Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
MENTERI Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov menyatakan bahwa upaya Uni Eropa dan NATO untuk menimbulkan kekalahan strategis terhadap Moskow tidak akan berhasil.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam pertemuan resmi dengan Menteri Luar Negeri Kirgistan, Jeenbek Kulubaev, saat kunjungan kenegaraannya ke negara Asia Tengah itu, Minggu (29/6).
Lavrov mengungkapkan bahwa Barat tengah berupaya menggunakan Ukraina sebagai alat serangan terhadap Rusia, namun strategi tersebut dinilainya gagal total.
"Kita menyaksikan konfrontasi yang belum pernah terjadi sebelumnya antara negara kita dan Barat kolektif, yang telah memutuskan untuk sekali lagi berperang melawan kita dan menimbulkan kekalahan strategis pada Rusia, pada dasarnya menggunakan rezim Nazi di Kiev sebagai pendobrak," ujarnya, seperti dikutip dari RT Internadional, Selasa (1/7).
"Barat tidak pernah berhasil dalam hal ini, dan kali ini juga tidak akan berhasil," sebutnya.
Lavrov juga menyoroti bahwa sejumlah pengambil kebijakan di Barat mulai meragukan efektivitas pendekatan agresif terhadap Rusia. Meski tidak merinci, ia menyebut bahwa kegagalan strategi tersebut mulai terlihat.
Pernyataannya selaras dengan kritik keras Moskow terhadap langkah NATO dan Uni Eropa yang terus memperkuat aliansi militer dan memberikan dukungan kepada Ukraina.
Dalam KTT Uni Eropa di Brussels baru-baru ini, mayoritas negara anggota menyuarakan dukungan sanksi tambahan serta bantuan militer untuk Kiev. Namun, Hongaria memblokir hasil pernyataan bersama dan menolak pembicaraan aksesi Ukraina ke UE.
Awalnya, Rusia menyatakan posisi netral terhadap ambisi Ukraina untuk bergabung dengan UE selama blok tersebut tetap bersifat ekonomi. Namun, dengan meningkatnya fokus militer Uni Eropa, posisi Moskow berubah.
Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, menyebut UE kini menjadi ancaman yang sama seriusnya seperti NATO.
Pemerintah Rusia juga mengkritik keras keputusan UE untuk menaikkan anggaran pertahanan menjadi 5% dari PDB. Langkah itu dianggap sebagai respons yang berlebihan terhadap klaim ancaman jangka panjang dari Rusia terhadap kawasan Euro-Atlantik.
Rusia dengan tegas membantah tuduhan bahwa mereka berencana menyerang negara-negara Barat. Klaim tersebut, menurut Moskow, hanyalah alasan yang dibuat-buat untuk mendorong belanja militer.
Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan menuduh NATO menyebarkan narasi ancaman demi keuntungan finansial.
“NATO mengarang-ngarang ancaman agar bisa memeras uang dari warga negara-negara anggotanya," kata NATO.
Dengan sikap keras ini, Moskow menegaskan kembali bahwa segala bentuk eskalasi oleh Barat hanya akan memperdalam ketegangan global tanpa memberikan hasil strategis yang nyata bagi pihak manapun.(H-4)
Bagi para pemirsa di Rusia, sinema Indonesia masih eksotis, meskipun film-film dari negara ini kerap hadir di festival film internasional dan memenangkan penghargaan.
Pemerintah untuk berhati-hati dalam memutuskan permohonan kewarganegaraan kembali dari Satria Kumbara, eks Marinir TNI AL yang menjadi tentara relawan Rusia.
ISTANA kepresidenan Rusia, Kremlin, pada Selasa (22/7) mengatakan bahwa Moskow berharap putaran perundingan damai antara Rusia-Ukraina berikutnya akan berlangsung pekan ini.
IRAN akan menjadi tuan rumah pertemuan trilateral tingkat tinggi dengan Tiongkok dan Rusia pada hari ini waktu setempat.
Uni Eropa resmi mengesahkan salah satu paket sanksi paling keras terhadap Rusia.
PEMERINTAH Rusia kembali menegaskan sikap tegasnya terkait kebijakan pertahanan nasional, khususnya soal doktrin nuklir.
RUSIA dan Amerika Serikat (AS) telah sepakat untuk menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan misi diplomatik mereka untuk selamanya.
MENTERI Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mendesak Israel meninggalkan metode teroris dalam menyelesaikan masalah politik.
PRESIDEN Ukraina Volodymyr Zelensky meminta Dewan Keamanan PBB mencabut hak veto yang dimiliki Rusia. Jika tidak, maka PBB tidak akan pernah bisa menyelesaikan konflik di seluruh dunia.
MENTERI Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, bahwa hubungan Rusia dan Amerika Serikat (AS) saat ini berada di fase perang yang memanas karena Washington terus memasok senjata ke Ukraina.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved