Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump tampaknya menetapkan tenggat waktu dua minggu untuk Vladimir Putin. Tenggat itu disertai ancaman akan memberikan respons berbeda jika rekannya dari Rusia itu masih terus mempermainkannya.
Saat Kremlin meningkatkan serangan terhadap Ukraina, Trump ditanya di Oval Office pada Rabu apakah ia percaya Putin ingin mengakhiri perang. “Saya tidak bisa memastikan itu, tapi saya akan beri tahu Anda dalam sekitar dua minggu,” ujar Trump kepada wartawan.
Sejak Minggu, Trump telah menulis sejumlah unggahan di media sosial yang menyebut Putin telah “benar-benar gila” dan “bermain api” setelah Rusia memperkuat serangan terhadap Ukraina.
Serangan udara Rusia dikabarkan merupakan salah satu serangan terbesar dan paling mematikan sejak perang dimulai, yang kini telah memasuki tahun keempat. Serangan di Kyiv, ibu kota Ukraina, menewaskan sedikitnya 13 orang dan melukai puluhan lainnya, termasuk anak-anak, akhir pekan lalu. Hingga Rabu, serangan belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Dalam pernyataannya mengenai eskalasi kekerasan dan apakah Putin serius ingin mengakhiri perang, Trump mengatakan:
“Saya akan beri tahu Anda dalam dua minggu. Kita akan mengetahui apakah (Putin) mempermainkan kita atau tidak. Dan kalau iya, kita akan merespons dengan cara yang berbeda.”
Komentar ini menunjukkan kekecewaan Trump yang makin besar, karena upaya negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina yang diupayakan Gedung Putih tampak semakin sia-sia.
Upaya itu termasuk panggilan telepon selama dua jam antara Trump dan Putin baru-baru ini, yang kemudian dikatakan oleh Trump berlangsung “sangat baik”. Putin menyatakan setelah panggilan tersebut bahwa ia siap bekerja dengan Ukraina dalam menyusun “memorandum untuk kesepakatan damai di masa depan”.
Namun, seminggu setelah panggilan itu, Rusia meluncurkan ratusan drone dan puluhan rudal ke Kyiv, menurut Angkatan Udara Ukraina. Sampai sekarang, memorandum tersebut belum disampaikan oleh Rusia.
Sejauh ini, ancaman-ancaman Trump belum cukup untuk membuat Moskow memenuhi tuntutannya. Bahkan, Trump belum menindaklanjuti ancaman-ancaman serupa sebelumnya.
Sejak menjabat, Trump justru mengambil tindakan terhadap Ukraina, seperti menangguhkan bantuan militer dan berbagi intelijen selama delapan hari pada Maret, sebagai bagian dari upaya memaksa gencatan senjata.
Sementara itu, pemerintahan AS tidak menuntut konsesi besar dari Rusia secara terbuka.
Gedung Putih menolak tuduhan mereka menyenangkan Moskow atau gagal menegakkan kebijakan tegas, dan menegaskan semua sanksi era Biden terhadap Rusia masih berlaku. Namun, pendekatan mediasi mereka malah membuat Kremlin merasa semakin kuat, bukan sebaliknya.
Setelah serangan terbaru, Trump menulis di Truth Social bahwa “ada sesuatu yang terjadi pada Putin”, yang kemudian ditanggapi Kremlin sebagai komentar akibat “emosi berlebihan”.
Serangan Rusia ke Ukraina terus berlanjut dalam beberapa hari setelahnya. Trump kemudian meningkatkan kritiknya. Pada Selasa, ia mengatakan bahwa Putin “bermain api” dan “banyak hal buruk” akan menimpa Rusia jika bukan karena keterlibatannya.
Seorang ajudan Kremlin menanggapi unggahan terbaru Trump di Truth Social dengan mengatakan: “Kami menyimpulkan bahwa Trump tidak cukup memahami apa yang sebenarnya terjadi.”
Ajudan Putin, Yury Ushakov, mengatakan kepada stasiun TV pemerintah Rusia-1 bahwa Trump mungkin tidak menyadari “serangan teroris besar yang semakin sering dilakukan Ukraina terhadap kota-kota damai di Rusia.”
Sementara itu, kanselir baru Jerman, Friedrich Merz, pada Rabu mengatakan kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahwa Berlin akan membantu Kyiv memproduksi rudal jarak jauh untuk mempertahankan diri dari serangan Rusia.
Kremlin memperingatkan pencabutan batasan jangkauan pada rudal Ukraina akan menjadi perubahan kebijakan berbahaya yang menghambat upaya damai. (BBC/Z-2)
Prabowo mengenakan setelan jas berwarna biru dongker, dipadukan dengan peci hitam dan dasi biru.
PRESIDEN Rusia Vladimir Putin berencana memperluas kerja sama dengan Indonesia di sektor energi nuklir. Hal itu dinilai positif selama sektor nuklir dimanfaatkan untuk tujuan kedamaian.
PRESIDEN Rusia Vladimir Putin menyatakan kesediaan negaranya untuk mendukung Indonesia dalam pengembangan teknologi nuklir untuk kepentingan damai.
Ia juga menekankan bahwa Indonesia selalu memilih jalan damai dan kerja sama. Hal ini merupakan prinsip utama dalam hubungan antarnegara.
PRESIDEN Prabowo Subianto dan Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin bertemu di Istana Konstantinovsky, St. Petersburg, pada Kamis, 19 Juni 2025.
Dia juga menyebut bahwa bahkan ketika Rusia pernah menawarkan kerja sama dalam pengembangan sistem pertahanan udara, respons Iran cenderung minim.
Prabowo juga menekankan komitmennya untuk menciptakan pemerintahan yang bebas dari praktik korupsi.
Indonesia, kata Prabowo, menginginkan solusi damai dalam konflik antara Israel dan Iran. Menurutnya, jalan keluar terbaik harus segera ditemukan.
Presiden Prabowo menjalani rangkaian agenda penting yang memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Rusia sekaligus meningkatkan citra Indonesia di panggung global.
RUSIA mampu menyelesaikan semua proyek nuklirnya di luar negeri meskipun ada tekanan sanksi dan pelanggaran kewajiban oleh perusahaan-perusahaan Barat.
PENGAMAT ekonomi Energi dari Universitas Padjadjaran Yayan Satyakti menilai rencana kerja sama pengembangan energi nuklir antara Indonesia dan Rusia membuka peluang yang cukup besar.
RUSIA mengeluarkan peringatan keras kepada Amerika Serikat (AS) agar tidak melakukan intervensi militer dalam konflik yang terus memanas antara Iran dan Israel.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved