Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Pakar UGM: Indonesia Perlu Bersikap Tegas terhadap Perang Iran-Israel

Ardi Teristi Hardi
24/6/2025 17:06
Pakar UGM: Indonesia Perlu Bersikap Tegas terhadap Perang Iran-Israel
Serangan rudal Iran menuju wilayah Israel.(Dok. X Iran News.)

PAKAR Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhadi Sugiono, berpendapat sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar, Indonesia perlu mengambil sikap yang jelas dan tegas atas perang Iran-Israel.

Ia juga menekankan pentingnya konsistensi Indonesia dalam mendukung perlucutan senjata nuklir dengan mendorong semua negara Timur Tengah untuk menjadi anggota  Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT) dan tunduk pada aturan rezim nuklir internasional.

Langkah ini sejalan dengan komitmen Indonesia terhadap keamanan global dan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Selain itu, Indonesia juga dapat memperkuat perannya melalui jalur kemanusiaan, seperti inisiatif bantuan kemanusiaan atau mediasi dalam forum internasional non-blok.

“Indonesia harus mengutuk serangan Israel dan mendorong penyelesaian diplomatik,” ujar Muhadi.

Di tingkat domestik, respon publik Indonesia terhadap konflik ini mulai terlihat, terutama di media sosial dan ruang-ruang diskusi publik. Muhadi beranggapan sentimen pro-Palestina tetap dominan di masyarakat tetapi belum berkembang menjadi sikap politik yang terstruktur.

Menurutnya, pemerintah perlu mencermati opini publik agar bisa merespons dengan kebijakan luar negeri yang sejalan dengan aspirasi rakyat. “Apakah respons tersebut akan menciptakan dinamika sosial dan politik yang signifikan, saat ini belum bisa dipastikan,” kata Muhadi.

Di tengah kompleksitas global ini, Muhadi menilai langkah konkret Indonesia adalah memperkuat jalur diplomatik dan humaniter. Selain mendorong semua pihak kembali ke meja perundingan, Indonesia juga dapat mengambil inisiatif untuk membangun koalisi negara-negara yang mendorong de-eskalasi.

Indonesia bisa memainkan peran penting untuk memastikan kawasan tetap netral dan tidak terseret dalam polarisasi geopolitik global.

“Indonesia perlu menjadi suara moderat yang aktif mendorong perdamaian, sekaligus memperjuangkan perlucutan senjata nuklir yang adil dan konsisten,” pungkasnya.

Sistematis

Awal mula serangan Israel terhadap Iran yang belakangan terjadi bukan semata aksi sepihak, tetapi mencerminkan usaha sistematis untuk menghancurkan kemampuan nuklir Iran dengan menyerang fasilitas, ilmuwan, dan pejabat militernya.

Laporan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) 2024 menyebut bahwa Iran memperkaya uranium hingga 60%, melebihi batas ketentuan. Namun, sampai saat ini, belum ada bukti yang menyatakan bahwa Iran secara aktif memproduksi senjata nuklir.

“Serangan Israel dilakukan dengan dalih Iran melanggar Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT), namun ini ironi karena Israel sendiri tidak menandatangani NPT dan tidak tunduk pada rezim nuklir internasional,” jelasnya.

Eskalasi ini telah berubah menjadi konflik terbuka, meskipun belum ada deklarasi perang resmi dari kedua belah pihak. Sikap permusuhan dan saling serang yang terjadi sudah memenuhi kriteria untuk menuju perang terbuka.

Muhadi menggarisbawahi bahwa keterlibatan militer secara langsung, bahkan tanpa pengakuan formal, tetap menunjukkan bahwa dinamika konflik telah menembus ambang batas normal diplomasi. Serangan langsung, baik lewat rudal, drone, maupun serangan siber, menjadi bukti bahwa ini bukan sekadar retorika politik.

“Ketidakhadiran mekanisme de-eskalasi yang efektif membuat risiko konflik terus membesar,” tutup dia.  (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya