Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
KETEGANGAN geopolitik di Timur Tengah kembali mencuat seiring dengan meningkatnya kemungkinan Iran menutup Selat Hormuz, jalur strategis yang menjadi urat nadi ekspor minyak dunia.
Jika skenario ini terjadi, sejumlah negara akan terdampak berat. Tiga di antaranya — India, Tiongkok, dan Jepang — diperkirakan menjadi yang paling sengsara, dengan dua dari mereka adalah negara berkekuatan nuklir.
India, salah satu kekuatan ekonomi utama dunia, mengimpor sekitar 40% dari kebutuhan minyaknya melalui Selat Hormuz.
Meski telah meningkatkan diversifikasi sumber energi dengan membeli dari Rusia, Amerika Serikat, dan Amerika Latin, gangguan pasokan dari kawasan Teluk akan tetap mengganggu stabilitas harga minyak domestik. Lonjakan harga bahan bakar dan energi akan berdampak langsung pada inflasi, sektor transportasi, dan daya beli masyarakat.
Tiongkok merupakan pengimpor terbesar minyak mentah yang melewati Selat Hormuz, dengan volume lebih dari 5 juta barel per hari. Penutupan selat bisa memangkas pasokan hingga 80% dari total ekspor minyak dari kawasan tersebut.
Dalam skenario terburuk, harga minyak dunia bisa melonjak di atas US$150 per barel, menyebabkan tekanan hebat terhadap sektor industri dan logistik Tiongkok yang sangat bergantung pada energi murah.
Jepang, yang tidak memiliki sumber daya minyak domestik signifikan, juga sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk kebutuhan energinya. Hampir seluruh impor minyak Jepang berasal dari Timur Tengah.
Jika suplai terganggu, Jepang tidak hanya menghadapi lonjakan harga energi, tapi juga ketidakstabilan sektor manufaktur dan ekspor, yang merupakan tulang punggung perekonomiannya.
Volume impor energi yang besar lewat Selat Hormuz.
Ketergantungan tinggi terhadap bahan bakar fosil.
Keterbatasan alternatif rute pengiriman energi.
Implikasi ekonomi dan sosial yang luas jika terjadi gangguan.
India dan Tiongkok — dua negara dalam daftar — merupakan negara yang memiliki dan secara terbuka mengembangkan senjata nuklir. Kehadiran bom nuklir bukan berarti mereka kebal terhadap krisis energi, justru memperumit dinamika geopolitik jika ketegangan di Selat Hormuz berujung konfrontasi bersenjata.
Meskipun retorika Iran mengenai penutupan Selat Hormuz sering muncul dalam momen konflik, banyak analis menilai langkah itu hanya dijadikan alat tekanan.
Hal ini karena Iran juga mengekspor sebagian besar minyaknya melalui selat tersebut dan berisiko menghadapi balasan militer dari koalisi internasional jika benar-benar menutupnya.
Jika Iran menutup Selat Hormuz, India, Tiongkok, dan Jepang akan menjadi negara-negara paling terdampak secara ekonomi dan sosial. Ketiganya sangat bergantung pada minyak dari Teluk dan tidak memiliki jalur alternatif dalam skala besar.
Dunia pun menghadapi potensi guncangan energi global dan eskalasi politik internasional yang belum pernah terjadi sejak krisis minyak tahun 1970-an. (Z-10)
Sumber:
PT Pertamina (Persero) menyiapkan sejumlah rute alternatif untuk menjamin kelangsungan rantai pasok minyak mentah akibat dari memanasnya ketegangan Iran vs Israel dan Amerika Serikat
Ketegangan geopolitik di kawasan Teluk Persia, yakni Iran vs Israel, kembali memunculkan kekhawatiran global.
Penutupan Selat Hormuz diprediksi bakal mengganggu suplai minyak dunia, menyebabkan lonjakan harga, dan untuk sementara waktu mencegah kapal perang AS keluar dari Teluk Persia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved