Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Pemimpin Venezuela Sebut Deportasi Migran ke Penjara El Salvador sebagai "Penculikan"

Thalatie K Yani
20/3/2025 12:11
Pemimpin Venezuela Sebut Deportasi Migran ke Penjara El Salvador sebagai
Presiden Venezuela, Nicolás Maduro, mengecam deportasi lebih dari 200 migran Venezuela ke penjara mega di El Salvador, menyebutnya sebagai "penculikan."(Media Sosial X)

PEMIMPIN Venezuela menyebut deportasi lebih dari 200 migran, sebagian besar warga Venezuela, yang dikirim Amerika Serikat ke penjara mega terkenal di El Salvador sebagai "penculikan." Ia membantah mereka adalah kriminal, serta mendukung seruan untuk pemulangan mereka.

"Nayib Bukele seharusnya tidak menjadi kaki tangan dalam penculikan ini, karena anak-anak kami tidak melakukan kejahatan apa pun di Amerika Serikat, tidak satu pun," ujar Nicolás Maduro kepada para pendukungnya, merujuk pada pemimpin El Salvador yang membuat kesepakatan dengan Presiden AS, Donald Trump.

"Mereka tidak diadili, tidak diberi hak untuk membela diri, tidak mendapat hak atas proses hukum yang adil, mereka ditipu, diborgol, dimasukkan ke dalam pesawat, diculik, dan dikirim ke kamp konsentrasi di El Salvador," tambah Maduro.

Pemimpin Venezuela, yang berkuasa dengan tangan besi sejak 2013, mengatakan pemerintahannya akan mengirimkan "dokumen resmi" kepada El Salvador untuk meminta pemulangan warga Venezuela yang dideportasi. Ia juga mengklaim dokumen tersebut akan didukung "jutaan" tanda tangan warga Venezuela.

Deportasi dengan Dalih Keamanan

Pada akhir pekan, Trump mengaktifkan undang-undang era perang abad ke-18 untuk mendeportasi 238 warga Venezuela yang diklaim sebagai bagian dari geng Tren de Aragua, meskipun ada keputusan pengadilan yang menangguhkan langkah tersebut. Keputusan ini semakin memperdalam ketegangan antara AS dan Venezuela. Trump membela tindakan tersebut dengan menyatakan AS menghadapi "invasi" migran dan menggambarkan mereka yang dideportasi sebagai "kelompok pria jahat."

Selain warga Venezuela, terdapat pula 23 warga El Salvador yang turut dideportasi ke Pusat Penahanan Kontra-Terorisme (CECOT) di Tecoluca, El Salvador, sebagai bagian dari perjanjian antara AS dan El Salvador. Penjara ini terkenal karena perlakuannya yang kejam terhadap para tahanan, yang menurut organisasi hak asasi manusia bersifat tidak manusiawi dan melanggar hak asasi.

Protes di Venezuela

Warga Venezuela turun ke jalan di ibu kota Caracas memprotes deportasi tersebut. Beberapa orang mengaku mengenali anggota keluarga mereka di antara kelompok yang dideportasi melalui video dan foto yang ditampilkan di berita. Keluarga beberapa pria yang dikirim ke El Salvador menyatakan mereka bukan kriminal dan menuntut pemulangan mereka. Maduro mendukung tuntutan tersebut.

"Saya merayakan bahwa jutaan pria dan perempuan dari Venezuela turun ke jalan untuk mendukung keluarga para pemuda ini dengan tanda tangan mereka, untuk secara resmi menuntut agar Pemerintah El Salvador membebaskan mereka dari penculikan ini, tidak mempermalukan mereka, dan segera mengembalikan mereka kepada kami," ujarnya.

Kurangnya Bukti Keterlibatan dalam Geng

Gedung Putih belum memberikan bukti warga Venezuela yang dideportasi merupakan anggota Tren de Aragua, geng yang dikaitkan dengan perdagangan manusia, pencucian uang, penyelundupan narkoba, dan kejahatan lainnya. Pada Januari, Trump menetapkan Tren de Aragua dan geng El Salvador, MS-13, sebagai organisasi teroris asing.

Badan Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE) menyatakan pekan ini mereka melakukan tinjauan menyeluruh terhadap profil individu yang dideportasi untuk memverifikasi keterlibatan mereka dalam kelompok kriminal. Namun, nama-nama mereka yang dideportasi tidak diumumkan.

Beberapa warga Venezuela yang sebelumnya dideportasi pemerintahan Trump bersikeras mereka tidak memiliki keterkaitan dengan geng tersebut, seperti Daniel Simancas Rodríguez, yang ditahan selama 15 hari di Teluk Guantanamo sebelum akhirnya dideportasi ke Venezuela.

Ia baru-baru ini mengatakan kepada CNN, otoritas AS mencurigainya hanya karena tato yang dimilikinya dan karena ia berasal dari Maracay, wilayah asal geng tersebut.

Maduro mengatakan telah memerintahkan pemerintahnya untuk meningkatkan jumlah penerbangan repatriasi bagi migran Venezuela yang ditahan di AS. "Kami akan memulangkan semua migran yang telah ditahan untuk memberi mereka rasa hormat, martabat, dukungan, dan mengembalikan mereka ke tanah air serta keluarga mereka," katanya.

CNN telah menghubungi Kantor Kepresidenan El Salvador dan Departemen Luar Negeri AS untuk memberikan komentar terkait kasus ini. (CNN/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya