Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Masjid Salman ITB Kelola Sampah, Menuju Salman Ramah Lingkungan

Naviandri
27/10/2023 19:03
Masjid Salman ITB Kelola Sampah, Menuju Salman Ramah Lingkungan
Tim Salman Environment Rangers (Savior).(MI/NAVIANDRI)

PENGELOLAAN sampah di Kota Bandung harus dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat, termasuk di tempat ibadah. Salah satu tempat ibadah yang telah melaksanakan pengelolaan sampah ialah Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB).

Masjid ini memiliki Tim Salman Ramah Lingkungan atau dikenal dengan Salman Environment Rangers (Savior).

Ketua Savior, Lulu Nailufaaz, di Bandung, Jumat (27/10), mengatakan,
pengelolaan sampah di Masjid Salman ITB diawali dengan edukasi dan
pembiasaan jemaah untuk mengurangi sampah sebanyak mungkin dan mulai
memilah sampahnya. Tempat sampah terpilah yang dikelola bertujuan untuk
mewujudkan Salman Ramah Lingkungan.

"Kami mendorong karyawan termasuk jemaah untuk bisa membawa tempat makan dan minum sendiri. Namun apabila terpaksa menghasilkan sampah maka kita dorong untuk dapat memilah sampahnya sendiri," terangnya.

Lulu mengungkapkan, tempat sampah terpilah sudah ada sejak 2017. Tetapi
pengelolaannya sempat terhenti di masa pandemi.

Kemudian di awal 2022, komunitas Savior terbentuk guna mengelola sampah dengan tempat sampah terpilah. Tempat sampah ini terbagi menjadi lima tempat untuk lima jenis sampah yang berbeda.

"Tujuan tempat sampah terpilah ini untuk mengelola sampah dengan baik
sesuai jenisnya. Masjid Salman ITB juga ingin menunjukan bahwa
pengelolaan sampah bisa dilakukan secara bersih asal dikelola dengan
baik. Tempat sampah terpilah ditempatkan di tiga titik ramai Masjid
Salman ITB," tambahnya.

Menurut Lulu, pihaknya bekerja sama dengan bank sampah induk untuk
mengelola sampah anorganik untuk didaur ulang. Sementaran untuk sampah organik dikelola secara mandiri dengan metode komposting menggunakan 5 drum komposter yang diolah di lingkungan masjid. Dalam sehari, Savior dapat mengelola 20 kilogram sampah organik.

"Kalau jumlah sampah organik tidak tertampung, kami punya alternatif
lain dengan menyiapkan lubang pengomposan. Hasilnya digunakan untuk
penyuburan tanaman di area ITB atapun ke area lahan wakaf di Masjid
Salman," sambungnya.

Untuk residu, kata Lulu, Savior tengah mengupayakan kerja sama
dengan pihak ketiga untuk mengolahnya. Residu yang dihasilkan tidak dibawa ke TPA tapi diolah menjadi briket bahan bakar.

Dengan siklus ini diupayakan agar tidak ada sampah yang dibawa ke TPA. Pihaknya telah merekrut relawan, melalui edukasi kepada jemaah untuk
memilah mana yang organik, anorganik dan residu.

"Selain itu ada pula program Gerakan Sedekah Sampah Indonesia (Gradasi). Para jemaah, dapat menyedekahkan sampah yang mempunyai nilai jual berupa botol, kertas dan kaleng. Selain itu ada pula program Sedekah Sampah Elektronik. Masjid Salman ingin menjadi titik aksi gerakan dalam mengatasi permasalahan sampah salah satu yang dapat dilakukan dengan Gradasi," imbuhnya.

Lulu berharap, Masjid Salman bisa menjadi penerapan nilai Islam
mengenai membuang sampah pada tempatnya dan mengelolanya dengan baik untuk diterapkan di masjid dan tempat ibadah lainnya. "Semua bisa
bijak konsumsi dan bertanggung jawab dengan sisa konsumsinya," tandasnya. (SG)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner