Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengangkat rencana ambisius pembangunan sistem pertahanan udara nasional yang dinamainya Golden Dome atau Kubah Emas meniru sistem Iron Dome milik Israel.
Trump menyampaikan bahwa proyek tersebut telah memiliki arsitektur dasar dan akan menjadi sistem pertahanan generasi terbaru milik AS.
Dalam pengumuman pada Selasa (20/5) Trump mengatakan bahwa Golden Dome ditujukan untuk menangkal serangan dahsyat terhadap Amerika Serikat dan diproyeksikan akan selesai serta beroperasi penuh sebelum akhir masa jabatannya.
"Setelah sepenuhnya dibangun, Kubah Emas akan mampu mencegat rudal bahkan jika diluncurkan dari sisi lain dunia dan bahkan jika diluncurkan dari luar angkasa. Kita akan memiliki sistem terbaik yang pernah dibangun," kata Trump seperti dilansir New York Times, Rabu (21/5).
Meskipun demikian, para pakar memperingatkan bahwa proyek tersebut menghadapi tantangan besar, baik dari sisi logistik maupun keuangan.
Amerika Serikat memiliki wilayah lebih dari 400 kali luas Israel. Artinya, sistem ini memerlukan skala perlindungan yang jauh lebih besar dan kompleks.
Trump memperkirakan biaya pembangunan Golden Dome sekitar US$175 miliar. Namun Kantor Anggaran Kongres (CBO) menyebutkan angka realistisnya bisa mencapai US$542 miliar.
Untuk mendanai proyek tersebut, Trump mengeklaim akan mengalokasikan US$25 miliar dari pemotongan pajak dan rancangan undang-undang belanja federal yang masih menunggu persetujuan Kongres.
Dia juga menyebut bahwa Kanada menunjukkan ketertarikan untuk ikut serta dalam proyek ini dan mungkin akan membantu membiayainya.
Dalam perintah eksekutif bertajuk Kubah Besi Amerika yang dikeluarkan Januari lalu, Trump memberikan tenggat waktu 60 hari kepada Pentagon untuk menyusun rencana terperinci, termasuk pengembangan rudal hipersonik dan sistem pencegat berbasis luar angkasa.
Pentagon pun memberi nama resmi proyek ini sebagai Golden Dome, mengacu pada warna dan logam favorit Trump.
Menteri Pertahanan Pete Hegseth, yang hadir mendampingi Trump di Ruang Oval, menyebut proyek ini sebagai pengubah permainan dan investasi lintas generasi dalam keamanan Amerika dan Amerika.
Jenderal Michael Guetlein, yang ditunjuk untuk mengawasi proyek tersebut, memperingatkan bahwa negara-negara pesaing seperti Rusia telah memodernisasi persenjataan nuklir dan rudal balistik mereka, termasuk rudal hipersonik yang dapat mencapai wilayah AS dalam waktu satu jam dengan kecepatan 6.000 mil per jam.
"Sudah saatnya kita mengubah persamaan itu dan mulai menggandakan perlindungan tanah air," ujar Guetlein.
Namun para pakar militer menilai bahwa membangun sistem pertahanan semacam itu untuk wilayah seluas Amerika Serikat akan sangat menantang secara teknis.
Fisika yang terlibat dalam mempertahankan daratan Amerika dari serangan rudal antarbenua jauh lebih rumit daripada melindungi Israel dari roket-roket jarak pendek.
Dari sisi anggaran, CBO memperkirakan bahwa proyek tersebut bisa memakan biaya antara US$161 miliar hingga US$542 miliar, jauh di atas angka yang disebut Trump.
Meski begitu, Trump tampak yakin bahwa Golden Dome tidak akan bernasib sama seperti inisiatif pertahanan serupa dari masa lalu.
Dia merujuk pada upaya Presiden Ronald Reagan pada 1980-an untuk membangun sistem pertahanan Star Wars, yang akhirnya gagal akibat keterbatasan teknologi dan biaya.
"Ronald Reagan menginginkannya bertahun-tahun lalu, tetapi mereka tidak memiliki teknologinya," ujar Trump.
"Namun, itu adalah sesuatu yang akan kami miliki. Kami akan memilikinya pada level tertinggi," pungkasnya.
(I-2)
Operasi penangkapan massal yang dilakukan pemerintahan Trump juga telah menciptakan rasa takut di tengah komunitas imigran.
Pemerintah Indonesia terus melakukan pendampingan melalui perwakilan RI di Amerika Serikat dengan bantuan konsuler.
KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) RI mengungkapkan bahwa sudah ada 58 warga negara Indonesia (WNI) yang terdampak operasi penindakan imigran di Amerika Serikat hingga saat ini.
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kesepakatan telah dicapai antara AS dan Tiongkok untuk meredam tensi perang dagang berkepanjangan.
PEMERINTAHAN Presiden Donald Trump tengah mendorong pelaksanaan deportasi massal dengan target ambisius yaitu mendeportasi satu juta imigran tanpa dokumen.
KETAKUTAN menyelimuti para pekerja migran tidak berdokumen di Los Angeles, Amerika Serikat, menyusul razia besar-besaran yang dilakukan oleh petugas Imigrasi dan Bea Cukai (ICE).
Donald Trump tawarkan Kanada bergabung secara gratis dalam Golden Dome, asalkan menjadi negara bagian Amerika Serikat.
Korea Utara menuding sistem pertahanan rudal "Golden Dome" Presiden Trump sebagai langkah berbahaya menuju militerisasi luar angkasa.
Kanada telah melakukan pembicaraan tingkat tinggi mengenai kemungkinan bergabung dengan sistem pertahanan rudal "Golden Dome" yang diusulkan Donald Trump.
PRESIDEN AS Donald Trump menginginkan Golden Dome sebagai sistem pertahanan rudal berbasis darat, laut, dan antariksa. Apa bedanya dengan Iron Dome Israel, India, dan negara lain.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan perincian baru dan pendanaan awal untuk sistem perisai rudal Golden Dome miliknya.
TIONGKOK mengungkapkan keprihatinannya terkait rencana Amerika Serikat (AS) untuk mengembangkan sistem pertahanan rudal Golden Dome.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved