Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Gelombang Protes di Turki Memanas Pasca Penangkapan Wali Kota Istanbul

Thalatie K Yani
23/3/2025 07:47
Gelombang Protes di Turki Memanas Pasca Penangkapan Wali Kota Istanbul
Aksi protes besar-besaran mengguncang Turki selama empat malam berturut-turut setelah penangkapan Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu, rival utama Presiden Recep Tayyip Erdogan.(Media Sosial X)

PROTES terus berlanjut untuk malam keempat di Turki setelah penangkapan Wali Kota Istanbul, dalam aksi demonstrasi terbesar yang pernah terjadi di negara itu dalam lebih dari satu dekade.

Ekrem Imamoglu, rival Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, ditahan Rabu, hanya beberapa hari sebelum ia dijadwalkan dipilih sebagai kandidat presiden 2028.

Imamoglu menghadiri sidang di pengadilan Istanbul pada Sabtu setelah dituduh melakukan korupsi dan membantu kelompok teroris. Ia membantah semua tuduhan tersebut.

Dalam pidatonya pada Sabtu, Erdogan kembali mengecam aksi protes dan menuduh Partai Rakyat Republik (CHP) yang merupakan oposisi Imamoglu, berusaha “mengganggu ketertiban dan memecah belah rakyat kami.”

Di luar kantor wali kota Istanbul, bahkan sebelum protes dimulai sepenuhnya, gas air mata sudah memenuhi udara.

Saat massa semakin besar sepanjang malam, sulit bernapas akibat tembakan gas air mata yang dilepaskan berulang kali untuk membubarkan para demonstran.

Sambil meneriakkan “hak, hukum, keadilan,” orang-orang dari berbagai usia menentang larangan pemerintah terhadap aksi berkumpul untuk memprotes apa yang mereka anggap sebagai penahanan yang tidak sah.

Seorang perempuan muda berpakaian serba hitam dan mengenakan masker mengatakan kepada BBC, dia bukan turun ke jalan karena alasan politik atau dukungan terhadap oposisi, melainkan untuk membela demokrasi.

"Saya di sini untuk keadilan, saya di sini untuk kebebasan. Kami adalah orang-orang merdeka dan rakyat Turki tidak bisa menerima ini. Ini bertentangan dengan nilai dan budaya kami."

Perempuan lain, yang membawa putranya yang berusia 11 tahun ke protes, mengatakan dia khawatir akan masa depan anaknya. "Hidup di Turki semakin sulit setiap hari, kami tidak bisa mengendalikan hidup kami, kami tidak bisa memilih pemimpin yang kami inginkan, dan tidak ada keadilan yang nyata di sini."

Sangat mencolok tidak ada satu pun orang yang berbicara dengan BBC merasa nyaman untuk menyebutkan nama mereka atau menunjukkan wajah mereka.

Di Ankara dan Izmir, polisi menggunakan meriam air untuk menghadapi para demonstran. Selama empat malam terakhir, ribuan orang turun ke jalan di seluruh Turki dalam aksi demonstrasi yang sebagian besar berlangsung damai.

Pihak berwenang mencoba menekan aksi protes ini dengan memberlakukan larangan berkumpul selama empat hari di Istanbul, yang kemudian diperpanjang ke Ankara dan Izmir seiring meluasnya demonstrasi di seluruh negeri.

Sejak Kamis, polisi antihuru-hara berulang kali bentrok dengan para pengunjuk rasa dan terlihat menembakkan gas air mata serta meriam air ke arah massa. Otoritas Turki menyatakan 343 orang ditangkap pada Jumat malam, hari ketiga protes, di berbagai wilayah di negara itu.

Imamoglu dianggap sebagai salah satu rival politik paling tangguh bagi Erdogan. Ia merupakan satu-satunya kandidat dalam pemilihan calon presiden dari CHP yang dijadwalkan berlangsung pada Minggu. Namun, ia termasuk dalam lebih dari 100 orang yang ditangkap dalam sebuah penyelidikan.

Sehari sebelum penangkapannya, Universitas Istanbul mengumumkan pencabutan gelar akademik Imamoglu karena dugaan ketidakteraturan administratif, sebuah langkah yang—jika tetap berlaku—dapat menghalangi kelayakannya untuk mencalonkan diri sebagai presiden.

Menurut konstitusi Turki, presiden harus menyelesaikan pendidikan tinggi untuk dapat menjabat.

Erdogan telah memegang kekuasaan selama 22 tahun, baik sebagai perdana menteri maupun presiden Turki. Namun, karena batas masa jabatan, ia tidak dapat mencalonkan diri lagi pada 2028 kecuali mengubah konstitusi.

Tokoh oposisi menilai bahwa penangkapan ini bermotif politik. Namun, Kementerian Kehakiman mengkritik mereka yang menghubungkan Erdogan dengan penangkapan ini dan bersikeras bahwa proses hukum tetap independen. (BBC/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya