Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SEBUAH studi multinasional berjudul ‘Screen time, social media use, and weight-related bullying victimization: Findings from an international sample of adolescents’ yang dipublikasi di situs plos.org, Rabu (17/4), menemukan perundungan atau bullying yang berkaitan dengan berat badan yang dialami remaja, merupakan salah satu risiko dari penggunaan gawai secara berlebihan.
Temuan penelitian ini mengatakan semakin banyak waktu yang dihabiskan remaja di depan layar dan media sosial, semakin besar kemungkinan mereka mengalami perundungan karena berat badan.
Pada dasarnya, penelitian ini menganalisis data International Food Policy Study Youth Survey 2020 yang melibatkan lebih dari 12.000 remaja berusia 10-17 tahun di Australia, Kanada, Chile, Meksiko, Inggris, dan Amerika Serikat.
Baca juga : Cegah Cyber Bullying, MS Glow Ajak Para Guru Nonton Bareng Film 'Budi Pekerti'
“Setiap tambahan jam penggunaan media sosial setara dengan peningkatan 13% dalam prevalensi mengalami bullying terkait berat badan,” kata penulis utama studi sekaligus asisten profesor di Fakultas Pekerjaan Sosial Factor-Inwentash di Universitas Toronto Dokter Kyle Ganson.
Masih merujuk pada studi yang sama, penggunaan Twitter, yang sekarang disebut X, dan Twitch dihubungkan dengan pertumbuhan angka bullying terkait berat badan. Di mana peningkatan masing-masing sebesar 69% dan 49%.
Juru bicara X mengatakan kebijakan media sosialnya telah berkembang sejak data pertama kali dikumpulkan, yakni tahun 2020.
Baca juga : Hari Mental Sedunia, Cleora Beauty dan Marshanda Serukan Lawan 'Beauty Bullying'
“X telah membuat perubahan signifikan pada seluruh kebijakan dan protokol penegakannya untuk melindungi anak di bawah umur, meskipun memiliki kurang dari 1% pengguna di AS yang berusia 13-17 tahun dan dengan tegas melarang anak-anak di bawah 13 tahun untuk memiliki akun,” kata Joe Benarroch, kepala operasi bisnis X.
Sementara itu, Juru bicara Twitch mengatakan platform tersebut memprioritaskan keselamatan pengguna dan menerapkan pedoman komunitas untuk semua kontennya.
“Pelecehan tidak memiliki tempat di Twitch, atau di mana pun secara online. Kami secara aktif menegakkan aturan ini dan telah mengembangkan sejumlah alat, seperti AutoMod, yang membantu mencegah munculnya pesan berbahaya dalam percakapan obrolan,” kata juru bicara Twitch Elizabeth Busby.
Baca juga : Kemenkominfo Ajak Para Siswa di Bekasi Hentikan Cyberbullying
“Kami akan terus mencari masukan dari komunitas tentang pengalaman mereka di Twitch, termasuk Dewan Penasihat Keamanan, Duta Besar, dan Persekutuan. Masukan ini sangat berharga karena kami secara aktif meninjau dan memperbarui kebijakan kami untuk mengatasi perilaku berbahaya yang terus berkembang,” lanjutnya.
Selain itu, Busby juga menambahkan platformnya menetapkan batas usia. Anak di bawah usia 13 tahun, lanjut Busby, tidak diperbolehkan menggunakan Twitch.
“Kami memanfaatkan serangkaian alat untuk mencegah pembuatan akun ini,” tambah Busby.
Baca juga : Literasi Digital Mengajak Siswa Kenali dan Hentikan Cyberbullying
Di sisi lain, Ganson menuturkan stigma dan bias terhadap berat badan merupakan hal yang terus terjadi di media sosial. Temuan penelitian yang ditulisnya menyoroti remaja menghadapi perundungan khususnya terkait dengan berat badan, yang selanjutnya dapat meningkatkan risiko berkembangnya citra tubuh yang buruk, gangguan makan, serta depresi dan kecemasan.
Profesor ilmu nutrisi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Michigan, Kendrin Sonneville, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menyatakan temuan risiko penggunaan media sosial terhadap perundungan yang berkaitan dengan berat badan tidak mengejutkan.
Dia juga menuturkan adanya hubungan kuat antara penggunaan media sosial dan masalah seperti gangguan makan dan citra tubuh yang buruk.
Terkadang keinginan untuk membantu anak menghindari perundungan bisa menjadi sangat tidak membantu. Pelatih parenting yang berbasis di Los Angeles Oona Hanson mengatakan terkadang keinginan orangtua untuk menggiring anak mereka keluar dari perundungan bisa jadi sangat tidak membantu.
“Karena cara kerja budaya kita, sepertinya, 'Oh, solusi sederhananya adalah mari kita buat tubuhnya berbeda agar anak ini tidak mengalami perundungan.'”
Pendekatan yang tidak membantu itu, kata Profesor ilmu nutrisi Kendrin Sonneville, sudah terlalu sering terjadi. Dia mengatakan dirinya telah melihat banyak orangtua mencoba mendukung anak mereka dengan menyarankan agar sang anak mencoba ‘makan lebih sehat’ atau ‘menurunkan berat badan’,
“Anak muda, berapa pun ukuran tubuhnya, tidak pantas diejek atau dianiaya karena berat badannya,” tutur Sonneville. (Z-3)
Anak harus memahami dan menghargai diri dan lingkungan serta mengetahui konsekuensi hukum dan akibat dari kekerasan/perundungan.
Anak yang menjadi korban perundungan biasanya menjadi lebih pendiam atau tertutup dan menunjukkan sikap yang berbeda dari kebiasaannya.
Orangtua juga bisa memberikan contoh nyata dari keberanian dalam menolak tindakan yang salah serta memberikan dukungan jika anak menghadapi situasi sulit.
Salah satu tanda yang mungkin bisa lanjut diperhatikan oleh orangtua yakni anak sering menunjukkan perilaku agresif
Anak-anak yang melakukan perundungan kebanyakan hanya ingin menyesuaikan diri, membutuhkan perhatian hingga mencari tahu bagaimana menghadapi emosi yang rumit
Kurangi akses media digital atau elektronik dengan memindahkan perangkat elektronik ke ruang yang lebih publik. Sehingga anak-anak akan lebih mudah diawasi.
Menurut catatan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) hingga Agustus 2023, terdapat sebanyak 2.355 pelanggaran terhadap perlindungan anak yang masuk KPAI.
"Peran orang tua menjadi sangat dibutuhkan dalam kondisi tersebut. Keluarga adalah tempat pertama untuk memperoleh pendidikan," tegas Retno.
Workplace bullying adalah serangkaian perilaku yang dilakukan secara sengaja dan berulanguntuk mengintimidasi, menjatuhkan atau menyakiti orang lain di tempat kerja.
Proteksi stakeholder terhadap upaya perlindungan anak harus dipastikan, apalagi ancaman kejahatan cyber ke depan semakin tinggi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved