Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
PRESIDEN Prabowo Subianto melakukan kunjungan kenegaraan ke Rusia di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Langkah ini menuai perhatian publik, terutama mengingat absennya Indonesia dalam pertemuan G7 yang berlangsung baru-baru ini.
Pengamat Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Suzie Sudarman menilai bahwa keputusan Presiden Prabowo merepresentasikan pemahaman yang mendalam terhadap geopolitik dan kondisi Indonesia saat ini.
“Jelas Presiden Prabowo paham geopolitik dan kondisi negeri kita sendiri dalam merespon pergeseran geopolitik saat ini,” kata Suzie dihubungi Media Indonesia, Kamis (19/6).
Dia menjelaskan bahwa Indonesia tengah menghadapi tantangan ekonomi, sementara dunia Islam memperhatikan krisis global yang sedang berlangsung. Dalam konteks itu, menurutnya, tidak menghadiri forum G7 adalah langkah yang bisa dimaklumi.
“Masuk akal jika tidak bertandang ke G7 karena negara-negara tersebut kan kapitalistik di saat negara-negara lemah menjadi korban upaya ekonomi mereka,” ujarnya.
Suzie juga menyebut bahwa diplomasi dengan Rusia mungkin berperan dalam membantu masyarakat Muslim yang saat ini menjadi korban agresi di beberapa wilayah konflik.
“RI juga butuh berdiplomasi dengan Rusia, mungkin membantu masyarakat Muslim yang sedang ditangani secara fisik oleh negara-negara kuat di dunia,” tambahnya.
Dia menduga bahwa Rusia memiliki peran tidak langsung dalam konflik Iran dan Palestina. Dalam hal ini, Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim dapat memainkan peran penting.
“Bisa jadi bantuan Rusia ke Iran terselubung dan tergantung juga dari diplomasi negara-negara mayoritas Muslim, termasuk upaya RI untuk melaksanakan apa yang tertera di Pembukaan UUD 1945 yakni memerdekakan bangsa Palestina dan upaya mendorong penciptaan perdamaian,” lanjut Suzie.
Terkait harapan dari pertemuan antara Prabowo dan Presiden Rusia Vladimir Putin, Suzie menilai bahwa pendekatan yang digunakan oleh Indonesia berbeda dari negara lain seperti Malaysia.
“Kalau Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dengan keras retorika membela Iran dan Palestina, tampaknya Pak Prabowo memilih jalan sunyi untuk ikut mengupayakan perdamaian,” ujarnya.
Suzie juga menyinggung tentang Konferensi OKI yang belum terwujud sebagai latar dari langkah diplomatik sunyi yang diambil Indonesia.
“Menjelang juga Konferensi OKI di Istanbul yang masih belum terwujud, maka RI memilih upaya cerdas dan sunyi karena situasinya rawan. Pasti kita diamati negara-negara G7 dan sangat riskan untuk beretorika yang keras,” jelasnya.
Dia berharap diplomasi di balik layar ini membuahkan hasil, demi mencegah eskalasi konflik yang dapat berdampak luas.
“Semoga memang bisa terwujud pertarungan diplomasi balik layar. Karena peperangan segera harus dihentikan, kalau tidak akan tercipta bahaya pemesanan nuklir dan menimbulkan krisis ekonomi yang merugikan masa depan bangsa kita,” tegasnya.
Sementara itu, menurutnya, Menteri Luar Negeri RI menyatakan bahwa kunjungan Presiden Prabowo ke Rusia merupakan bagian dari komitmen Indonesia untuk mendukung perdamaian global.
“Kata Menlu, kunjungan Presiden Prabowo Subianto ini adalah upaya berkontribusi untuk mewujudkan perdamaian dunia," pungkasnya. (Fer/I-1)
Rusia memperingatkan Amerika Serikat agar tidak ikut campur secara militer dalam konflik antara Iran dan Israel.
KOREA Utara secara tegas mengecam serangan udara Israel terhadap Iran yang menjadi pemicu eskalasi di Timteng.
Presiden Donald Trump belum mengambil keputusan bergabung dengan serangan Israel ke Iran. Namun ia menegaskan telat bagi Iran untuk berdialog.
Ancaman serangan terhadap instalasi nuklir di Iran ini juga tentunya mengancam keselamatan penduduk sipil termasuk WNI.
Tinjauan singkat kedua negara tersebut mungkin menunjukkan bahwa Iran, dengan populasi lebih dari sembilan kali lipat populasi Israel dan tentara yang jauh lebih besar, memiliki keunggulan.
Konflik ini mengancam stabilitas kawasan Timur Tengah dan berpotensi mengguncang tatanan global dan memicu kembali polarisasi kekuatan dunia
PENGAMAT Komunikasi Politik Frans Immanuel Saragih menilai perang Iran-Israel dalam eskalasi yang cukup besar beberapa hari terakhir tidak bisa dilihat secara kasat mata.
AMERIKA Serikat mengerahkan lebih banyak jet tempur ke Timur Tengah di tengah meningkatnya konflik antara Israel dan Iran. Fox News melaporkan itu pada Selasa (17/6).
PARA pemimpin negara-negara G7 menyatakan kembali komitmen mereka terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan Timur Tengah, menyusul meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran.
Kapal induk USS Nimitz terpantau meninggalkan perairan Laut Tiongkok Selatan pada Senin. Laporan lain menyebutkan puluhan pesawat militer AS sedang bergerak melintasi Atlantik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved