Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Trump Umumkan Pengenaan Tarif 25 Persen pada Meksiko dan Kanada, 10 Persen pada Tiongkok

Thalatie K Yani
01/2/2025 06:47
Trump Umumkan Pengenaan Tarif 25 Persen pada Meksiko dan Kanada, 10 Persen pada Tiongkok
Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif baru pada 1 Februari, dengan tarif 25% untuk Meksiko dan Kanada serta 10% untuk Tiongkok.(Media Sosial X)

PRESIDEN AS Donald Trump akan memberlakukan tarif pada Sabtu sebesar 25% untuk Meksiko, 25% untuk Kanada, dan 10% untuk Tiongkok pada 1 Februari, kata Gedung Putih.

Namun, Trump mengatakan pada Jumat, minyak Kanada akan dikenakan tarif lebih rendah sebesar 10%, yang bisa mulai berlaku pada 18 Februari.

Presiden juga mengatakan dia berencana untuk memberlakukan tarif pada Uni Eropa di masa depan, dengan alasan blok tersebut tidak memperlakukan AS dengan baik.

Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan tarif untuk Kanada dan Meksiko adalah sebagai respons terhadap "fentanil ilegal yang mereka sumberkan dan biarkan didistribusikan ke negara kami, yang telah membunuh puluhan juta orang Amerika."

Trump juga berulang kali mengatakan langkah ini bertujuan mengatasi jumlah migran tak berdokumen, yang datang melintasi perbatasan AS serta defisit perdagangan dengan negara tetangganya.

Leavitt mengatakan dalam pengarahan pers di Gedung Putih pada Jumat: "Ini adalah janji yang dibuat dan janji yang ditepati Presiden."

Selama kampanye pemilu, Trump mengancam akan mengenakan tarif hingga 60% pada produk-produk buatan Tiongkok, tetapi menunda tindakan segera pada hari pertama kembali ke Gedung Putih, dengan memerintahkan pemerintahannya untuk mempelajari masalah ini.

Impor barang AS dari Tiongkok telah datar sejak 2018, sebuah statistik yang menurut ekonom sebagian disebabkan serangkaian tarif yang meningkat yang diberlakukan Trump selama masa jabatan pertamanya.

Awal bulan ini, seorang pejabat tinggi Tiongkok memperingatkan tentang proteksionisme saat kembalinya Trump ke kepresidenan memperbaharui ancaman perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia, tetapi tidak menyebut AS secara langsung.

Saat berbicara di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Ding Xuexiang, Wakil Perdana Menteri Tiongkok, mengatakan negaranya mencari solusi "win-win" untuk ketegangan perdagangan dan ingin memperluas impor mereka.

Tiongkok, Kanada, dan Meksiko adalah mitra dagang utama AS, yang menyumbang 40% dari barang yang diimpor ke AS tahun lalu. Kekhawatiran meningkat tarif baru yang curam ini dapat memulai perang dagang besar serta mendorong harga di AS.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan "Ini bukan yang kami inginkan, tetapi jika dia melanjutkan, kami juga akan bertindak."

Kanada dan Meksiko mengatakan mereka akan merespons tarif AS dengan langkah-langkah mereka sendiri, sambil juga berusaha meyakinkan Washington mereka mengambil tindakan untuk mengatasi kekhawatiran tentang perbatasan AS mereka.

Jika impor minyak AS dari Kanada dan Meksiko dikenakan tarif, ini berisiko merusak janji Trump untuk menurunkan biaya hidup.

Tarif adalah pajak impor pada barang yang diproduksi di luar negeri.

Secara teori, mengenakan pajak pada barang yang masuk ke suatu negara berarti orang cenderung lebih sedikit membeli barang tersebut karena menjadi lebih mahal.

Tujuannya adalah agar mereka membeli produk lokal yang lebih murah sebagai gantinya - yang akan meningkatkan perekonomian negara.

Namun, biaya tarif pada energi impor bisa diteruskan kepada bisnis dan konsumen, yang dapat meningkatkan harga segala sesuatu mulai dari bensin hingga barang kebutuhan sehari-hari.

Pada Jumat, Trump setuju biaya tarif terkadang diteruskan kepada konsumen dan rencananya mungkin menyebabkan gangguan dalam jangka pendek.

Sekitar 40% dari minyak mentah yang mengalir melalui kilang minyak AS diimpor, dan sebagian besar berasal dari Kanada. (BBC/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya