Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

28 Negara Desak Gencatan Senjata Segera di Gaza, Kecam Pembunuhan Warga Sipil yang Cari Bantuan

Thalatie K Yani
22/7/2025 06:40
28 Negara Desak Gencatan Senjata Segera di Gaza, Kecam Pembunuhan Warga Sipil yang Cari Bantuan
Gaza(AFP)

SEBANYAK 28 negara, termasuk Inggris, Australia, Kanada, Prancis, Italia, Jepang, dan Swiss, menyerukan akhir segera perang di Gaza. Mereka menyebut penderitaan warga sipil telah “mencapai titik terdalam”.

Dalam pernyataan bersama, mereka mengecam model distribusi bantuan Israel yang dinilai berbahaya serta “pembunuhan tidak manusiawi terhadap warga sipil, termasuk anak-anak, yang hanya berusaha mendapatkan makanan dan air.”

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, lebih dari 100 warga Palestina tewas terkena tembakan Israel saat antre bantuan akhir pekan lalu. Selain itu, 19 orang meninggal akibat malnutrisi, dengan peringatan kemungkinan terjadi “kematian massal” dalam beberapa hari mendatang.

Israel Tolak Kecaman, Salahkan Hamas

Kementerian Luar Negeri Israel menolak pernyataan 28 negara itu, menyebutnya “terputus dari kenyataan dan memberi pesan yang salah kepada Hamas”. Israel menuduh Hamas menyebarkan kebohongan, menghalangi distribusi bantuan, dan menolak kesepakatan gencatan senjata serta pembebasan sandera.

Laporan Krisis Kemanusiaan Makin Parah

PBB mencatat sedikitnya 674 warga sipil tewas di sekitar lokasi distribusi bantuan Gaza Humanitarian Foundation (GHF) dalam delapan pekan terakhir. Tambahan 201 orang tewas di sepanjang jalur konvoi bantuan.

Pada Sabtu, 39 orang tewas di dekat dua lokasi GHF di Khan Younis dan Rafah. Sehari kemudian, 67 orang meninggal saat berebut bantuan di konvoi PBB di Gaza utara. Militer Israel mengaku menembakkan “tembakan peringatan” untuk menghalau kerumunan, namun meragukan jumlah korban yang dilaporkan.

Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan krisis kelaparan di Gaza sudah mencapai “tingkat keputusasaan baru”, dengan 90.000 perempuan dan anak membutuhkan perawatan darurat. Rumah sakit melaporkan kehabisan stok makanan, susu bayi, dan tenaga medis yang kini juga kelaparan.

Warga Gaza menggambarkan kondisi pasar yang tutup karena kekurangan makanan. “Anak-anak saya menangis kelaparan sepanjang malam. Selama tiga hari terakhir mereka hanya makan sedikit kacang lentil. Tak ada roti. Sekilo tepung harganya sudah 80 dolar,” kata Mohammad Emad al-Din, seorang ayah dua anak.

Desakan Gencatan Senjata Permanen

Negara-negara penandatangan mengecam rencana Israel untuk memindahkan seluruh 2,1 juta penduduk Gaza ke “kota kemanusiaan” di Rafah, menyebutnya sebagai pelanggaran hukum humaniter internasional.

Mereka mendesak gencatan senjata permanen tanpa syarat dan memperingatkan akan mengambil langkah lebih jauh jika konflik terus berlanjut. Pernyataan ini juga dipandang sebagai sinyal kemungkinan pengakuan negara Palestina di masa depan oleh beberapa negara yang belum melakukannya.

Israel Klaim Ikuti Hukum Internasional

Juru bicara militer Israel mengakui adanya warga sipil yang terluka saat mencari bantuan, tetapi menegaskan pihaknya berupaya meminimalkan risiko. Badan militer Israel yang mengoordinasikan bantuan, Cogat, mengatakan Israel “bertindak sesuai hukum internasional dan memimpin upaya memfasilitasi masuknya bantuan ke Gaza bekerja sama dengan organisasi internasional.”

Namun, PBB menyatakan distribusi bantuan terhambat oleh pertempuran yang berkelanjutan, pembatasan gerak oleh Israel, dan kekurangan bahan bakar. Saat ini, 700 truk bantuan dilaporkan menunggu di perbatasan karena PBB belum dapat menyalurkannya dengan aman. (BBC/Z-2) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya