Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Presiden Iran Tuduh Israel Coba Membunuhnya selama Perang 12 Hari

Ferdian Ananda Majni
08/7/2025 11:58
Presiden Iran Tuduh Israel Coba Membunuhnya selama Perang 12 Hari
Masoud Pezeshkian.(Al Jazeera)

PRESIDEN Iran Masoud Pezeshkian mengeklaim bahwa Israel berusaha membunuhnya dengan menyerang wilayah tempat ia sedang mengadakan pertemuan. 

Hal itu ia sampaikan dalam wawancara bersama tokoh media AS, Tucker Carlson, yang dirilis pada Senin, (7/7). Ini menjadi salah satu wawancara pertamanya dengan media Barat sejak konflik singkat antara Iran dan Israel bulan lalu.

"Ya, mereka memang mencoba. Mereka bertindak sesuai dengan itu, tetapi mereka gagal," ujar Pezeshkian ketika ditanya apakah ia yakin Israel telah menargetkan dirinya.

Dia menegaskan bahwa bukan Amerika Serikat yang berada di balik upaya tersebut, melainkan Israel. 

"Saya sedang dalam sebuah pertemuan, mereka mencoba membombardir daerah tempat kami mengadakan pertemuan itu," katanya melalui penerjemah dari bahasa Persia seperti dilansir The Guardian, Selasa (8/7).

Meskipun ia tidak secara langsung menyebut waktu upaya pembunuhan tersebut, pernyataannya muncul kurang dari sebulan setelah serangan Israel ke Iran pada 13 Juni, yang menewaskan beberapa komandan militer dan ilmuwan nuklir Iran.

Donald Trump, yang saat ini kembali mencalonkan diri sebagai presiden, sempat mengeklaim bahwa ia mencegah Israel untuk menyerang pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. 

Khamenei sempat menghilang selama hampir tiga minggu dan baru muncul dalam upacara keagamaan di Teheran akhir pekan lalu, menyusul kemunculan dalam sejumlah video yang menunjukkan kondisi fisiknya yang lemah.

Sementara itu, upaya untuk menargetkan Pezeshkian, yang baru terpilih pada musim panas lalu, dianggap sebagai langkah besar yang mengindikasikan ambisi Israel untuk tidak hanya melemahkan kekuatan militer dan program nuklir Iran, tetapi juga mengguncang stabilitas politik negara tersebut.

Dalam konflik 12 hari yang lalu, Israel mengeklaim telah membunuh lebih dari 30 pejabat keamanan Iran dan 11 ilmuwan nuklir. Bersama AS, mereka juga mengaku menghancurkan tiga fasilitas nuklir penting milik Iran.

Meski dalam kondisi yang masih tegang, Pezeshkian dan Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi tetap tampil aktif di publik. 

Pezeshkian menghadiri pemakaman dan pertemuan internasional, termasuk konferensi tingkat tinggi di Azerbaijan. Araghchi juga melakukan kunjungan diplomatik ke Brasil, Mesir, dan Moskow.

Dalam wawancaranya, Pezeshkian menegaskan bahwa Iran tidak menginginkan perang dan tidak memulainya. Dia juga menekankan bahwa kampanyenya berfokus pada membangun persatuan nasional dan menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangga.

Terkait perundingan nuklir, Pezeshkian menyatakan bahwa Iran siap kembali berunding asalkan ada jaminan kepercayaan dari pihak AS. Dia mempertanyakan bagaimana Iran dapat yakin tidak akan kembali diserang oleh Israel di tengah proses perundingan.

Menanggapi isu bahwa Iran mungkin berada di balik rencana pembunuhan terhadap Trump, Pezeshkian secara tegas membantahnya.

Saat ditanya apakah Iran akan kembali mengizinkan inspeksi oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA), dia menyatakan bahwa kerusakan pada fasilitas nuklir membuat akses saat ini tidak memungkinkan. 

Dia menambahkan bahwa sikap diam IAEA terhadap serangan tersebut, yang menurutnya melanggar hukum internasional, telah memperbesar ketidakpercayaan di antara rakyat Iran. (I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya