Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

NYT Ungkap Trump Stop Perangi Houthi karena Rugi Besar

Wisnu Arto Subari
15/5/2025 20:48
NYT Ungkap Trump Stop Perangi Houthi karena Rugi Besar
Houthi.(Al Jazeera)

SAAT menyetujui pembukaan kembali pengiriman di Laut Merah dengan mengebom kelompok militan Houthi hingga tunduk, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ingin melihat hasilnya dalam waktu 30 hari sejak serangan awal dua bulan lalu. Pada hari ke-31, Trump, yang selalu waspada terhadap keterlibatan militer yang berlarut-larut di Timur Tengah, menuntut laporan kemajuan, menurut pejabat pemerintahan.

Namun hasilnya tidak ada. Amerika Serikat bahkan belum menunjukkan superioritas udara atas Houthi. Sebaliknya, yang muncul setelah 30 hari peningkatan serangan melawan kelompok Yaman merupakan keterlibatan militer Amerika yang mahal tetapi tidak meyakinkan di wilayah tersebut.

Houthi menembak jatuh beberapa pesawat nirawak MQ-9 Reaper milik Amerika dan terus menembaki kapal-kapal angkatan laut di Laut Merah, termasuk kapal induk milik Amerika. Serangan AS menghabiskan persenjataan dan amunisi dengan nilai sekitar US$1 miliar atau sekitar Rp16,5 triliun hanya dalam bulan pertama.

Hal yang tidak membantu lagi yaitu dua F/A-18 Super Hornet senilai US$67 juta dari kapal induk andalan Amerika yang bertugas melancarkan serangan terhadap Houthi secara tidak sengaja jatuh dari kapal induk ke laut. Seketika Trump muak.

Steve Witkoff, utusan Timur Tengahnya, yang terlibat dalam perundingan nuklir yang dimediasi Oman dengan Iran, melaporkan bahwa pejabat Oman telah mengusulkan jalan keluar sempurna bagi Trump tentang Houthi, menurut pejabat Amerika dan Arab. 

Amerika Serikat akan menghentikan kampanye pengeboman dan milisi tidak akan lagi menargetkan kapal-kapal Amerika di Laut Merah, tetapi tanpa kesepakatan apa pun untuk menghentikan gangguan pengiriman yang dianggap kelompok itu membantu Israel.

Trump kagumi Houthi

Pejabat Komando Pusat AS menerima perintah mendadak dari Gedung Putih pada Senin (5/5) untuk menghentikan sementara operasi ofensif. Ketika mengumumkan penghentian permusuhan, presiden terdengar hampir mengagumi kelompok militan Islam tersebut, meskipun sebelumnya bersumpah bahwa kelompok tersebut akan dimusnahkan sepenuhnya.

"Kami menyerang mereka dengan sangat keras dan mereka memiliki kemampuan hebat untuk menahan hukuman," kata Trump. "Bisa dibilang ada banyak keberanian di sana." 

Ia menambahkan, "Mereka berjanji kepada kami bahwa mereka tidak akan menembaki kapal lagi dan kami menghormatinya."

Apakah hal itu terbukti benar? Ini masih harus dilihat. Houthi menembakkan rudal balistik ke Israel pada Jumat (9/5), yang memicu sirene serangan udara yang menakuti orang-orang dari pantai di Tel Aviv. Rudal itu dicegat oleh pertahanan udara Israel .

Deklarasi kemenangan mendadak atas Houthi menunjukkan beberapa anggota tim keamanan nasional presiden meremehkan kelompok yang dikenal karena ketahanannya. Jenderal Michael E. Kurilla, kepala Komando Pusat, telah mendesak dilakukan operasi militer yang kuat, yang awalnya didukung oleh menteri pertahanan dan penasihat keamanan nasional, menurut beberapa pejabat yang mengetahui diskusi tersebut. 

Namun, Houthi memperkuat banyak bunker dan depot senjata mereka selama pengeboman hebat tersebut. Yang penting lagi, para pria itu juga salah menilai toleransi bos mereka terhadap konflik militer di kawasan tersebut, yang sedang ia kunjungi minggu ini, dengan singgah di Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab. 

Tidak pernah perang lama

Trump tidak pernah terlibat dalam keterlibatan militer yang berlangsung lama di Timur Tengah. Ia menghabiskan masa jabatan pertamanya dengan mencoba menarik pulang pasukan dari Suriah, Afghanistan, dan Irak.

Terlebih lagi, kepala staf gabungan yang baru, Jenderal Dan Caine, khawatir bahwa operasi militer yang diperpanjang melawan Houthi akan menguras sumber daya militer dari kawasan Asia-Pasifik. Pendahulunya, Jenderal Charles Q. Brown Jr., memiliki pandangan sama sebelum ia dipecat pada Februari.

Pada 5 Mei, Trump siap untuk melanjutkan hidup, menurut wawancara dengan lebih dari selusin pejabat saat ini dan mantan pejabat yang mengetahui diskusi dalam lingkaran keamanan nasional presiden. Mereka berbicara dengan syarat anonim untuk menggambarkan diskusi internal tersebut.

"Kami menghormati komitmen dan kata-kata mereka," kata Trump dalam sambutannya di Gedung Putih pada Rabu (7/5).

Juru bicara Gedung Putih, Anna Kelly, mengatakan dalam pernyataan kepada The New York Times (NYT) bahwa Presiden Trump berhasil mencapai gencatan senjata yang merupakan kesepakatan bagus bagi Amerika dan keamanan. Ia menambahkan bahwa militer AS telah melancarkan lebih dari 1.100 serangan, menewaskan ratusan pejuang Houthi, dan menghancurkan senjata serta perlengkapan mereka.

Juru bicara utama Pentagon, Sean Parnell, mengatakan operasi itu memang dimaksudkan untuk dibatasi. "Setiap aspek operasi dikoordinasikan di tingkat tertinggi kepemimpinan sipil dan militer," katanya dalam pernyataan melalui email.

Menyerang sejak November 2023

Jenderal Kurilla telah menyerang Houthi sejak November 2023, ketika kelompok itu mulai menyerang kapal-kapal yang melewati Laut Merah sebagai cara untuk menargetkan Israel agar menginvasi Gaza.

Namun Presiden Joseph R. Biden Jr. alis Joe Biden mengira bahwa melibatkan Houthi dalam kampanye yang kuat akan meningkatkan status mereka di panggung global. Sebaliknya, ia mengizinkan serangan lebih terbatas terhadap kelompok tersebut. Namun, itu gagal menghentikan Houthi.

Kini Jenderal Kurilla memiliki panglima tertinggi baru. Ia mengusulkan operasi militer selama delapan hingga 10 bulan sehingga pesawat tempur Angkatan Udara dan Angkatan Laut akan menghancurkan sistem pertahanan udara Houthi. Kemudian, katanya, pasukan AS akan melancarkan pembunuhan terarah yang meniru operasi Israel baru-baru ini terhadap Hizbullah, kata tiga pejabat AS.

Pejabat Saudi mendukung rencana Jenderal Kurilla dan memberikan daftar target 12 pemimpin senior Houthi yang kematiannya, kata mereka, akan melumpuhkan gerakan tersebut. Namun, Uni Emirat Arab, sekutu kuat AS lain di kawasan tersebut, tidak begitu yakin. Houthi telah melewati pengeboman selama bertahun-tahun oleh Saudi dan Emirat.

Pada awal Maret, Trump menyetujui sebagian dari rencana Jenderal Kurilla yakni serangan udara terhadap sistem pertahanan udara Houthi dan serangan terhadap para pemimpin kelompok tersebut. Menteri Pertahanan Pete Hegseth menamai operasi tersebut Operasi Rough Rider.

Houthi tembak jatuh MQ-9

Pada suatu titik, kampanye Jenderal Kurilla yang berlangsung selama delapan hingga 10 bulan hanya diberi waktu 30 hari untuk menunjukkan hasilnya. Dalam 30 hari pertama tersebut, Houthi menembak jatuh tujuh pesawat nirawak MQ-9 Amerika (masing-masing sekitar US$30 juta), sehingga menghambat kemampuan Komando Pusat untuk melacak dan menyerang kelompok militan tersebut. 

Beberapa F-16 Amerika dan satu jet tempur F-35 hampir diserang oleh pertahanan udara Houthi, sehingga kemungkinan jatuhnya korban jiwa dari pihak Amerika menjadi nyata, kata beberapa pejabat AS. Kemungkinan itu menjadi kenyataan ketika dua pilot dan seorang awak dek penerbangan terluka dalam dua kejadian yang melibatkan F/A-18 Super Hornet yang jatuh ke Laut Merah dari kapal induk Harry S. Truman dalam waktu 10 hari.

Serangan Amerika mengenai lebih dari 1.000 target, termasuk beberapa fasilitas komando dan kontrol, sistem pertahanan udara, fasilitas manufaktur senjata canggih, dan lokasi penyimpanan senjata canggih, Pentagon melaporkan. Selain itu, lebih dari selusin pemimpin senior Houthi telah tewas, kata militer.

Biaya operasi mengejutkan

Namun, biaya operasi itu sangat mengejutkan. Pentagon mengerahkan dua kapal induk, pesawat pengebom B-2 tambahan dan jet tempur, serta sistem pertahanan udara Patriot dan THAAD, ke Timur Tengah, para pejabat mengakui secara pribadi. Pada akhir 30 hari pertama operasi, biayanya telah melampaui US$1 miliar, kata para pejabat.

Lantas bergabung dalam diskusi tentang operasi Houthi ialah Jenderal Caine, Kepala Staf Gabungan baru Trump, yang skeptis terhadap kampanye yang diperpanjang. Jenderal Caine, kata para ajudannya, khawatir tentang pasokan aset yang menurutnya dibutuhkan untuk wilayah Pasifik. Namun, Trump dan beberapa jajarannya juga menjadi skeptis.

Pada 28 April, kapal Truman terpaksa berbelok tajam di laut untuk menghindari tembakan Houthi yang masuk, kata beberapa pejabat AS. Langkah tersebut menyebabkan hilangnya salah satu Super Hornet yang sedang ditarik pada saat itu dan jatuh ke laut. 

Pada hari yang sama, puluhan orang tewas dalam serangan AS yang menghantam fasilitas migran yang dikendalikan oleh Houthi, menurut kelompok tersebut dan pejabat bantuan. Kemudian pada 4 Mei, rudal balistik Houthi menghindari pertahanan udara Israel dan menghantam dekat Bandara Internasional Ben-Gurion di luar Tel Aviv.

Pada Selasa, dua pilot di atas Super Hornet lain, juga di Truman, terpaksa melontarkan diri setelah jet tempur mereka gagal menangkap kabel baja di dek kapal induk, yang menyebabkan pesawat jatuh ke Laut Merah. Pada saat itu, Trump memutuskan untuk menyatakan operasi tersebut berhasil.

Para pejabat Houthi dan pendukungnya dengan cepat mendeklarasikan kemenangan. Mereka menyebarkan tagar di media sosial yang berbunyi, "Yaman mengalahkan Amerika." (I-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya