknya.
Seiring mobilitas yang semakin tinggi dan hadirnya beragam profesi, figur ayah di rumah terasa kurang dan membuat ikatan emosional antar ayah dan anak berkurang
Prophetic parenting bisa dipahami sebagai model pengasuhan anak versi Rasulullah SAW. Metode ini merupakan model pendidikan anak yang sesuai dengan anjuran Nabi Muhammad SAW
Perilaku kasar anak seperti memukul, mencubit, menendang, melempar, menggigit terjadi karena si kecil belum bisa mengomunikasikan kemauan dan emosinya dengan tepat
Pola asuh gentle parenting membantu anak mengontrol emosi sendiri dengan baik, serta membantu menumbuhkan empati anak pada sesama.
Pola asuh positif pada bayi usia tersebut mampu menurunkan hingga 52% kemungkinan anak berperilaku agresif dan untuk melakukan tindakan penganiayaan pada kemudian hari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved